Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Thursday, November 16, 2017

DASAR BODOH!





Saya sebenarnya tidak suka membodoh-bodohkan orang lain walau kadang dalam keadaan kesal level tinggi, terucap juga. Hehehe

Kenapa? Karena dalam pandangan saya, sepanjang orang tidak mengalami gangguan pada fungsi syaraf dan otaknya, tidak ada orang yang bodoh. Yang ada hanyalah perbedaan kemampuan berpikir dan inisiatif menggunakan otak.

Contohnya, anak-anak akan bangga menyampaikan kepada orang tuanya bahwa dia mendapat nilai 100 pada penjumlahan 1+1, 2+2, 3+3, 4+4 dan 5+5 di sekolah. Itu adalah tingkat kemampuan berpikirnya pada waktu itu. keberhasilannya menjawab semua soal itu membuatnya merasa bangga dan berada pada puncak kepintaran.

Bagi orang tuanya, mungkin biasa saja. Karena pada waktu itu si orang tua mungkin sudah mampu menghitung penambahan, pengkalian, dan pembagian angka sampai 2,3 trilun. Jadi kalau hanya 1+1 sampai 5+5 adalah kemampuan yang rendah sekali dibandingkan kemampuan ortunya itu. Saat si ortu sebaya anaknya, mungkin masih salah menghitung 5+5.


Itulah sebabnya, apapun yang membuat anak anda bangga di usianya anda harus memujinya dan mengakui kehebatannya itu. Kalau anda menghinanya, akan langsung mematikan kemampuan berpikirnya karena hilangnya rasa percaya diri si anak.

Setiap orang kemudian akan berpikir sesuai kemampuan berpikirnya itu. jadi kalau anda ketemu orang yang kemampuan berpikirnya menurut anda lebih pendek dari anda, tidak perlu menghakiminya dengan ucapan “Dasar Bodoh!”. Maklumi saja bahwa itu adalah kemampuan berpikir terbaiknya saat itu. Kalau itu anda lakukan, anda patut didiagnosa berpenyakit hati kategori sombong:)




Bagaimana dengan orang yang sebenarnya daya jangkau otaknya pendek tapi ngotot merasa paling benar dan tidak mau diberikan informasi baru yang lebih baik? Itu bukan bodoh tapi bebal. Orang bebal ruang di otak dan hatinya sudah penuh tidak bisa diisi lagi. Penyebab penuhnya otak itu bisa macam-macam, misalnya memang kapasitas otaknya sedikit karena tidak di asah maksimal, atau pengaruh lainnya yang mematikan fungsi-fungsi otaknya, termasuk akibat penyakit hati seperti kesombongan, kedengkian, dan kebencian.

Bagaimana dengan orang yang sebenarnya terbatas kemampuan berpikirnya dan suka membodoh-bodohkan orang lain yang sebenarnya lebih luas wawasannya? Kalau ini bebal plus bro. Bebal plus ngak tahu diri. hahaha. Setiap kali dia membodohkan orang lain, saat itu juga kesempatannya untuk belajar lebih banyak menguap. Bahkan dari orang yang dianggap bodoh itupun ada yang bisa dipelajari.

Bagaimana dengan orang yang sebenarnya pintar berwawasan luas tapi suka meremehkan orang lain dan menganggap orang lain bodoh? Dia mungkin pintar, tetapi terlalu sombong untuk mengakui kepintarannya terbatas.

Btw, saya menulis ini karena membaca banyak sekali orang yang membodoh-bodohkan orang lain terutama di Medsos. Saya menjadi teringat pengalaman berdialog dengan seorang teman yang ketika membodohkan orang lain karena kesal kepada pimpinan di kantornya.



Kira-kira begini dialog antara saya (S) dengan teman itu (T):

T:   Bodoh sekali, dia.
S: Kenapa?
T:   Masak, dia tidak bisa mengerti maksud ku, percuma dia pejabatnya.
S: Jadi, dia bodoh?
T:   Iya.
S: Kalau dia bodoh, kamu yang pintar?
T:   ...
S: Kamu jadi apa di sini?
T:   Staf.
S: Orang itu jadi apa di sini?
T:   Pimpinan.
S: Kalau kamu pintar mengapa tidak kamu yang jadi pimpinan?
T:   ...
S:  Bukankah karena dia lebih pintar, makanya dia menjadi pimpinan?
T: Tapi, dia tidak mau mendengar masukan ku dan idenya itu tidak mungkin dilakukan.   
S:  Bisa jadi ide mu tidak realistis menurut dia, atau ide mu itu terlalu tinggi untuk dicerna dengan kemampuan berpikirnya atau kamu yang tidak mampu bekerja dengan baik.



T:   Apakah tidak ada pimpinan yang bodoh? Bagaimana dengan orang yang menjadi pimpinan bukan karena kemampuannya tapi karena uang atau kolega.
S:  Bukankah dia pintar menggunakan pengaruh uang dan koleganya?
T:   Iya, tapi itu kan perbuatan tidak baik dan haram.
S:  Benar bro, banyak sekali orang pintar yang tidak peduli halal dan haram. Koruptor itu pintar ngak?
T:   Pintar.
S:  Peduli ngak dia dengan halal dan haram?
T:   Tidak.

Begitulah...

No comments:

Post a Comment