![]() |
Sumber gambar dari: https://semuada.com/articles/renungan/179-al-maidah-8-tentang-berlaku-adil |
Dulu,
saat Pilkada Jakarta 2017 masih berlangsung saya berkali-kali (via Japri, Grup
WA, wall Fesbuk dll) mendapatkan boardcast informasi tentang bagaimana para
sahabat, melalui kisah Ukasyah, memperlakukan Rasulullah di akhir hayat Beliau.
Mungkin anda juga. Jika ingin membaca kisah ini, klik aja di gugel dengan
menggunakan Ukasyah sebagai kata kunci. Saya terharu sekali membaca kisah itu.
sungguh besar kecintaan para sahabat ke Rasulullah dan begitu juga Rasulullah kepada
para sahabat beliau.
Lalu
apa yang bisa kita pelajari dari kisah itu?
Ukasyah
karena cintanya kepada Rasul kemudian “mengakali” Rasul di forum terbuka dan sempat
membuat marah para sahabat karena salah paham dan beranggapan Ukasyah “kurang
ajar”, tidak cinta dan tidak peduli dengan keadaan Rasul yang sedang sakit.
Akhirnya,
pada ujung kisah, ternyata Ukasyah sedang membuat “trik” untuk dapat memeluk
langsung dan menyentuh kulit Rasullulah sebagai tanda cinta dan hormatnya pada
sang Kekasih Allah SWT. Trik Ukasyah sukses dan kemudian sahabat yang lain
bergiliran ikut memeluk Rasulullah.
Begitulah
kecintaan para sahabat.
Sayangnya,
broadcast itu hanya berhenti pada bagaimana para sahabat memperlakukan
Rasulullah, tapi tidak melihat lebih dalam bagaimana Rasullulah memperlakukan diri
Beliau sendiri, para sahabat dan umatnya.
Apa
yang membuat “trik” Ukasyah itu sukses?
Kalau
kita analisis kisah itu, trik Ukasyah itu bisa sukses bukan karena keberanian
Ukasyah untuk menyampaikan hasratnya sebagai faktor utama, melainkan kepribadian
Rasullulah sebagai faktor utama yang membuat trik itu sukses. Inilah yang saya
maksud bagaimana Beliau memperlakukan diri sendiri, sahabat dan umat.
Pada
kisah itu, Rasulullah mengumpulkan sahabat untuk mendapatkan beberapa kesaksian.
Diantaranya apakah Rasulullah ada hutang kepada sahabat-sahabat beliau?
Hukumnya dalam bahasa yang sederhana, setiap hutang wajib di bayar oleh yang
berhutang.
Lalu
Ukasyah menceritakan sebuah peristiwa, yakni peristiwa cambuk Rasulullah secara
tidak sengaja telah mengenainya saat Rasul hendak mencabuk kuda tunggangan
Beliau. Rasul bermaksud mencambuk kuda, tapi terpeleset dan mengenai dada
Uksyah yang saat itu sedang tidak memakai baju.
Lalu
Ukasyah menyerahkan kepada Rasul untuk memutuskan sendiri, apakah itu termasuk
hutang atau tidak. Sekiranya termasuk hutang, Ukasyah ingin di bayar saat itu
juga. Permintaan Ukasyah inilah yang membuat sahabat marah. Tega sekali Ukasyah
mempertanyakan masalah remeh dan tidak sengaja itu serta berkeinginan untuk
mencambuk Rasul yang sedang sakit.
Tapi apa jawaban Rasul. Rasulullah
memutuskan kalau itu adalah hutang dan bersedia untuk membayarnya saat itu. Lalu
Beliau meminta Bilal untuk mengambil cambuk ke rumah Beliau untuk digunakan
sebagai alat membayar hutang cambukan kepada Ukasyah. Dalam perjalanan
mengambil cambuk, para sahabat mengecam Ukasyah dan banyak yang bersedia
menggantikan Rasul menerima cambukan itu.
Rasul menolak semua kesediaan sahabat
dan keluarga untuk menggantikan menerima cambukan itu. Setiap kali ada yang
menawarkan diri untuk menggantikan, Rasul mengatakan, “itu urusan ku dengan
Ukasyah”. Rasul bahkan bersedia memenuhi permintaan agar turun dari mimbar
supaya lebih mudah bagi Ukasyah untuk mencambuk beliau. Rasul juga bersedia
untuk membuka baju, - memperlihatkan perut beliau diikat batu karena sedang
menahan lapar - supaya keadaannya setara dengan keadaan Ukasyah yang waktu di
kenai cambuk Rasul.
