Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Thursday, November 2, 2017

PRET RINDU BONG, BONG RINDU PRET


Ini cerita tentang sebuah wilayah yang bernama Dunia Fiksi. Kalau ada kesamaan waktu, tempat dan peristiwa, itu perasaan anda saja:)

Dunia Fiksi ini tempat penduduk berkumpul, bercengkrama, mengeluh dan kadang juga saling fitnah:) Sekarang, di Dunia Fiksi, sedang berlangsung perdebatan hangat tentang bermacam-macam kejadian yang didominasi oleh dua kelompok yakni, kelompok Pret dan kelompok Bong.

Ada hubungan yang istimewa diantara dua kelompok ini. Meski selalu bertengkar, enggan berpikiran sama, berada pada sisi jendela yang berseberangan, mereka ini sebenarnya saling membutuhkan, juga saling mencari dan saling merindukan. Tanpa Bong, kehidupan Pret sepi. Tanpa Pret, kehidupan Bong tidak bergairah. Tanpa mereka, kehidupan di Dunia Fiksi tak cetar membahana.


Hubungan itu unik. Ini bukan seperti pasangan LDR yang saban waktu pengen jumpa dan sambil menunggu waktu itu datang mereka bertukar kata-kata romantis serta nanti berpelukan saat bertemu. Bukan begitu ya bro. Kangennya Pret dan Bong bukan kangen sejenis lagu kangen Dewa 19 dulu itu.

Kalau mau diidentifkasi, keunikan itu antara lain:
                                                                                                      
Pertama, Bong nickname yang diberikan oleh Pret, dan Pret itu nickname yang diberikan oleh Bong. Melalui nickname itu mereka saling mengidentifikasi pasangannya masing-masing. Ngak usah cari siapa yang mulai duluan. Itu sama dengan mencari jawaban mana duluan telur atau ayam. Pokoknya pasangan Pret adalah Bong dan pasangan Bong adalah Pret. Gitu aja.

Kedua, ngak ada ngopi darat dalam hubungan Pret dan Bong. Mereka cuma bercengkrama di Dunia Fiksi. Seni berhubungan dalam drama ini justru bagaimana caranya untuk tidak ketemu langsung. Mereka sama-sama menghindarinya. Kenapa? Karena ketemuan dalam bahasa cinta Pret dan Bong bisa berarti intimidasi atau persekusi atau bisa juga berkelahi. Bisa juga berarti salah satunya ditangkap polisi atau tentara. Hehehe. Kalau ini terjadi, biasanya akan dikirimi meme cinta berisi gambar orang tertawa lebar sampai mengeluarkan air mata, atau GIF anak-anak yang lagi joget atau foto orang tertawa terbahak-hak. Syukurin!

Ketiga, kata-kata romantisnya bukan i lope u pul bebeh, miss u, semoga kita baik-baik saja, apa kabarmu di sana dan yang sejenisnya. Itu ngak laku dan malah aneh dalam hubungan ini. Minimal bahasa romantisnya “bong kejang-kejang”, atau “pret meradang” atau “ngertikan booonnngg” atau “pahamkan preeeetttt”. Pada level kerinduan yang lebih tinggi, panggilan kesayangannya bisa juga berubah, Bong berubah jadi Njeng, dan Pret berubah Nyet. Hahaha.  

Keempat, meski bersebarangan, Pret dan Bong saling meniru. Pret share meme menghina, Bong juga. Pret tebar hoax, Bong juga. Pret percaya berita pelintiran, Bong juga. Pret buat grup fesbuk, Bong juga. Pret menghina tokoh idola Bong, Bong menghina tokoh idola Pret. Pret punya istilah baru untuk Bong, Bong juga punya istilah baru untuk Pret. Pret punya akun palsu, Bong juga. Pret masuk ke akun pribadi Bong dan ambil foto di sana, Bong juga. Pokoknya apa yang dilakukan Pret, ditiru juga oleh Bong. Sebaliknya apa yang dilakukan Bong, dilakukan juga oleh Pret.

Kelima, Pret dan Bong saling menasehati. Saat Bong share hoax, Pret mengingatkan “cari informasi yang benar Bong, jangan asal share!” Saat Pret share hoax, Bong menasehati “itu berita palsu Pret, biasakan menggali informasi!” saat Bong share berita pelintiran atau fitnah, Pret mengingatkan, “jangan percaya media penipu, Bong!” Saat Pret share berita pelintiran atau fitnah, bong menasehati “Pret, berita dari situs abal-abal kok di percaya, sih!”. Tapi, meski saling menasehati bukan berarti mereka tidak melakukan yang apa mereka nasehatkan itu. Biasanya ngeles, “kalau untuk kebaikan, kan, ngak apa-apa”, atau “biar kita waspada”. Minta maaf telah menabar hoax, fitnah atau pelintiran? No, way.      

