King
Salman, kemaren saya mau cerita tentang cuaca moody di rakyat kami, kan. Cuaca moody ini sebenarnya tentang derasnya informasi di media, terutama
media sosial yang membuat suasana hati kami berubah-ubah, tergantung selera. Tapi
selera siapa, ntah lah. Tapi sekali lagi, cuaca moody ini tidak akan menganggu investasi anda.
Untuk
cuaca rakyat yang moody, anda tidak
usah galau memikirkannya. Kami memang gitu orangnya. Ini bagian dari keahlian
kami juga. Keahlian ya, King Salman, bukan kelainan. Sekali lagi keahlian! Kalau
anda mempelesetkan jadi kelainan, anda nanti bisa dikenai keahlian kami. Maaf sedikit
mengancam ya, itu juga bagian dari gaya soalnya, Hahaha.
Semua
yang ada kami bicarakan, kami perdebatkan, kami meme kan, ada juga yang kami
hoax kan. Informasi dipelintir juga udah biasa. Kami juga ahli dalam menilai
orang lain dan membuat teori konspirasi. Kami bisa mengaitkan segala-galanya
dengan segala-galanya. Kalau anda ngak percaya, lihat aja di medsos kami. Jangankan
anda, putri anda dan mantan menantu anda yang sedang ntah dimanapun bisa kami jangkau.
Hebat kan, kami:) dan hebatnya lagi, kami mudah percaya pada apa saja yang sesuai
dengan selera. Hoax pun jadilah. Asal cocok, gas terussss. Jangan anda bilang
kalau kami juga punya hobi ghibah berjamaah ya. Kalau ghibah ini kami ngak
kenal, fitnah pun kami gak punya. Kami hanya pernah kenal dengan istilah korupsi
berjamaah. Itupun hanya pernah kenal, hehehehe. Oh ya, jangan juga berpikir
untuk melihat keahlian kami ini sebagai peluang investasi bagi negara anda,
biarlah negara lain saja yang melakukannya. Kita kan bersaudara.
King
Salman, kami sekarang bebas berbicara. Saking bebasnya, bahkan ada yang menghina
dan memaki saja isi status dan informasi di Medsosnya. Malah ada yang membuat
akun khusus untuk meyebarkan fitnah atau teori konspirasi atau berita
pelintiran mengatasnamakan kebenaran dengan iklan cewek seksi di dalamnya. Dan ada
saja yang meng-share-nya. Dulu kami
tidak bisa bicara seenak perut kami, akan ada bahayanya. Sekarang kami bisa
membicarakan apapun yang kami suka. Bahkan presiden, pejabat negara dan
pemerintahan, tokoh masyarakat, serta ulama dan orang-orang pintar pun
dikata-katai:). Hehehe, gawat betul kelihatannya. Tapi itu di Medsos saja King
Salman. Nanti kalau di proses hukum, biasanya kami langsung berubah, yang
nangis tersedu-sedu juga ada.
Kami
kalau sudah berpendapat, agak ngotot gitu dengan pendapat masing-masing.
Semuanya merasa paling benar dan menyalahkan yang tidak sejalan kemudian
membuat nickname untuk mengejek pihak
lawan. Nickname ini rame juga. Ada jokower,
ahoker, prabower, pepo, memo, taiker, hater, pentol korek, kutil babi, kaum
bumi bulat dan kaum bumi datar, bani yani, bani serbet, kecebong, panasbung
(pasukan nasi bungkus), kaum penista, dan sebagainya. Kalau anda punya pengikut
dan kami belum memiliki nickname untuk
pengikut anda, berarti anda kurang mantap, hehehe. Anda kalau mau menambahkan
juga, silahkan. Tapi hati-hati ya. Tidak mudah menyalah-nyalahkan kami. Kami lebih
suka menyalahkan orang lain. Kami bisa melihat semut di seberang lautan. Sinar
mata kami bisa menembus gajah di pelupuk mata sehingga gajahnya ngak kelihatan
lagi.
