Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Monday, November 20, 2017

ADILAH SEJAK DARI BERPIKIR



Sumber gambar dari: https://semuada.com/articles/renungan/179-al-maidah-8-tentang-berlaku-adil


Dulu, saat Pilkada Jakarta 2017 masih berlangsung saya berkali-kali (via Japri, Grup WA, wall Fesbuk dll) mendapatkan boardcast informasi tentang bagaimana para sahabat, melalui kisah Ukasyah, memperlakukan Rasulullah di akhir hayat Beliau. Mungkin anda juga. Jika ingin membaca kisah ini, klik aja di gugel dengan menggunakan Ukasyah sebagai kata kunci. Saya terharu sekali membaca kisah itu. sungguh besar kecintaan para sahabat ke Rasulullah dan begitu juga Rasulullah kepada para sahabat beliau.

Lalu apa yang bisa kita pelajari dari kisah itu?

Ukasyah karena cintanya kepada Rasul kemudian “mengakali” Rasul di forum terbuka dan sempat membuat marah para sahabat karena salah paham dan beranggapan Ukasyah “kurang ajar”, tidak cinta dan tidak peduli dengan keadaan Rasul yang sedang sakit.


Akhirnya, pada ujung kisah, ternyata Ukasyah sedang membuat “trik” untuk dapat memeluk langsung dan menyentuh kulit Rasullulah sebagai tanda cinta dan hormatnya pada sang Kekasih Allah SWT. Trik Ukasyah sukses dan kemudian sahabat yang lain bergiliran ikut memeluk Rasulullah.

Begitulah kecintaan para sahabat.

Sayangnya, broadcast itu hanya berhenti pada bagaimana para sahabat memperlakukan Rasulullah, tapi tidak melihat lebih dalam bagaimana Rasullulah memperlakukan diri Beliau sendiri, para sahabat dan umatnya.

Apa yang membuat “trik” Ukasyah itu sukses?

Kalau kita analisis kisah itu, trik Ukasyah itu bisa sukses bukan karena keberanian Ukasyah untuk menyampaikan hasratnya sebagai faktor utama, melainkan kepribadian Rasullulah sebagai faktor utama yang membuat trik itu sukses. Inilah yang saya maksud bagaimana Beliau memperlakukan diri sendiri, sahabat dan umat.

Pada kisah itu, Rasulullah mengumpulkan sahabat untuk mendapatkan beberapa kesaksian. Diantaranya apakah Rasulullah ada hutang kepada sahabat-sahabat beliau? Hukumnya dalam bahasa yang sederhana, setiap hutang wajib di bayar oleh yang berhutang.

Lalu Ukasyah menceritakan sebuah peristiwa, yakni peristiwa cambuk Rasulullah secara tidak sengaja telah mengenainya saat Rasul hendak mencabuk kuda tunggangan Beliau. Rasul bermaksud mencambuk kuda, tapi terpeleset dan mengenai dada Uksyah yang saat itu sedang tidak memakai baju.

Lalu Ukasyah menyerahkan kepada Rasul untuk memutuskan sendiri, apakah itu termasuk hutang atau tidak. Sekiranya termasuk hutang, Ukasyah ingin di bayar saat itu juga. Permintaan Ukasyah inilah yang membuat sahabat marah. Tega sekali Ukasyah mempertanyakan masalah remeh dan tidak sengaja itu serta berkeinginan untuk mencambuk Rasul yang sedang sakit.
                                              
Tapi apa jawaban Rasul. Rasulullah memutuskan kalau itu adalah hutang dan bersedia untuk membayarnya saat itu. Lalu Beliau meminta Bilal untuk mengambil cambuk ke rumah Beliau untuk digunakan sebagai alat membayar hutang cambukan kepada Ukasyah. Dalam perjalanan mengambil cambuk, para sahabat mengecam Ukasyah dan banyak yang bersedia menggantikan Rasul menerima cambukan itu.

