Agar
diingat diawal bahwa saya tidak sedang menulis tentang orang-orang yang LGBT
(Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender), tapi tentang akun-akun transgender yang
ada di dunia maya.
Jadi,
belakangan ini saya senang mengamati berbagai perdebatan yang ada di grup-grup Medsos
(terutama di fesbuk) untuk bermacam-macam topik. Dari berbagai perdebatan itu
dan metodenya berdebat setidaknya bisa dilakukan semacam riset mini untuk
mengetahui apa yang ada di hati dan kepala masyarakat pada umumnya.
Mengikuti
perdebatan ini berbeda dengan melihat orang yang sekedar update status atau menginformasikan apa kegiatannya hari itu atau
bagaimana pandangannya terhadap sesuatu peristiwa. Apa yang muncul dalam narasi
debat itu lebih originil karena siapa saja, asal tergabung dalam grup, bisa nimbrung. Dengan demikian, peserta
debatnya lebih merdeka dan tidak perlu takut malu-maluin. Toh, di dunia nyata belum tentu mereka saling kenal
atau saling jumpa. Pada perdebatan itu kita bisa melihat seberapa luas
cakrawala peserta debatnya dan seberapa paham mereka tentang yang diperdebatkan
itu.
Dari
perdebatan itulah saya mendapatkan bermacam istilah untuk menilai akun-akun
yang berpartisipasi di sana. Ada yang dalam bentuk kelompok yang biasanya
menggunakan akronim “kami” untuk menyebut dirinya dan ada juga yang individual.
Ada yang indentitasnya bisa dilihat dengan jelas, ada juga yang tampil anonim (tidak
jelas identitasnya) yang oleh mereka sendiri disebut dengan istilah akun palsu
atau akun siluman.
Akun-akun
anonim inilah yang sekarang menjadi fokus saya pada tulisan ini.
Pada
grup-grup Medsos yang memberikan ruang yang luas untuk berbeda pendapat, akun-akun
anonim ini bisa ditemukan dengan mudah. Ada kecendrungan, akun-akun anonim ini
sengaja di buat untuk kepentingan tertentu, dan menyuarakan pemahaman tertentu
dan tergabung dengan komunitas tertentu juga. Dalam pengamatan saya, terjadi
semacam “perang” di medsos antara akun-akun anonim ini. Mungkin karena anonim,
caci maki dan fitnah sering keluar dari akun-akun anonim ini.
Saya
jarang kepo dengan profile medsos
orang lain dalam perdebatan di medsos itu kecuali materi yang disampaikannya
dan caranya berdebat saya anggap aneh. Tapi beberapa waktu lalu ada yang memposting
kecurigaan di salah satu grup itu terkait pola bahasa yang digunakan oleh
beberapa akun anonim yang ada di sana.
Menurut
si yang memposting, ada kemungkinan, akun-akun anonim yang menggunakan nama
wanita sebenarnya adalah laki-laki. Indikasinya sederhana. Bahasa yang
digunakan kasar, tak segan-segan menfitnah dan mencaci orang lain, dan
terkadang memprovokasi persekusi yang rasa-rasanya tidak mungkin dilakukan ibu-ibu
di Medsos. Menurutnya begitu.
Karena
postingan itu saya penasaran untuk melihat lebih jauh profile beberapa akun yang
aktif dalam berbagai perdebatan di grup yang saya ikuti. Benar saja, saya
menemukan beberapa akun yang menggunakan nama wanita, tapi begitu kita lihat
profile individunya, yang bersangkutan mencantumkan jenis kelamin laki-laki.
Inilah
akun-akun transgender itu. Di dunia nyata dia laki-laki, di dunia maya dia perempuan.
Hmmm,
niat banget ya. Hehehe.
Apa
tujuan dan kepuasan seperti apa yang dikehendaki atau keuntungan bagaimana yang
dinikmati sampai harus membuat akun-akun anonim bahkan memanipulasi gender
hanya untuk mengikuti keriuhan di Medsos, yang bersangkutanlah yang mengetahui.
Saya
berasumsi, akun-akun ini sengaja di buat untuk menghindari tanggungjawab
personal secara hukum dari postingan-postingan atau komentar-komentar di medsos
serta memudahkan untuk menyerang orang lain. Selain itu, bisa juga dibuat untuk
menghindarkan serangan dari akun anonim lainnya dari pihak yang berseberangan
dalam “perperangan” dunia medsos.
Mungkin
memunculkan diidentitas sebagai perempuan di Medsos dianggapnya bisa lebih
leluasa mengomentari apa saja. Dan, yang bersangkutan anteng-anteng saja di
panggil ibu oleh orang lain di dunia maya. Bahkan merespon kala digoda sambil
bercanda dan dipuji-puji kecantikannya, hehehe.
Yang
menggelikan, saya mengamati beberapa akun anonim menggunakan nama perempuan yang
selalu mengetikan komentar yang sama apapun topik perdebatannya. Diantaranya yang
konstisten diketikannya adalah “semoga Indonesia terbebas dari LGBT”. Setelah saya
cek profilenya, ternyata mencantumkan jenis kelamin laki-laki.
Gimana
toh bro, tegas menolak LGBT, tapi di dunia medsos menjadi LGBT, hehehe.
Terlepas
dari itu semua, akun-akun anonim adalah bentuk kepalsuan
ketidakbertanggungjawaban. Bahkan jika akun anonim ini menyuarakan kebenaran
sekalipun, kebenarannya telah ternodai dengan kepalsuan yang dilakukannya di
dunia maya. Apalagi kalau sebenarnya dia pria, tapi ngakunya wanita.
Begitulah...
Dulu
saya pernah menulis tentang akun robot (silahkan baca di sini). Dan tentang mereka yang berkepribadian ganda di dunia medsos (silahkan baca disini).
Note
: Ilustrasi by Hasan Van Lopha
No comments:
Post a Comment