Akhirnya,
kami, menurut kami, benar semua dan salah semua:) Tapi tenang aja King Salman,
biasanya kami baru benar-benar rame kalau peristiwa sudah terjadi. Kalau belum
terjadi, kami tenang-tenang aja. Kalaupun rame ya sekedarnya. Misalnya kasus
beberapa seni tradisi kami yang diklaim tetangga. Kami rame setelah mengetahui
informasi bahwa tradisi kami ternyata dimanfaatkan negara tetangga untuk
meningkatkan dinasti wisatanya. Padahal, sebagian besar dari kami sebenarnya sama
sekali tidak peduli dengan seni tradisi itu. Buktinya, setelah kehebohan
berakhir, sebagian besar kami kembali ke keadaan semula, tidak peduli. Makanya
sekarang entah bagaimana nasib seni tradisi itu, saya juga ngak tahu.
Dulu
ada anak kecil bernama Ponari dengan batu saktinya, kami heboh. Ada juga kasus
Prita yang bermasalah dengan layanan rumah sakit, kami rame-rame kumpulkan uang
logam (koin) untuk Prita ini. Ada juga kasus orang yang bisa menggandakan uang dari
punggungnya, rame juga. Lalu ada kasus pembunuhan yang dilakukan menggunakan
sianida di dalam secangkir kopi, rame lagi. Dan sekarang seperti yang King
Salman mungkin sudah ketahui dari laporan keadaan terkini dari Dubes di Jakarta,
kehebohan kami seputar Pilkada Jakarta dan kasus penistaan agama. Anda dikait-kaitkan
juga loh, King Salman, hehehe.
Tapi
untuk peristiwa di Jakarta, saya tidak bisa memprediksi ujungnya bagaimana. Karena
sebagian dari kami merasa masalah itu sudah masuk ranah hakiki, sebagian lagi
tidak. Nanti kita lihat saja perkembangannya bagaimana. Tapi saya percaya bahwa
kami semua sudah dewasa walaupun selalu saja ada menyelam di air keruh sambil
minum-minum. Penyelam inipun biasanya tidak bertahan lama. Namanya menyelam di
air keruh dan minum air keruh, pasti suatu saat perutnya akan bermasalah. Ya,
kan.
Bahwa
kami semua dewasa sudah beberapa kali kami buktikan. Waktu Pilpres kemaren,
hebohnya bukan main. Isunya ntah apa-apa. Makanya banyak pakar yang memprediksi,
pasca pilpres itu kami akan terpecah-pecah serta mungkin akan berdarah-darah.
Malah ada yang sampai menyeru segala untuk membangun dapur umum waktu itu. Tapi
alhamdulillah, kami baik-baik saja walau riak-riaknya masih terasa. Banyak
pakar politik luar negeri yang terheran-heran dengan cara berdemokrasi kami. Tapi
itulah bukti kalau kami semua sudah dewasa.
Nah,
kedewasaan kami ini lah yang membuat investasi anda dan tentu saja negara
lainnya aman. Jadi jangan khawatir. Investasikan saja sebanyak yang ada mampu
investasikan. Mudah-mudahan akan menguntungkan anda dan kami. Apalagi kita
bersaudara. Masalah hukum dan pemerintahan sekarang juga semakin terbuka. Kami
dengan mudah akan menelanjangi penyimpangan-penyimpangan yang ada terutama di
Medsos, sehingga nanti hanya orang gila dan orang bodoh saja yang ketika
menjabat berani tidak amanah. Yang tidak ada saja bisa kami ada-adakan, apalagi
penyimpangan yang benar-benar dilakukan. Itu akan menjadi kontrol untuk hukum
dan pemerintahan kami termasuk politik juga. Jadi kalau ada pihak-pihak yang
coba-coba untuk mempengaruhi anda dan investasi anda untuk kepentingan pribadi
dan kelompoknya, bilang saja sama mereka, “GIGI SAMA KAU!” hahaha.
