Udah, bicara saja apa adanya. Jangan plintat-plintut, bermuka
dua dan berstandar ganda.
Yang salah katakan salah dan yang benar katakan benar.
Jangan yang benar disalah-salahkan dan yang salah dibenar-benarkan hanya
gara-gara ngak suka atau suka siapa yang mengatakannya.
Dan, terima juga konsekuensinya karena akan ada imbas
balik untuk semuanya.
Jangan dihina tidak mau tapi menghina mau.
Jangan difitnah tidak mau tapi memfitnah mau.
Jangan dicaci maki tidak mau tapi mencaci maki mau.
Jangan dibodoh-bodohkan orang lain tidak mau tapi membodoh-bodohkan
orang lain mau.
Jangan diolok-olok tidak mau tapi mengolok-ngolok mau.
Jangan mengkritik orang lain berbusa-busa, giliran dikritik
marah-marah.
Jangan kalau tidak menguntungkan pribadi atau kelompok
tidak boleh, tapi jika menguntungkan boleh
Jangan giliran ngak enak di kita, bukan kawan kita,
bukan kelompok kita salah semua tapi giliran enak buat kita, kawan kita,
kelompok kita benar semua.
Jangan giliran tokoh idola dilecehkan orang lain tidak
boleh, tapi melecehkan tokoh idola orang lain rajin banget.
Jangan disalahkan orang lain tidak bisa, tapi
menyalah-menyalahkan orang lain ngotot benar.
Jangan saat menghina orang lain dikatakan mengkritik
dan saat dikritik orang lain dikatakan dihina.
Jangan orang disuruh move on, tapi giliran diminta move
on juga tidak mau.
Kalau tidak mau direndahkan orang lain, ya jangan
merendahkan orang lain.
Kalau orang lain tidak boleh melakukan sesuatu, ya
jangan dilakukan juga.
Kalau ingin dihormati orang lain, ya hormati orang
lain juga.
Kalau ingin dipercaya orang lain, ya berusaha juga
untuk percaya kepada orang lain.
Kalau ingin didengar orang lain, ya dengar juga orang
lain.
Kalau tidak ingin dibenci orang lain secara membabi
buta, ya jangan membenci orang lain secara membabi buta juga.
Hidup ini sesederhana itu bro,
jangan dibuat ribet. Walaupun memang, hanya orang-orang berjiwa besar dan
berhati bersih yang berani mengoreksi dirinya sendiri sebelum dia mengoreksi
orang lain.
Saya bersyukur yang tidak
terhingga kepada Allah SWT yang telah mengirimkan kekasih-Nya, seseorang yang
baik prilakunya, terjaga lisannya, terpercaya ucapannya, mulia karakternya,
teruji kesabarannya, suci hatinya dan rela memberi makan dengan tangannya
sendiri sampai akhir hayatnya seseorang buta mata yang saban waktu mencacinya
tanpa ada sepatah katapun caci maki balik meluncur dari mulutnya yang berharga.
Tak pula beliau meminta
sahabatnya yang rela mengorbankan nyawa demi Sang Pencipta untuk menjaga harga
dirinya dari caci maki seseorang buta mata yang saban waktu mencacinya itu. Para
sahabatnya tak pula turut mencaci si pencaci. Malah, setelah beliau pergi,
sahabatnya yang Ash-Shiddiq – sang pemimpin
setelah kekasih-Nya itu kembali – melanjutkan memberi makan untuk si pencaci
yang segera dikenali oleh si Pencaci karena caranya yang tidak selembut orang
yang saban waktu di cacinya itu.
Bergetar hati ku setiap kali
mengingat kisah ini. Betapa mulianya prilaku sang teladan untuk menjadi Rahmatan
Lil Alamin itu.
Udah, bicara apa adanya saja jangan ada apa-apanya. Nanti
jadi apa-apa pula apanya itu.
No comments:
Post a Comment