Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Tuesday, May 5, 2020

TIPE PEMFILTERAN INFORMASI



Oleh: Arief Wahyudi

Mengenali tipe pengelolaan informasi lawan bicara penting untuk dilakukan guna menentukan pembicaraan yang terjadi akan bermanfaat atau tidak. Jika dianologikan kepada filter air akuarium, ada beberapa tipe orang berdasarkan kemampuannya menyaring dan mereproduksi informasi yang diterima serta kemudahan mereka untuk diajak berdiskusi:

1. Tipe filter plong;
2. Tipe filter tersumbat;
3. Tipe filter berkualitas menjernihkan.

Saat menulis tentang topik ini, saya membayangkan filter air untuk akuarium dan pengaruhnya pada kualitas air di dalam akuarium. Ikan yang hidup dalam akuarium, bernafas di dalam air yang berputar-putar di sana. Mereka tidak merasakan air mengalir yang terus-menerus berganti seperti ikan yang hidup di sungai. Air dalam akuarium beserta seluruh partikel yang ada di dalamnya disedot oleh pompa air, kemudian dialirkan melewati filter dan dikembalikan lagi ke akuarium, sehingga sebenarnya air yg dimasukan ke dalam akuarium adalah air yang tadinya memang sudah ada dalam akuarium tersebut.

Air yang ada dalam akuarium tidak selalu jernih. Kalau selalu jernih tentunya tidak memerlukan filter dan sirkulasi air. Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas airnya. Bisa karena karena kotoran ikan, bisa juga karena sisa makanan ikan dan bisa juga karena lumut maupun ganggang yang tumbuh pada ornamen-ornamen yang digunakan untuk memperindah akuarium.

Kotoran ini mempengaruhi kualitas air, kadar oksigen dalam air, tingkat keasaman air serta kandungan racun dalam air dan sebagainya yang nantinya akan menentukan ikan akan bertahan hidup atau tidak. Nah, filter air memainkan peran penting yang pada akhirnya menentukan apakah ikan akan bertahan hidup atau akan segera mati.

Jadi, air yang di akurium tadi beserta kotoran-kotorannya mengalami proses penyaringan di filter. Filter yang bagus akan menahan kotoran-kotoran dan menjernihkan air kembali sebelum dikembalikan ke dalam akuarium. Singkatnya, pada saat masuk ke filter airnya kotor dan setelah keluar dari filter air jernih. Jika tersumbat filternya, proses penjernihan air tidak akan berjalan sedangkan jika plong filternya, air yang masuk kotor, yang keluar juga kotor. Memang ada ikan yang mampu bertahan dengan kualitas air yang tidak baik, tapi pada umumnya akan mati.

Informasi ibarat air yang berputar di akuarium ini. Bagaimana kualitas penerimaan informasinya akan menentukan kualitas si penerima informasinya. Kualitas penerima informasi bisa dilihat dari filter informasi yang dimilikinya dan tentu saja juga menentukan bisa atau tidak yang bersangkutan diajak berdiskusi. Fungsi otak manusia pada konteks penerimaan informasi ini adalah sebagai filter seperti filter air untuk akuarium.

Jika dianalogikan ke orang, tipe 1 filternya plong.

Tipe ini tidak memiliki kemampuan menyaring kotoran-kotoran yang di bawa air, sehingga air yang masuk lagi ke dalam akuarium sama dengan air yang ada di dalam akuarium. Jika air yang melewati filternya kotor, maka air yang dimasukannya kembali ke dalam akuarium juga kotor. Demikian sebaliknya, jika air yang melewati filternya jernih, air yang dimasukan kembali juga jernih. Tipe 1 ini menelan mentah-mentah informasi yang diterimanya. Otak tidak melakukan proses penyaringan informasi. Apa saja informasi yang masuk ke dalam otak, begitu pula keluarnya dari otak. 

Tipe ini akan sulit diajak berdiskusi karena ketidakmampuannya untuk mengerti yang disebabkan tidak adanya olah informasi. Mereka akan mudah terpesona oleh hal-hal yang sulit dinalarnya sendiri. Kalau sudah terpesona, jangan ajak berdiskusi lagi kecuali anda mampu membuatnya terpesona juga dengan informasi baru yang anda sampaikan. Mengapa begitu? Karena pada konteks ini tidak ada lagi benar salah. Yang ada hanyalah suka atau tidak suka dengan informasi tersebut. Kalau informasi baru yang ada tawarkan tidak mempesona, malah bisa-bisa anda akan di musuhi.


