Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Thursday, March 30, 2017

Mayoritas dan Minoritas

Buku Diana L. Eck Daftar Isi Menuju Amerika Yang Religius

Kalau kalian berpikir masalah mayoritas dan minoritas hanya terjadi di Indonesia saja, mungkin kalian perlu pikirkan ulang:)

Problemnya sama, ada minoritas yang memperjuangkan identitas dan eksistensinya, serta ada mayoritas yang berbeda respon terhadap minoritas itu.

Respon mayoritas bisa macam-macam. Ada yg menolak secara terbuka dan kadang diikuti aksi yang bersifat intimidasi sampai serangan fisik. Ada yang menolak secara diam-diam, misalnya gak mau bergaul. Ada yg menganggap biasa aja dan ada juga yang berempati dan memberikan dukungan termasuk melindungi kelompok minoritas dari bentuk perbuatan anarkis.

Ragam respon ini kadang-kadang juga memunculkan gesekan antar kelompok di komunitas yang mayoritas. Nah, kalian boleh pilih akan masuk dalam kelompok yang mana, hehehe.

Diskursusnya seputar kekhawatiran meluasnya pengaruh kelompok minoritas dan tergerusnya eksistensi mayoritas. Untuk bentuk peristiwa dan perkembangan terkait agama di Amerika, kalian bisa baca buku yang di tulis Diana L. Eck ini. Tapi cari sendiri bukunya ya. Saya dulu dapat di pasar buku bekas di Palembang tapi saya lupa nama tempatnya:)


Btw, sadar atau tidak kita sebenarnya selalu berada pada posisi mayoritas dan minoritas ini. Kadang kita bagian yang mayoritas, tapi saat yang lain, kita termasuk kolompok minoritas. Misalnya, waktu baru masuk sekolah atau kampus, kita minoritasnya dan para senior mayoritasnya. Nanti kalau udah senior, kita juga jadi mayoritas. Kalau kalian yang jomblo lalu PDKT ke junior dan mengikuti kelompok junior kemana-mana dalam usaha PDKT itu, kalian jadi minoritas di tengah-tengah junior walaupun kalian senior. Ya, kan:)

Memang, kekuatan dalam pergaulan sosial kemanusiaan tidak selalu ditentukan oleh jumlah orangnya. Bisa aja minoritas justru lebih berkuasa. Ngak percaya? Kalau kalian manjadi penumpang angkot, dari sisi jumlah kalian mayoritas dibandingkan supir angkot yang hanya seorang. Tapi walaupun jumlah kalian lebih banyak, saat ada oknum supir angkot ugal-ugalan, kalian paling bisa ngelus dada dan harap-harap cemas. Ayo, kalian punya pengalaman seperti itu kan, hehehe. Oknum supir angkot itu bisa semena-mena karena mereka memiliki sumber dayanya dan tidak di lengkapi dengan kesadaran koneksitas kemanusiaan.

Jadi, jika jumlah banyak saja yang diandalkan, lama-lama bisa hilang juga. Karena itu, kualitas dan mutu sumber dayanya juga musti ditingkatkan. Coba bayangkan kalau semua penumpang sadar prilaku oknum itu membahayakan dan minta turun terus ngak mau bayar, bisa kapok tuh oknum. Tapi kalau kalian tidak punya kemampuan, jangan salahkan orang lain kalau kalian dikuasai.

Nah, soal mayoritas dan minoritas ini tidak perlu menjadi alasan untuk saling menyakiti. Jangan saling memaksakan kehendak. Saling menghormati saja dan ikuti aturan main karena memang sudah demikian adanya.

Begitulah...

No comments:

Post a Comment