Jadi,
percayalah King Salman. Kami sekarang memang masih seperti anak-anak yang baru
belajar naik sepeda. Bagi mereka, kalau bisa hari itu siang saja, tidak perlu
ada malam. Karena waktu 24 jam terasa kurang untuk menikmati naik sepeda. Tapi
nanti setelah mahir dengan segala gaya, akan muncul kesadaran dan keteraturan,
bahkan ada yang jenuh, bosan dan tidak pernah naik sepeda lagi. Begitu juga
kami sekarang. Kami sedang menikmati suasana kebebasan berbicara. Tapi untuk
kebebasan berbicara ini, saya sungguh berharap kami tidak sampai jenuh dan
bosan sehingga mendiamkan segala-galanya. Kebebasan bicaranya perlu
dipertahankan, hanya nanti etika dan validitas informasinya yang perlu di jaga.
Sekali
lagi jangan khawatir. Uang anda akan aman dan menguntungkan di negara kami.
Hanya saja perlu diingatkan ke Presiden, DPR dan politisi kami agar kami
disiapkan juga untuk mampu bersaing secara global. Jadi kurangilah ribut-ribut
politik mereka. Kalau kerjaan mereka saling hantam terus, saat sentuhan asing
semakin rame, kami tidak akan mampu berbuat apa-apa. Jangankan untuk bersaing
dengan tenaga kerja asing, untuk mencekik leher sendiripun mungkin kami tidak
mampu lagi karena energi kami sudah habis untuk menghajar saudara sendiri.
Kalau begini kami tinggal di jajah saja dan tenaga kerja asing itu tinggal
cekikikan melihat kami. Dan saya percaya, pada zaman ini kami hanya akan
terjajah kembali jika kami tidak punya kemampuan apa-apa.
Kepanjangan
ya King Salman? Maaf ya, saya memang gitu orangnya:)
Apa
anda perlu juga cerita saya tentang keunikan politik di negeri kami? Kalau
perlu nanti saja ya. Saya masih sibuk seperti kemaren, takut ngak sempat,
wkwkwkw. Hari ini saya masih sibuk mencari-cari berita yang cocok untuk di share di grup WA. Soalnya kemaren saya
meng-share informasi di WA terkait usaha
salah seorang teman yang sedang memperbaiki kampungnya agar menjadi dinasti
wisata, sampai usaha mereka mencerdaskan anak negeri dengan membangun
perpustakaan dan tamaan bacaan, ngak ada yang respon. Jangankan komen, jempolpun
ngak ada. Padahal untuk urusan yang lain, sampai ada yang mengirimkan gambar
jempol besar yang ada batu cincinya loh. Saya kan jadi malu.
Respon
untuk saya hanya saya terima sewaktu saya bertanya mengapa ada teman yang
dikeluarkan dari grup karena berpendapat berbeda. Berbeda itukan ada bagusnya,
jadi ada bandingan untuk kita semakin meningkatkan kualitas hidup. Berantam
baru ngak bagus, ya kan. Itupun jawabannya sekedar menegaskan bahwa teman itu
dikeluarkan karena dianggap abu-abu pendapatnya, makanya dikeluarkan dengan
suka cita dan pakai hihihi segala. Padahal menurut saya, teman itu hanya
memaparkan fakta dan data sambil bercanda. Sedangkan yang mengeluarkannya dari
grup itu kadang-kadang membagi berita dengan kata pengantar “copas dari
sebelah, entar benar atau tidak tapi
kita perlu waspada”. Saya kan bingung, King Salman. Sebenarnya abu-abu itu
warna yang seperti apa sih dan bagaimana serta siapa yang menentukan kadar keabu-abuan
itu? Makanya sekali ini saya harus teliti mencari berita yang akan dibagi. Kalau
nanti saya share lalu tidak ada yang
menanggapi, harga diri saya mau disimpan dimana, hehehe. Dan ini membuat saya
lumayan sibuk dan lelah juga. Jadi nanti ajalah cerita keunikan politik kami,
ya:)
Sekali
lagi, selamat menikmati alam Indonesia, King Salman. Semoga negeri kami menjadi
negeri menyenangkan untuk Anda dan Anda selalu di Lindungi Allah SWT. Suatu saat
dengan izin-Nya, saya dan keluarga akan berkunjung ke negeri anda memenuhi
panggilan-Nya yang tertanam di hati saya.
Begitulah...
No comments:
Post a Comment