Ini cerita
tentang sebuah wilayah yang bernama Dunia Fiksi. Kalau ada kesamaan waktu,
tempat dan peristiwa, itu perasaan anda saja:)
Dunia
Fiksi ini tempat penduduk berkumpul, bercengkrama, mengeluh dan kadang juga saling
fitnah:) Sekarang, di Dunia Fiksi, sedang berlangsung perdebatan hangat tentang
bermacam-macam kejadian yang didominasi oleh dua kelompok yakni, kelompok Pret
dan kelompok Bong.
Ada hubungan yang istimewa diantara dua kelompok ini. Meski selalu bertengkar, enggan berpikiran sama, berada
pada sisi jendela yang berseberangan, mereka ini sebenarnya saling
membutuhkan, juga saling mencari dan saling merindukan. Tanpa Bong, kehidupan Pret sepi. Tanpa Pret, kehidupan
Bong tidak bergairah. Tanpa mereka, kehidupan di Dunia Fiksi tak cetar
membahana.
Hubungan itu unik. Ini bukan seperti pasangan LDR yang saban waktu
pengen jumpa dan sambil menunggu waktu itu datang mereka bertukar kata-kata romantis serta nanti berpelukan saat bertemu. Bukan begitu
ya bro. Kangennya Pret dan Bong bukan kangen sejenis lagu kangen Dewa 19 dulu
itu.
Kalau mau diidentifkasi, keunikan itu antara lain:
Pertama,
Bong nickname yang diberikan oleh
Pret, dan Pret itu nickname yang
diberikan oleh Bong. Melalui nickname itu
mereka saling mengidentifikasi pasangannya masing-masing. Ngak usah cari siapa
yang mulai duluan. Itu sama dengan mencari jawaban mana duluan telur atau ayam.
Pokoknya pasangan Pret adalah Bong dan pasangan Bong adalah Pret. Gitu aja.
Kedua, ngak
ada ngopi darat dalam hubungan Pret dan Bong. Mereka cuma bercengkrama di Dunia
Fiksi. Seni berhubungan dalam drama ini justru bagaimana caranya untuk tidak
ketemu langsung. Mereka sama-sama menghindarinya. Kenapa? Karena ketemuan dalam
bahasa cinta Pret dan Bong bisa berarti intimidasi atau persekusi atau bisa
juga berkelahi. Bisa juga berarti salah satunya ditangkap polisi atau tentara.
Hehehe. Kalau ini terjadi, biasanya akan dikirimi meme cinta berisi gambar
orang tertawa lebar sampai mengeluarkan air mata, atau GIF anak-anak yang lagi
joget atau foto orang tertawa terbahak-hak. Syukurin!
Ketiga,
kata-kata romantisnya bukan i lope u pul bebeh,
miss u, semoga kita baik-baik saja, apa kabarmu di sana dan yang
sejenisnya. Itu ngak laku dan malah aneh dalam hubungan ini. Minimal bahasa
romantisnya “bong kejang-kejang”, atau “pret meradang” atau “ngertikan
booonnngg” atau “pahamkan preeeetttt”. Pada level kerinduan yang lebih tinggi, panggilan
kesayangannya bisa juga berubah, Bong berubah jadi Njeng, dan Pret berubah Nyet.
Hahaha.
Keempat,
meski bersebarangan, Pret dan Bong saling meniru. Pret share meme menghina, Bong juga. Pret tebar hoax, Bong juga. Pret
percaya berita pelintiran, Bong juga. Pret buat grup fesbuk, Bong juga. Pret
menghina tokoh idola Bong, Bong menghina tokoh idola Pret. Pret punya istilah
baru untuk Bong, Bong juga punya istilah baru untuk Pret. Pret punya akun
palsu, Bong juga. Pret masuk ke akun pribadi Bong dan ambil foto di sana, Bong
juga. Pokoknya apa yang dilakukan Pret, ditiru juga oleh Bong. Sebaliknya apa
yang dilakukan Bong, dilakukan juga oleh Pret.
Kelima, Pret
dan Bong saling menasehati. Saat Bong share
hoax, Pret mengingatkan “cari informasi yang benar Bong, jangan asal share!” Saat Pret share hoax, Bong menasehati “itu berita palsu Pret, biasakan
menggali informasi!” saat Bong share
berita pelintiran atau fitnah, Pret mengingatkan, “jangan percaya media penipu,
Bong!” Saat Pret share berita
pelintiran atau fitnah, bong menasehati “Pret, berita dari situs abal-abal kok
di percaya, sih!”. Tapi, meski saling menasehati bukan berarti mereka tidak melakukan
yang apa mereka nasehatkan itu. Biasanya ngeles,
“kalau untuk kebaikan, kan, ngak apa-apa”, atau “biar kita waspada”. Minta maaf
telah menabar hoax, fitnah atau pelintiran? No,
way.
