Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Wednesday, January 3, 2018

TUKANG DEBAT DI MEDSOS





Aku : Tuan, tidak kah Tuan ingin berdebat seperti orang-orang yang banyak berdebat di medsos itu?

Tuan : Tidak.

Aku : Kenapa, Tuan? Apakah Tuan takut kalah?

Tuan : Bukan. Gunanya apa? Apa yang kita menangkan atau apa kekalahan yang kita alami?

Aku : Setidaknya kita merasa puas telah berhasil menundukan orang lain dengan argumen kita?

Tuan : Hehehe, itu kelakukan pesilat lidah. Aku bukan dan tak ingin menjadi pesilat lidah.

Aku : Tapi, kadang ku lihat tuan juga ikut terlibat dalam perdebatan di medsos itu?

Tuan : Hanya untuk hal-hal yang menarik dan menambah pengetahuan atau sesuatu yang tidak ditempatnya atau sesuatu yang bersifat fitnah yang mesti diberikan informasi pembanding. Kadang juga karena ku lihat munculnya kesombongan yang melebihi batas.

Aku : Mengapa begitu, Tuan?

Tuan : Perdebatan di Medsos itu diikuti oleh banyak orang yang kita tidak mengenal orang-orangnya secara langsung. Di sana kita bisa menyimak siapa yang sedang menujukan kecerdasannya dan siapa yang sedang mempertontonkan kebodohannya. Juga menunjukan siapa yang ingin menjelaskan sesuatu dan siapa yang sekedar ingin memojokan orang lain. Juga bisa dilihat siapa yang punya kepentingan tertentu dan siapa yang murni panggilan nuraninya. Kalau kita larut, kita akan kehilangan kontrol diri dan terjebak dalam ngotot-ngototan yang tidak berdasar serta bisa menyakiti orang lain. Karenanya kita harus memilah-milah.

Aku : Kenapa bisa begitu, Tuan?

Tuan : Berdebat di medsos itu mengasikkan, apalagi bagi orang-orang yang menggunakan akun-akun tanpa identitas yang jelas. Di sana dia bebas mengeluarkan apa yang ada di kepala dan di hatinya, tanpa merasa takut dipermalukan atau memperlihatkan kebodohannya. Di perdebatan tatap muka, hal ini sulit dilakukan. Kalau di Medsos dia bisa berkilah kesana-kemari, tidak nyambung, dan lari dari substansi serta banyak juga yang kemudian mencaci-maki dan menyerang pribadi orang lain. Yang model beginian enak diikuti, apalagi kemudian berhasil membully orang lain yang akan memunculkan kepuasan sendiri. Tapi disadari atau tidak, jika kita larut, hati kita menjadi mengeras dan membatu, karena perdebatannya tidak dengan semangat mencari kebenaran, tapi sekedar lomba siapa yang berhasil menundukan siapa.

Aku : Adakah yang hatinya mengeras atau membantu itu,Tuan?

Tuan : Ada. Mereka yang dalam perdebatan itu memfitnah atau menyebarluaskan fitnah, membinatang-binatangkan orang lain, menghina, mencaci-maki orang lain dan mengeluarkan umpatan-umpatan kasar yang tidak pantas terutama di ranah publik seperti medsos, hatinya telah mengeras dan membantu. Jika hatinya masih bekerja dengan baik dan keimanan masih tersisa di sana, akan ada getaran bahwa hal-hal yang seperti itu tidak boleh dilakukan. Orang yang hatinya telah mengeras dan membantu tidak bisa lagi melihat kebenaran dan rasa malu telah dicabut darinya.

Begitulah...

No comments:

Post a Comment