Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Thursday, March 16, 2017

KING SALMAN, SELAMAT JALAN



King Salman, maaf ya, kemaren tidak sempat ngantar ke Bandara, saya sibuk soalnya. Juga ngak ada ongkos kesana. Hehehe.

King Salman: “Anda siapa? Sok akrab amat, sih!”

Hahaha, heran ya, King Salman? Udah, biasa aja. Saya dan sebagian kami memang suka gitu. Perasaan akrab dan sedikit narsis. Tapi percayalah, kami semua baik hati kok.


Maaf ya King Salman, keberangkatan anda di Medsos kami tidak semeriah kedatangan anda. Jangan sedih ya. Mungkin kami lelah. Soalnya kami sudah menghabiskan terlalu banyak energi dan paket data di awal-awal kedatangan anda. Mahal loh paket data. Ada sih yang murah, tapi kami harus mempertebal iman dengan kesabaran dan keikhlasan menunggu loading-nya.

Anda baru berencana akan datang saja, kami, para Medsos mania, sudah gegap gempita. Minggu-minggu menjelang hari H, semakin meriah. Grup WA saya membicarakan anda seolah-olah minum obat saja. Minimal 3 kali sehari ada update informasi tentang anda, keluarga anda dan orang-orang yang akan ada kunjungi serta uang yang akan anda bawa. Rame lah pokoknya. 17 Agustusan kami saja kalah meriah di jagad maya.

Selama anda di Jakarta, diskusi dan perdebatan tetap membahana. Tapi setelah anda di Bali, sebagian besar penghuni ruang chat diskusi mulai menarik diri dan berdebat tentang yang lain lagi. Anda sudah mulai jarang di bicarakan, uang ada juga, keluarga anda juga, orang-orang yang jadi dan tidak jadi anda jumpai juga. Yang menarik diri tadi tidak dikenai sanksi ya King Salman, maklum tidak ada juri.

Saya jadi rindu juga. Wajah teduh anda benar-benar menarik perhatian saya:) serius loh King Salman. Saya benar-benar gampang terpesona dengan tokoh-tokoh yang menenangkan hati. Tapi apa daya, Medsos dan grup WA sudah jarang share berita tentang anda. Mungkin karena media juga sudah mulai lelah meliput, ya. Pilkada Jakarta lebih menarik soalnya:) jauh lebih menarik dibandingkan Pilkada di 100 daerah lainnya.

Benar kan cerita saya yang lalu. Kami hanya rame saat peristiwa sedang terjadi saja. Setelah peristiwa berlalu, kami rame lagi untuk peristiwa yang lainnya. Jadi anda jangan tersinggung ya.

Kami seringnya begitu, sih. Saat Pilkada, aktif semua. Labrak sana-labrak sini. Setelah itu, jalan berlubang, sekolah roboh, jembatan ambruk, cewek-cewek di begal, layanan publik bermasalah, hilangnya lahan publik, paling jadi berita sambil lewat saja. Nanti saat Pilkada lagi, rame lagi. Petahana yang kerja seadanya pun bisa memimpin kembali. Jadi King Salman, jangan berkecil hati kalau keberangkatan anda ke Jepang kami lepas dengan sunyi.

Tapi mudah-mudahan ke depan, tidak begitu lagi. Hmm, kalau korupsi, kemaren sudah saya ceritakan kepada anda bahwa nanti hanya orang gila dan orang bodoh saja yang berani melakukannya. Kegilaan kami di Medsos akan menelanjangi mereka dan konco-konconya. Kecuali hati mereka terbuat dari batu bata, mereka pasti tidak berani lagi tidak amanah.

Kami kan pemberani semua. Jangankan menelanjangi pelaku korupsi, areal bom teroris saja kami jadikan tempat selfi-selfi sesaat setelah bomnya meledak. Anak-anak sekolah kami bahkan ada yang berani menantang teroris berkelahi. Salut deh sama adek-adek ini. Mereka patut di contoh sama yang hobi tawuran dengan sesama. Tapi jangan diulangi ya dek, itu sungguh-sungguh berbahaya. Ikut #pelajarkerenchallenge aja. Lihat di http://rfwahyudi.blogspot.co.id/2017/03/pelajarkeren-challenge.html#more

Cecurut yang memaksa sebagian pejabat kami untuk korupsi juga siap-siap untuk gigit jari. Mereka tidak akan bisa lagi melobi, mengirimkan proposal dan menekan kesana kemari untuk memindahkan uang dari kantong negara ke kantong pribadi mereka. Apalagi menjadi makelar proyek, kami akan hantam dengan transparansi. Mereka yang bergaya megah tapi dengan uang hasil korupsi, akan wassalam dengan sendirinya. Ayo KPK, OTT-kan saja semua.