Pada peristiwa ini, Rasulullah telah
mengadili diri sendiri, menetapkan hukum dan menjatuhkan sanksi untuk diri
sendiri dan bersedia untuk menerima sanksi yang beliau jatuhkan sendiri untuk
diri beliau sendiri itu. Subhanallah.
Anda lihat, kepribadian Rasulullah lah
yang membuat trik Ukasyah itu sukses. Meski kemudian Ukasyah tidak mencambuk
Rasul dan malah menangis tersedu-sedu sambil memeluk Rasul.
Rasul adil mulai dari sejak berpikir.
Beliau memberlakukan hukum secara konsisten, termasuk untuk diri Beliau
sendiri. Beliau bertanggungjawab untuk masalah pribadi beliau tanpa melibatkan
orang lain dan umat. Beliau konsisten antara apa yang diucapkan dengan apa yang
dilakukan. Dan beliau tidak menarik keuntungan pribadi dari kepercayaan dan kecintaan
para sahabat yang begitu besar. Subhanallah.
Saya berandai-andai kalau saya yang di
posisi beliau waktu itu. Rasanya, tidak mungkin saya akan menetapkan cambukan
yang tidak disengaja itu sebagai hutang dan mempermalukan diri sendiri di depan
khalayak ramai. Apalagi saya lah yang memutuskan itu hutang atau tidak. Bisa
jadi saya malah memerintahkan sahabat saya yang lain untuk menghukum Ukasyah
karena telah menghina saya di hadapan publik. Bagaimana mungkin kita akan
membuat keputusan yang merugikan kita sendiri sedangkan hukum berada dalam
gengaman kita?
Ah, betapa memalukannya saya dan Maha
Besar Allah SWT yang telah menurunkan manusia dengan kepribadian sehebat
Rasulullah sebagai teladan di akhir zaman. Saya tidak heran sama sekali,
mengapa para sahabat sangat mencintai beliau dan lihatlah
kepribadian-kepribadian hebat yang ditunjukan para sahabat setia beliau itu.
Sekali lagi, peristiwa Ukasyah ini
menunjukan bahwa Rasul adil mulai dari sejak berpikir.
Saat
Rasul bilang jangan berbohong, beliau tidak berbohong. Saat Rasul bilang jangan
menyakiti orang lain, Beliau tidak menyakiti orang lain. Saat Rasul bilang
jangan memfitnah, Beliau tidak memfitnah. Saat beliau bilang jangan menyebarkan
berita dusta, beliau tidak menyebarkan berita dusta. Saat Beliau bilang jangan
mengambil hak orang lain, Beliau tidak mengambil hak orang lain. Saat Beliau bilang
jangan berkata-kata kasar, mencaci dan menghina orang lain, Beliau tidak
berkata kasar, mencaci dan menghina orang lain. Saat beliau bilang ikhlas lah,
Beliau ikhlas. Saat Beliau bilang bersyukurlah kepada Allah SWT, Beliau
bersyukur kepada Allah SWT.
Saat
Beliau bilang jangan munafik, Beliau tidak munafik. Saat Beliau bilang jangan
mencuri, Beliau tidak mencuri. Saat Beliau bilang takut dan malu lah kepada
Allah, Beliau takut dan malu kepada Allah. Saat Beliau bilang jangan
mempersekutukan Allah dan cintah lah kepada Allah, Beliau tidak mempersekutukan
Allah dan menunjukan kecintaan beliau kepada Allah dengan cara yang tidak dapat
ditandingi, apalagi oleh saya. Subhanallah...
Adil
lah mulai dari sejak berpikir. Berlakukan apa yang kita katakan itu untuk kita.
Semoga
Allah SWT menjauhkan saya dan kita semua, umat Beliau, dari segala perbuatan
dan lisan yang dapat menjadi sebab datangnya fitnah terhadap Rasulullah SAW.
Jika
saya telah salah dalam usaha memetik hikmah, kepada Allah, saya mohon ampun.
Begitulah...
No comments:
Post a Comment