Contoh tipe ini diantaranya orang-orang yang suka meneruskan informasi-informasi tak jelas di grup-grup WA. Tidak ada chrosschek informasi. Asal cocok dengan seleranya, langsung di share lagi ke grup WA lainnya. Jika anda mencoba untuk membantah, bisa-bisa anda dikeluarkan dari grup dan di bully setelah anda keluar.  Padahal, jika mau mengolah sedikit saja informasi dengan pikirannya, dengan mudah bisa ditemukan kejanggalan-kejanggalan yang tak masuk akal. Jika anda berhasil memberikan informasi yang baru dan informasi itu berterima, mereka akan segera melupakan informasinya yang lama dan kembali lagi mengshare informasi anda tersebut begitu saja.

Orang tipe 2, filternya tersumbat.

Karena tersumbat, air tidak dapat melewatinya dengan baik, bahkan mungkin air akan mengalir ka arah yang lain. Akibatnya, bukan hanya air dalam akuarium akan bertambah kotor, bisa jadi airnya malah berkurang dan merembes kemana-mana membahasi tempat yang lainnya. Airnya di dalam akuarium berkurang tapi tempat di sekitar akuarium jadi banjir.

Tipe 2 ini "membatu" yakni menolak informasi yang diberikan dan mempertahankan kebenarannya sendiri serta tentu saja sulit diajak diskusi karena ketidakmauan mengertinya. Kalau yang ini repot sekali. Apapun yang diinformasikan orang lain, kalau tidak cocok dengan informasi yang dipunyainya, akan ditolak. Jadi percuma mengajaknya diskusi. Pada konteks ini berlaku adagium, anda tidak akan pernah menang berdebat dengan orang keras kepala. 



Contoh tipe ini diantaranya orang-orang yang suka mengshare hoaks meskipun hoaks itu sudah dikonfirmasi ketidakbenarannya. Malah, meski sudah ditangkap polisi pun sang penyebar hoaks, masih saja di sharenya dengan tambahan kalimat-kalimat yang membuat kita mengurut dada. Baginya itu adalah kebenaran dengan bermacam dalih.

Jika anda bersikeras dengan informasi pembanding, adu kepala bisa terjadi dalam arti harfiah, yakni anda dan dia saling membenturkan kepala secara fisik. Adu otak berubah menjadi adu otot. Kalau untuk tipe ini biarlah waktu yang membuktikan ketidakbenaran informasi yang dipertahankannya, meskipun mereka belum tentu mau mengakui atau akan berkilah jika suatu saat ternyata informasi yang dipertahankannya terbukti salah:)

Tipe 1 dan tipe 2 ini menjadi sasaran empuk bagi narasi-narasi provokasi, propaganda dan teori-teori konspirasi tak jelas. Mereka percaya membabi buta, tak percaya juga membabi buta.

Orang tipe 3, filternya berkualitas menjernihkan air.

Filter ini dirancang sedemikian rupa, dengan pengetahuan tentang kualitas air yang dibutuhkan kemudian menerima air, memprosesnya menjadi jernih kembali baru selanjutnya mengembalikannya ke dalam akuarium. Tipe ini tidak menelan mentah-mentah informasi, tidak juga menolaknya, melainkan mencernanya dengan baik dan tentu saja mudah diajak berdiskusi. Yang ini terbuka menerima informasi apa saja, karena otaknya memiliki perangkat pengetahuan untuk mengolah informasi tersebut. Dan jika kita jadikan tempat bertanya, dia akan mengembalikan informasi itu kepada kita dengan saringan-saringan pengetahuan yang dimilikinya. Kualitasnya menjernihkan.



Saya kira-kira tipe yang mana
, ya? Entah, lah. Emosi saya, kadang mempengaruhi proses penyaringan informasi. Tapi, setidaknya saya berusaha untuk tidak sembarangan share informasi di grup WA atau membuat status-status pendek di FB dengan mengacu kepada sumber informasi tidak jelas validitasnya. Juga berusaha untuk tidak merasa paling cerdas dan paling sehat akalnya. Apalagi membuat status dengan bahasa caci maki di medsos, Saya malu jika status itu di baca oleh anak saya dan teman-temannya.

Kalau anda? Silahkan berkontemplasi.

Begitulah...

1 comment:

  1. Saya lebih suka diam dan menjadi silent reader saja, dianggap tidak ada, nyatanya ada, dianggap ada, tapi jarang sekali komen, bahkan posting jualan pun hampir tak pernah, cukup dapatkan semua informasi dari grup dan cukup sampai DI SINI Saja, yah Begitulah ...

    ReplyDelete