Hidup
ini bukan hanya tentang bagaimana pandangan kita terhadap hidup, tapi juga tentang
bagaimana cara kita hidup.
Kemaren,
dipenghujung tahun, saya mengantar istri untuk belanja seprai untuk dijual
kembali.
Kami
sampai di toko tempat langganan, tidak banyak yang buka toko disekitarnya, mungkin persiapan untuk
merayakan tahun baru malam harinya. Jadi pada tutup. Di toko itu, kami disambut
perempuan muda, mungkin masih SMP, yang melayani dengan ramah. Hebat juga. Masih
ABG, disaat yang lain ber-alay ria, ada yang mengisi libur sekolah, dia malah
di toko membatu usaha orang tuanya.
Dengan
ramah dan sabar si anak melayani istri saya. Kemudian, datang perempuan dewasa,
pegawai di toko itu membantu. Saya pikir si anak akan langsung pergi, ternyata
tidak. Dia malah memposisikan diri menjadi semacam asisten untuk membantuk pegawai
toko itu. Berdua mereka berkolaborasi menjelaskan produk-produk yang hendak di
beli istri saya. Dengan sabar juga mereka membongkar dan memasukan lagi
barang-barang yang hendak di beli istri saya. Tak ada kerutan di wajah kedua
orang itu, padahal dari sekian banyak barang yang di bongkar belum tentu semua
di beli istri saya. Akhirnya, dari
rencana membeli lima item barang, menjadi enam item barang. Kami pun keluar
dengan puas dari toko itu.
Kemudian,
kami keluar menuju parkir sepeda motor saya di samping toko itu. Tadi waktu
datang, tidak kelihatan juru parkirnya. Saya sempat salah memarkirkan kendaraan
dan malah diingatkan oleh pelayan toko di sebarang jalan bahwa di tempat saya
parkir itu adalah tempat mobil bongkar muat untuk toko-toko di sana.
Begitu
hendak pergi, muncul tukang parkirnya. Saya kesulitan mengeluarkan sepeda
motor, tak ada bantuan darinya. Setelah di posisi hendak jalan, baru
dipegangnya bagian belakang sepeda motor dan menagih uang parkir. Hmmm, berat sekali membayar parkir Rp.
2.000 dengan layanan seperti itu. Padahal, kami baru saja over budget ratusan ribu rupiah di dalam
toko.
Lalu
kami pergi ke lokasi ke dua. Hendak membeli casing
untuk gadget komunikasi kami dan
beberapa orang yang kebetulan sedang di rumah saya. Ada informasi dari teman
bahwa ada tempat di kota ini yang khusus menjual aksesoris berbagai gadget dengan
harga murah. Ke sana lah kami meluncur.
Sampai
di lokasi, kami berhenti di toko aksesoris smartphone
yang ditata secara modern. Parkir tidak sulit, karena tidak banyak yang belanja
di sana. Pegawai tokonya banyak dan masih muda-muda. Aksesoris yang hendak di
beli tertata rapi di sana. Dan, benar saja harganya murah antara Rp. 15.000
sampai Rp. 30.000 (yang sempat saya tanya). Lebih murah dibandingkan harga casing yang di pesan istri saya secara online untuk bahan yang sama seharga Rp.
100.000 per 3 buah.
Lalu
saya berkeliling di toko itu. Saya sudah dapatkan 1 casing untuk smartphone
saya dan satu lagi untuk tablet. Istri saya juga berkeliling untuk mencari casing yang sesuai dengan seleranya dan
tadi waktu berpisah dua sudah memegang satu casing
pesanan seorang kerabat yang nitip
belanja di sana. Agak lucu juga soal casing
untuk tablet itu. Waktu ditanya ke pelayan, katanya ngak ada. Tapi saya
cari sendiri kok malah ketemu.
Tiba-tiba
Istri saya datang dan dengan wajah sedikit kesal dia bilang, “Pa, ayo kita
pergi saja dari sini.” Saya tanya mengapa, tidak di jawabnya dan terus
melangkah ke kasir. Casing tablet itu
dilarangnya di bawa. Hanya satu casing saja
yang saya bawa. Istri saya pun begitu. Tak ada yang dibawanya kecuali pesanan
kerabat tadi. Lalu kami bayar dan keluar. Setelah di luar toko, baru istri saya
bercerita. Ternyata dia kesal dengan layanan pegawai toko. Menurutnya, layanan
pegawai toko itu tidak menyenangkan, letoy, malas ditanya-tanya dan malas
membantu mencarikan barang yang dibutuhkan. Akhirnya, dari enam item yang tadinya sudah diniatkan hendak di beli di
toko itu, kami hanya beli dua item saja, itupun karena sudah terlanjur masuk ke
sana. Berbanding terbalik dengan toko seprai tadi.
Padahal,
sekiranya dengan layanan seperti itu, lalu tokonya merugi dan tutup, para
pegawai itu juga yang akan menderita. Jadi, walaupun ditata dengan modern, tapi
layanan tidak menyenangkan, tetap saja tidak menghasilkan apa-apa. Dan, rekomendasi
dari orang-orang yang kecewa, sangat efektif untuk membuat bisnis berantakan. Sebaliknya
rekomendasi dari orang-orang yang terpuaskan, juga sangat efektif untuk
mengembangkan bisnis.
Saat
hendak pergi, datanglah tukang parkir yang muncul tiba-tiba. Yang ini lebih
parah, begitu terima uang langsung pergi begitu saja ke seberang jalan dan
nongkrong bersama teman-temannya di sana. Hmmm,
sial sekali harus membayar parkir Rp. 2.000 untuk layanan seperti itu.
Sungguh
pengalaman yang kurang menyenangkan di akhir tahun 2017. Dari empat peristiwa serupa, hanya 1 yang berdedikasi tinggi terhadap
pekerjaannya. Sisanya, bekerja dengan attitude kerja yang rendah. Barangkali
anda juga punya penggalaman yang sama dalam banyak hal.
Ini
bukan soal harga atau uang bro, ini soal melayani dengan kemanusiaan dan
kemudian berdampak pada berbagai urusan termasuk bisnis. Ini juga bukan soal bagaimana kita memandang kehidupan dengan segala
macam teori yang ada di kepala. Ini soal
bagaimana cara kita hidup. Kita bisa
saja memiliki pandangan macam-macam tentang kehidupan dan apa saja yang
terjadi. Tapi, jika kita tidak hidup dengan cara yang tepat, tetap saja tak ada
yang bisa kita dapatkan atau kita rubah.
Jangan
salahkan dan menghujat orang lain yang kemudian menjadi lebih maju, lebih
sukses, lebih berhasil, lebih berkuasa dan sebagainya di bandingkan kita. Mungkin saja, ketidakberhasilan kita, kegagalan
kita, dan kesulitan kita adalah karena kita sendiri yang membuat kita menjadi
orang-orang yang gagal.
Oleh
karena itu, resolusi ku untuk tahun 2018 adalah merubah cara hidup. Aku sudah
punya pandangan tersendiri terhadap hidupku, tapi tidak selalu dapat hidup
dengan cara yang tepat.
Begitulah...
No comments:
Post a Comment