Rasul menolak semua kesediaan sahabat dan keluarga untuk menggantikan menerima cambukan itu. Setiap kali ada yang menawarkan diri untuk menggantikan, Rasul mengatakan, “itu urusan ku dengan Ukasyah”. Rasul bahkan bersedia memenuhi permintaan agar turun dari mimbar supaya lebih mudah bagi Ukasyah untuk mencambuk beliau. Rasul juga bersedia untuk membuka baju, - memperlihatkan perut beliau diikat batu karena sedang menahan lapar - supaya keadaannya setara dengan keadaan Ukasyah yang waktu di kenai cambuk Rasul.

Pada peristiwa ini, Rasulullah telah mengadili diri sendiri, menetapkan hukum dan menjatuhkan sanksi untuk diri sendiri dan bersedia untuk menerima sanksi yang beliau jatuhkan sendiri untuk diri beliau sendiri itu. Subhanallah.

Anda lihat, kepribadian Rasulullah lah yang membuat trik Ukasyah itu sukses. Meski kemudian Ukasyah tidak mencambuk Rasul dan malah menangis tersedu-sedu sambil memeluk Rasul.

Rasul adil mulai dari sejak berpikir. Beliau memberlakukan hukum secara konsisten, termasuk untuk diri Beliau sendiri. Beliau bertanggungjawab untuk masalah pribadi beliau tanpa melibatkan orang lain dan umat. Beliau konsisten antara apa yang diucapkan dengan apa yang dilakukan. Dan beliau tidak menarik keuntungan pribadi dari kepercayaan dan kecintaan para sahabat yang begitu besar. Subhanallah.


Saya berandai-andai kalau saya yang di posisi beliau waktu itu. Rasanya, tidak mungkin saya akan menetapkan cambukan yang tidak disengaja itu sebagai hutang dan mempermalukan diri sendiri di depan khalayak ramai. Apalagi saya lah yang memutuskan itu hutang atau tidak. Bisa jadi saya malah memerintahkan sahabat saya yang lain untuk menghukum Ukasyah karena telah menghina saya di hadapan publik. Bagaimana mungkin kita akan membuat keputusan yang merugikan kita sendiri sedangkan hukum berada dalam gengaman kita?

Ah, betapa memalukannya saya dan Maha Besar Allah SWT yang telah menurunkan manusia dengan kepribadian sehebat Rasulullah sebagai teladan di akhir zaman. Saya tidak heran sama sekali, mengapa para sahabat sangat mencintai beliau dan lihatlah kepribadian-kepribadian hebat yang ditunjukan para sahabat setia beliau itu.

Sekali lagi, peristiwa Ukasyah ini menunjukan bahwa Rasul adil mulai dari sejak berpikir.

Saat Rasul bilang jangan berbohong, beliau tidak berbohong. Saat Rasul bilang jangan menyakiti orang lain, Beliau tidak menyakiti orang lain. Saat Rasul bilang jangan memfitnah, Beliau tidak memfitnah. Saat beliau bilang jangan menyebarkan berita dusta, beliau tidak menyebarkan berita dusta. Saat Beliau bilang jangan mengambil hak orang lain, Beliau tidak mengambil hak orang lain. Saat Beliau bilang jangan berkata-kata kasar, mencaci dan menghina orang lain, Beliau tidak berkata kasar, mencaci dan menghina orang lain. Saat beliau bilang ikhlas lah, Beliau ikhlas. Saat Beliau bilang bersyukurlah kepada Allah SWT, Beliau bersyukur kepada Allah SWT. 
Saat Beliau bilang jangan munafik, Beliau tidak munafik. Saat Beliau bilang jangan mencuri, Beliau tidak mencuri. Saat Beliau bilang takut dan malu lah kepada Allah, Beliau takut dan malu kepada Allah. Saat Beliau bilang jangan mempersekutukan Allah dan cintah lah kepada Allah, Beliau tidak mempersekutukan Allah dan menunjukan kecintaan beliau kepada Allah dengan cara yang tidak dapat ditandingi, apalagi oleh saya. Subhanallah...

Adil lah mulai dari sejak berpikir. Berlakukan apa yang kita katakan itu untuk kita.

Semoga Allah SWT menjauhkan saya dan kita semua, umat Beliau, dari segala perbuatan dan lisan yang dapat menjadi sebab datangnya fitnah terhadap Rasulullah SAW.

Jika saya telah salah dalam usaha memetik hikmah, kepada Allah, saya mohon ampun.

Begitulah...

No comments:

Post a Comment