Oleh: Arief
Wahyudi
Mengenali tipe
pengelolaan informasi lawan bicara penting untuk dilakukan guna menentukan
pembicaraan yang terjadi akan bermanfaat atau tidak. Jika dianologikan kepada filter
air akuarium, ada beberapa tipe orang berdasarkan kemampuannya menyaring dan mereproduksi informasi yang diterima serta
kemudahan mereka untuk diajak berdiskusi:
1. Tipe filter plong;
2. Tipe filter tersumbat;
3. Tipe filter berkualitas menjernihkan.
Saat menulis tentang topik
ini,
saya membayangkan filter air
untuk akuarium dan pengaruhnya pada
kualitas air di dalam akuarium. Ikan yang hidup
dalam akuarium, bernafas di dalam
air yang berputar-putar di sana. Mereka tidak merasakan air mengalir yang
terus-menerus berganti seperti ikan yang hidup di sungai. Air dalam akuarium
beserta seluruh partikel yang ada di dalamnya disedot oleh pompa air, kemudian
dialirkan melewati filter dan dikembalikan lagi
ke akuarium, sehingga sebenarnya
air yg dimasukan ke dalam akuarium adalah air yang
tadinya memang sudah ada dalam akuarium tersebut.
Air yang ada dalam akuarium tidak selalu jernih.
Kalau selalu jernih tentunya tidak memerlukan filter dan
sirkulasi air. Banyak faktor yang
mempengaruhi kualitas airnya. Bisa karena karena kotoran ikan, bisa juga karena
sisa makanan ikan dan bisa juga karena lumut maupun ganggang yang tumbuh pada
ornamen-ornamen yang digunakan untuk memperindah akuarium.
Kotoran ini mempengaruhi kualitas air, kadar
oksigen dalam air, tingkat
keasaman
air serta kandungan racun dalam air
dan sebagainya yang nantinya akan menentukan ikan akan
bertahan hidup atau tidak. Nah, filter air memainkan peran penting yang pada
akhirnya menentukan apakah ikan akan bertahan hidup atau akan segera mati.
Jadi, air yang di akurium tadi beserta
kotoran-kotorannya mengalami proses penyaringan di filter. Filter yang bagus
akan menahan kotoran-kotoran dan menjernihkan air kembali sebelum dikembalikan
ke dalam akuarium. Singkatnya, pada saat masuk ke filter airnya kotor dan
setelah keluar dari filter air jernih. Jika tersumbat filternya, proses
penjernihan air tidak akan berjalan sedangkan jika plong filternya, air yang
masuk kotor, yang keluar juga kotor. Memang ada ikan yang mampu bertahan dengan kualitas air yang
tidak baik, tapi pada umumnya akan mati.
Informasi ibarat air yang
berputar di akuarium ini. Bagaimana
kualitas
penerimaan
informasinya akan menentukan kualitas si penerima informasinya.
Kualitas penerima informasi bisa dilihat dari filter informasi yang dimilikinya
dan tentu saja juga menentukan bisa atau tidak yang bersangkutan diajak
berdiskusi. Fungsi otak manusia pada konteks
penerimaan informasi ini adalah sebagai filter seperti filter air untuk
akuarium.
Jika dianalogikan ke orang,
tipe 1 filternya plong.
Tipe ini tidak memiliki kemampuan menyaring kotoran-kotoran yang di
bawa air, sehingga air yang masuk lagi ke dalam akuarium sama dengan air yang
ada di dalam akuarium. Jika air yang melewati filternya kotor,
maka air yang dimasukannya kembali ke
dalam akuarium juga kotor. Demikian
sebaliknya, jika air yang melewati filternya jernih, air yang dimasukan kembali
juga jernih. Tipe 1 ini menelan mentah-mentah informasi yang diterimanya. Otak
tidak melakukan proses penyaringan informasi. Apa saja informasi yang masuk ke
dalam otak, begitu pula keluarnya dari otak.
Tipe ini akan sulit diajak berdiskusi
karena ketidakmampuannya untuk mengerti yang
disebabkan tidak adanya olah informasi. Mereka akan mudah
terpesona oleh hal-hal yang sulit
dinalarnya sendiri. Kalau sudah terpesona, jangan ajak berdiskusi lagi kecuali anda mampu membuatnya terpesona
juga dengan informasi baru yang anda sampaikan. Mengapa begitu?
Karena pada konteks ini tidak ada lagi benar salah. Yang ada hanyalah suka atau
tidak suka dengan informasi tersebut. Kalau informasi
baru yang ada tawarkan tidak mempesona, malah bisa-bisa anda akan di musuhi.