Kami akan memperlakukan mereka seperti vampir di film Barat. Mereka menjadi penghisap-penghisap darah yang diburu dan saat tertangkap akan ditancapkan paku perak di dadanya atau di tarik ke sinar matahari dan luluh menjadi debu. Mereka tidak akan sempat tersenyum dan melambai dadadada ke kamera pewarta.

Kenapa vampir film barat? Karena vampir di film Tiongkok terlalu kaku dan gampang dideteksi soalnya. Jadi gak terlalu seru. Vampir di film Tiongkok, walaupun berbahaya, tapi mereka mudah ditemukan dan melompat-lompat saja. Kalau udah ditempel kertas jimat di kening, mereka bisa dikendalikan. Kalau vampir film barat, fleksibelitas dan kesaktiannya luar biasa. Mereka kesehariannya seperti manusia pada umumnya. Ada yang cakep-cakep dan seksi juga. Pakaiannya juga mewah-mewah dan ada yang pacaran dengan manusia, hahaha. Jadi musti pintar-pintar untuk mendeteksinya.

Kalau memperlakukan koruptor seperti jin-jin populer di Indonesia, kurang tepat rasanya. Soalnya, sebagian kami bergaul akrab dengan mereka. Lagian pengemar mereka banyak juga walau sekarang sudah mulai jarang muncul di biskop dan tv swasta. Beberapa lokasi kediaman mereka malah menjadi dinasti wisata serta menangani mereka juga bukan perkara kasat mata. Jadi, jin-jin ini ada manfaatnya juga bagi kami, sedangkan koruptor tidak bermanfaat sama sekali.

Nah, King Salman. Walaupun anda sudah kembali ke Arab Saudi nanti, jangan ragu-ragu untuk menambah investasi anda di negara kami. Kami akan terus berbenah diri dan memastikan investasi anda tidak sia-sia. Mudah-mudahan bermanfaat untuk negara anda dan negara kami. Secara, kan kita bersaudara. Hehehe, saya bantu Presiden dan pemerintah kami promosi ya, ngak apa-apa kan.

Oh ya King Salman. Sekarang saya tidak lagi sibuk mencari-cari berita untuk di share di grup WA. Tapi saya punya hobi baru membaca komen-komen di berita online dan postingan status Medsos. Seru soalnya.

Banyak yang berdebat di sana dan sebagian menuju ke kedangkalan berpikir. Semakin mereka berdebat semakin kelihatan ketidakmengertiannya. Saat kata-kata yang hendak diketik mulai berkurang, emosi meningkat, lalu berubah menjadi irama hina menghina.

Perdebatan mereka menjadi guru bagi saya. Betapa kita hanya dianugrahkan tetesan-tetesan pengetahuan yang sama sekali tidak cukup untuk dijadikan dasar memelihara kesombongan. Mudah-mudahan mereka segara bosan ya King Salman.

Kalau kami sudah bosan, orang-orang yang sengaja mengaduk-mengaduk emosi kami juga jadi ngak punya kerjaan. Mereka gak bisa lagi mendulang duit dari iklan dengan menaikan berita sensasi dan cocokologi. Orang-orang yang memanfaatkan perdebatan itu untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya juga akan merugi. Mau buat hoax kek, berita palsu kek, berita pelintiran kek, gak akan berguna. Kami bosan soalnya. Tapi untuk urusan kritik mengkritik berdasarkan fakta dan data, kami akan jadi jagonya.

Sekali lagi King Salman, selamat jalan. Terima kasih ada sudah berkunjung dan investasi di negara kami. Mudahan-mudahan anda selalu dalam lindungan Allah SWT dan negara anda bisa berkunjung lagi sebelum 47 tahun dari tahun ini.

Begitulah...

No comments:

Post a Comment