Keenam, mereka sama-sama mengakui bahwa mereka ‘kurang pintar’. Bong setelah dikumpulkan IQ nya rame-rame, menurut Pret mereka ngak pintar-pintar juga. Pret menurut Bong, IQ nya juga rendah karena sering tidur dengan posisi kaki di atas kepala di bawah dan kepalanya sering kena pipis sendiri. Jadi Bong dan Pret sama-sama memiliki IQ yang bermasalah. Hehehe.

Ketujuh, Bong dan Pret sama-sama salah dan sama-sama benar. Bagi Pret, Bong selalu salah dan Pret selalu benar. Bong juga begitu. Baginya Pret selalu salah dan Bong selalu benar. Apapun yang disampaikan Bong, salah menurut Pret. Sebaliknya, apapun yang disampaikan Pret salah menurut Bong.

Kedelapan, Pret dan Bong sepakat bahwa kebenaran bersifat relatif dan tergantung keadaan. Kalau keadaanya menguntungkan Pret, itu kebenaran menurut Pret. Kalau keadaannya menguntungkan Bong, itu kebenaran menurut Bong. Sebaliknya kalau tidak menguntungkan, apapun ceritanya, itu adalah ketidakbenaran.
Mereka mempertahankan kebenaran dan ketidakbenaran dengan dalil-dalil yang juga berubah menurut keadaan. Biasanya mereka tidak membuat atau merangkai sendiri dalil-dalil itu, tapi di copas dari sana-sini.
Jadi jangan heran kalau melihat Pret atau Bong suatu ketika berkoar-koar membela sesuatu, lain hari mereka berkoar-koar lagi menolak sesuatu yang mereka bela mati-matian dulu itu. Jangan heran juga melihat mereka hari ini memaksa untuk melakukan sesuatu, lain waktu mereka juga memaksa untuk tidak melakukan apa yang mereka paksa untuk dilakukan dulu itu. Jangan heran juga kalau suatu hari Pret mengecam habis-habisan sesuatu yang dilakukan oleh idola Bong, dan nanti membela habis-habisan jika idolanya melakukan juga apa yang tadinya dilakukan oleh idola Bong itu. Bong juga begitu.

Kesembilan, mereka saling memanggil. Bong share berita yang menyenangkan Bong, di kolam komen mereka memanggil Pret “mana nih Pret, kok ngak nongol?” Pret share berita yang menyenangkan Pret, di kolam komen mereka memanggil Bong, “kok tumben, Bong ngak muncul? Malah, kadang mereka sengaja membuat status singkat dengan latar berwarna dan memanggil pasangannya “ayo Bong/Pret, mau komen apa, wkwkwk...”

Kesepuluh, dan seterusnya. Capek ah.

Jadi Bong dan Pret itu sebenarnya terikat satu sama lain. Tak ada Bong, tak ada Pret. Tak ada Pret, tak ada Bong. Di Dunia Fiksi itu, Pret dan Bong saling membutuhkan, saling merindukan dan saling tergantung untuk melampiaskan hobi mencerca. Lalu datanglah pihak ketiga ditengah hubungan itu, yakni mereka-mereka yang membutuhkan.

Sayangnya, Pret dan Bong tidak menyadari bahwa percintaan itu dimanfaatkan oleh mereka-mereka yang membutuhkan jalinan asmara ini terus berlangsung. Dari jalinan asmara Pret dan Bong, mereka-mereka yang membutuhkan mengeruk keuntungan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang di dunia nyata. Pret dan Bong-nya sih, gitu-gitu aja.

Bagi mereka-mereka yang membutuhkan, percintaan Pret dan Bong tidak boleh terhenti. Kerinduannya mesti dipelihara. Saat Pret kehabisan amunisi untuk berkencan dengan Bong, mereka diberikan amunisi baru. Saat Bong kehabisan bahan untuk menjaga komunikasi dengan Pret, mereka disiapkan bahan baru. Dengan cara begitu, nalar percintaan Pret dan Bong tetap dipelihara oleh mereka-mereka yang membutuhkan.

Ada kelemahan fatal Pret dan Bong yang dimanfaatkan mereka-mereka yang membutuhkan, yaitu ketidakmampuan membaca fenomena, menilai arah wacana serta melakukan penilaian secara madiri, objektif dan berbasiskan pengetahuan. Pret dan Bong sangat mudah terpesona oleh tampilan-tampilan yang sesuai seleranya. Dari keterpesonaan itu mereka membangun rasa percaya sekaligus rasa tidak percaya. Pada tingkat kekentalan akut keterpesonaan itu, mereka terjebak dalam pengkhultusan yang menghilangkan nalar dan mengembangbiakan kebencian yang kadang mereka sendiri tidak mampu menjelaskan mengapa mereka membenci.

Mengapa Pret dan Bong bisa begitu? Nanti aja ah.

Begitulah...

No comments:

Post a Comment