Contoh tipe ini diantaranya orang-orang yang suka
meneruskan informasi-informasi tak jelas di grup-grup WA. Tidak ada chrosschek
informasi. Asal cocok dengan seleranya, langsung di share lagi ke grup WA
lainnya. Jika anda mencoba untuk membantah, bisa-bisa anda dikeluarkan dari grup
dan di bully setelah anda keluar. Padahal,
jika mau mengolah sedikit saja informasi dengan pikirannya, dengan mudah bisa
ditemukan kejanggalan-kejanggalan yang tak masuk akal. Jika anda berhasil
memberikan informasi yang baru dan informasi itu berterima, mereka akan segera
melupakan informasinya yang lama dan kembali lagi mengshare informasi anda
tersebut begitu saja.
Orang tipe 2, filternya
tersumbat.
Karena tersumbat, air tidak dapat melewatinya
dengan baik, bahkan mungkin air akan mengalir ka arah yang lain. Akibatnya, bukan hanya air
dalam akuarium akan bertambah
kotor, bisa jadi airnya malah berkurang dan merembes
kemana-mana membahasi
tempat yang lainnya. Airnya di dalam akuarium berkurang
tapi tempat di sekitar akuarium jadi banjir.
Tipe 2 ini
"membatu" yakni menolak informasi yang diberikan dan mempertahankan
kebenarannya sendiri serta tentu saja sulit diajak diskusi karena ketidakmauan
mengertinya. Kalau yang ini repot sekali. Apapun yang diinformasikan orang
lain, kalau tidak cocok dengan informasi yang dipunyainya, akan ditolak. Jadi
percuma mengajaknya diskusi. Pada konteks ini berlaku adagium,
anda tidak akan pernah menang berdebat dengan orang keras kepala.
Contoh tipe ini diantaranya orang-orang yang suka
mengshare hoaks meskipun hoaks itu sudah dikonfirmasi ketidakbenarannya. Malah,
meski sudah ditangkap polisi pun sang penyebar hoaks, masih saja di sharenya
dengan tambahan kalimat-kalimat yang membuat kita mengurut dada. Baginya itu
adalah kebenaran dengan bermacam dalih.
Jika anda bersikeras dengan informasi pembanding, adu
kepala bisa terjadi dalam arti harfiah, yakni anda dan dia saling membenturkan
kepala secara fisik. Adu otak berubah menjadi adu otot. Kalau untuk tipe
ini
biarlah waktu yang membuktikan ketidakbenaran informasi yang
dipertahankannya, meskipun mereka belum tentu mau mengakui atau akan berkilah
jika suatu saat ternyata informasi yang dipertahankannya terbukti
salah:)
Tipe 1 dan tipe 2 ini menjadi sasaran empuk bagi narasi-narasi provokasi, propaganda dan teori-teori konspirasi tak jelas. Mereka percaya membabi buta,
tak percaya juga membabi buta.
Orang tipe 3, filternya
berkualitas menjernihkan air.
Filter ini dirancang
sedemikian rupa, dengan pengetahuan tentang kualitas air yang dibutuhkan
kemudian menerima air, memprosesnya menjadi jernih kembali baru selanjutnya
mengembalikannya ke dalam akuarium. Tipe ini tidak
menelan mentah-mentah informasi, tidak juga menolaknya, melainkan mencernanya
dengan baik dan tentu saja mudah diajak berdiskusi. Yang ini terbuka menerima
informasi apa saja, karena otaknya memiliki perangkat pengetahuan untuk
mengolah informasi tersebut. Dan jika kita jadikan
tempat bertanya, dia akan mengembalikan informasi itu kepada kita dengan
saringan-saringan pengetahuan yang dimilikinya. Kualitasnya menjernihkan.
Saya kira-kira tipe yang mana, ya? Entah, lah. Emosi saya, kadang mempengaruhi proses penyaringan informasi. Tapi, setidaknya saya berusaha untuk tidak sembarangan share informasi di grup WA atau membuat status-status pendek di FB dengan mengacu kepada sumber informasi tidak jelas validitasnya. Juga berusaha untuk tidak merasa paling cerdas dan paling sehat akalnya. Apalagi membuat status dengan bahasa caci maki di medsos, Saya malu jika status itu di baca oleh anak saya dan teman-temannya.
Kalau anda?
Silahkan berkontemplasi.
Saya lebih suka diam dan menjadi silent reader saja, dianggap tidak ada, nyatanya ada, dianggap ada, tapi jarang sekali komen, bahkan posting jualan pun hampir tak pernah, cukup dapatkan semua informasi dari grup dan cukup sampai DI SINI Saja, yah Begitulah ...
ReplyDelete