Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Thursday, March 23, 2017

MENGANCAM DENGAN DO’A

Bentuk do'a yang ditujukan sebagai ancaman bagi orang lain
Gambar diatas saya potret dari salah satu jalan pintasan yang biasa saya lewati di Kota Medan. Mudah-mudahan tidak ada lagi yang buang sampah sembarangan ya:)


Menurut saudara-saudara, apa yang biasanya dimohonkan oleh orang-orang yang sedang berdo’a kepada Tuhan?


Kalau menurut kebiasaan, orang akan meminta yang baik-baik untuk diri sendiri maupun untuk orang yang di do’akannya. Ya, kan?

Makanya, selain berdo’a secara personal untuk kebaikan diri, ada juga kebiasaan di masyarakat untuk minta di do’akan oleh orang lain untuk berbagai keperluan.

Misalnya, jika ada kolega yang naik haji atau umroh, orang-orang yang tidak ikut berangkat pada nitip di do’akan di depan Ka’bah. Ada jomblo yang nitip do’a minta didatangkan jodoh, ada juga yang minta rezekinya diperlancar dan sebagainya.

Di undangan perkawinan atau hajatan lainnya, juga ada permintaan do’a restu kepada semua yang diundang. Bahkan, pada rencana pembangunan gedung-gedung baru, banyak juga ditemukan kalimat “Di sini akan dibangun ...., Mohon do’a restunya”.

Pun dalam Pilpres, Pileg, Pilkada dan Pilkades, para kandidat yang sedang berkompetisi memperebutkan amanah biasanya keliling-keliling menjumpai tokoh agama, tokoh masyarakat dan komunitas masyarakat. Safari ini untuk tujuan sowan dan “mohon do’a restu” plus kalau bisa dicoblos juga wajahnya di bilik suara nantinya (plusnya ini yang penting, hehehe). Walaupun ya, setelah menang belum tentu mereka datang lagi dan merealisasikan janji-janjinya.

Nah, bagaimana kalau do’a juga ditujukan untuk mengancam orang lain. Artinya, do’a itu berisi permintaan agar Sang Pengabul Do’a segera menindak tegas, kalau perlu mencabut nyawa orang-orang yang menurut pemohon tidak sesuai dengan yang dikehendakinya.

Menurut kalian akankah Allah SWT mengabulkannya? Saya sih tak mampu, sungguh-sungguh tak mampu untuk menjawabnya. Terlalu dangkal dan tidak akan cukup pengetahuan saya untuk mengetahui kehendak Allah.

Saya tidak menyalahkan orang-orang yang berdo’a seperti itu. Berbagai hal bisa melatarbelakanginya. Tapi saudara-saudara, munculnya do’a-do’a sejenis pada dasarnya menunjukan rendahnya tingkat keberadaban dan nalar sosial kemanusian kita.

Agak aneh saja bagi saya, do’a yang semestinya meminta kebaikan kenapa malah berubah menjadi ancaman yang menurut saya lumayan mengerikan?

Keberadaban adalah karya dari akal budi sedangkan ketidakberadaban adalah wujud dari nafsu angkara yang membakar hati. Rendahnya keberadaban berarti akal budi tidak bekerja lagi sebagaimana mestinya, sehingga nalar sosial sebagai bagian dari komunitas manusia yang berpikir lantas dikalahkan oleh nafsu angkara. Sejarah telah menunjukan kepada kita, bahwa banyak peradaban hebat di masa lalu yang hancur dan hanya tersisa cagar budaya untuk dikunjungi turis karena permasalahan ini.

Akhirnya, kita menjadikan kita sebagai ukuran segala-galanya tanpa peduli orang lain akan teraniaya atau haknya sebagai manusia setara tak lagi dapat dinikmatinya.

Mungkin inilah yang melatar belakangi sebagian dari kita kemudian meminta Tuhan untuk segera bertindak nyata.

Pada konteks sosial kemasyarakatan, sesungguhnya inilah kegagalan kita untuk menjadi bagian dari komunitas masyarakat manusia. Akal, rasa, budi pekerti yang dianugrahkan kepada kita tak lagi kita dipedulikan. Pertanyaannya, apakah perlu Tuhan kita libatkan untuk menyelesaikan urusan-urusan sesama kita? Tak cukupkah petunjuk-petunjuk dan tanda-tanda kebesarannya sebagai pembelajaran dan pedoman untuk menyelesaikan masalah?

Nah, balik lagi ke yang tadi, apakah do’a yang berisi ancaman akan dikabulkan Allah SWT? Saya sekali lagi tidak mampu menjawabnya. Kalau kalian mampu menjawabnya, silahkan saja.

Tapi saudara-saudara, jangan sampai nikmat akal, rasa, nurani dan budi pekerti yang telah kita terima menjadi mubazir dan tidak terpakai. Sayang aja, soalnya, Allah SWT melebihkan itu  untuk kita dibandingkan makhluk-Nya yang lain.

Begitulah...




No comments:

Post a Comment