Keenam, mereka
sama-sama mengakui bahwa mereka ‘kurang pintar’. Bong setelah dikumpulkan IQ
nya rame-rame, menurut Pret mereka ngak pintar-pintar juga. Pret menurut Bong,
IQ nya juga rendah karena sering tidur dengan posisi kaki di atas kepala di
bawah dan kepalanya sering kena pipis sendiri. Jadi Bong dan Pret sama-sama
memiliki IQ yang bermasalah. Hehehe.
Ketujuh,
Bong dan Pret sama-sama salah dan sama-sama benar. Bagi Pret, Bong selalu salah
dan Pret selalu benar. Bong juga begitu. Baginya Pret selalu salah dan Bong
selalu benar. Apapun yang disampaikan Bong, salah menurut Pret. Sebaliknya,
apapun yang disampaikan Pret salah menurut Bong.
Kedelapan,
Pret dan Bong sepakat bahwa kebenaran bersifat relatif dan tergantung keadaan.
Kalau keadaanya menguntungkan Pret, itu kebenaran menurut Pret. Kalau
keadaannya menguntungkan Bong, itu kebenaran menurut Bong. Sebaliknya kalau
tidak menguntungkan, apapun ceritanya, itu adalah ketidakbenaran.
Mereka
mempertahankan kebenaran dan ketidakbenaran dengan dalil-dalil yang juga
berubah menurut keadaan. Biasanya mereka tidak membuat atau merangkai sendiri
dalil-dalil itu, tapi di copas dari sana-sini.
Jadi
jangan heran kalau melihat Pret atau Bong suatu ketika berkoar-koar membela
sesuatu, lain hari mereka berkoar-koar lagi menolak sesuatu yang mereka bela
mati-matian dulu itu. Jangan heran juga melihat mereka hari ini memaksa untuk
melakukan sesuatu, lain waktu mereka juga memaksa untuk tidak melakukan apa
yang mereka paksa untuk dilakukan dulu itu. Jangan heran juga kalau suatu hari
Pret mengecam habis-habisan sesuatu yang dilakukan oleh idola Bong, dan nanti
membela habis-habisan jika idolanya melakukan juga apa yang tadinya dilakukan
oleh idola Bong itu. Bong juga begitu.
Kesembilan,
mereka saling memanggil. Bong share
berita yang menyenangkan Bong, di kolam komen mereka memanggil Pret “mana nih
Pret, kok ngak nongol?” Pret share
berita yang menyenangkan Pret, di kolam komen mereka memanggil Bong, “kok
tumben, Bong ngak muncul? Malah, kadang mereka sengaja membuat status singkat
dengan latar berwarna dan memanggil pasangannya “ayo Bong/Pret, mau komen apa,
wkwkwk...”
Kesepuluh,
dan seterusnya. Capek ah.
Jadi
Bong dan Pret itu sebenarnya terikat satu sama lain. Tak ada Bong, tak ada
Pret. Tak ada Pret, tak ada Bong. Di Dunia Fiksi itu, Pret dan Bong saling
membutuhkan, saling merindukan dan saling tergantung untuk melampiaskan hobi
mencerca. Lalu datanglah pihak ketiga ditengah hubungan itu, yakni
mereka-mereka yang membutuhkan.
Sayangnya,
Pret dan Bong tidak menyadari bahwa percintaan itu dimanfaatkan oleh
mereka-mereka yang membutuhkan jalinan asmara ini terus berlangsung. Dari
jalinan asmara Pret dan Bong, mereka-mereka yang membutuhkan mengeruk
keuntungan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang di dunia nyata. Pret
dan Bong-nya sih, gitu-gitu aja.
Bagi
mereka-mereka yang membutuhkan, percintaan Pret dan Bong tidak boleh terhenti. Kerinduannya
mesti dipelihara. Saat Pret kehabisan amunisi untuk berkencan dengan Bong,
mereka diberikan amunisi baru. Saat Bong kehabisan bahan untuk menjaga
komunikasi dengan Pret, mereka disiapkan bahan baru. Dengan cara begitu, nalar
percintaan Pret dan Bong tetap dipelihara oleh mereka-mereka yang membutuhkan.
Ada
kelemahan fatal Pret dan Bong yang dimanfaatkan mereka-mereka yang membutuhkan,
yaitu ketidakmampuan membaca fenomena, menilai arah wacana serta melakukan
penilaian secara madiri, objektif dan berbasiskan pengetahuan. Pret dan Bong
sangat mudah terpesona oleh tampilan-tampilan yang sesuai seleranya. Dari
keterpesonaan itu mereka membangun rasa percaya sekaligus rasa tidak percaya. Pada
tingkat kekentalan akut keterpesonaan itu, mereka terjebak dalam pengkhultusan
yang menghilangkan nalar dan mengembangbiakan kebencian yang kadang mereka
sendiri tidak mampu menjelaskan mengapa mereka membenci.
Mengapa
Pret dan Bong bisa begitu? Nanti aja ah.
Begitulah...
No comments:
Post a Comment