Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Thursday, November 23, 2017

MENUJU INDONESIA KECE



Indonesia Kece
Sumber gambar: https://twitter.com/_indonesiakece


Saya menggunakan istilah KECE yang sekarang jadi jargon di NET TV. jadi kalau NET TV ingin mengatakan saya menciplak jargonnya NET, silahkan saja. Memang terinspirasi dari sana soalnya. Boleh ya NET TV:)

Harusnya seluruh pembicaraan politik kita sekarang ini ditujukan untuk membuat Indonesia yang lebih kece. Bukan malah sibuk baku hantam sana-sini dan memproduksi plus menghabiskan energi untuk hal-hal yang tidak produktif dan menghasilkan kebisingan-kebisingan publik. Segala bentuk hidung  dan mata orangpun di bahas. Hadeh...

Gunakan kewenangan dan kekuatan masing-masing untuk bersinergi membangun negara. Ambil peran yang perlu diperankan untuk kemajuan. Kurangi merepet di publik dan berbuatlah suatu yang positif. Periksa instansi dan lembaga masing-masing, udah bagus apa belum. Kalau belum bagus, bagusin. Yang di proses hukum, biarkan proses hukumnya berjalan. Yang perlu di kritik, kritiklah dengan cara-cara yang beradab. Yang merasa fans fanatik tokoh-tokoh tertentu, tak perlu lebay. Yang merasa nanti tidak perlu memilih orang-orang tertentu, pada masanya nanti ngak usah pilih lagi. Yang merasa perlu memilih, pilih lagi sesuai selera.  Gitu aja kok repot.

Hehehe, kok jadi merepet ya:)  

Kalau kita mau melihat perkembangan negara apa adanya – tidak dengan bias-bias politik – akan nampak bahwa sebenarnya negara ini sedang bergerak maju walau di sana-sini masih banyak persoalan yang harus diselesaikan juga.

Apa dasar berpikirnya? Bisa banyak. Misalnya pemberantasan korupsi. Surprise juga sebenarnya akhirnya pak Setnov di tahan KPK terlepas dari apapun hasilnya nanti, dan bagaimanapun pandangan politis terhadapnya. Penahanan ini menunjukan pemberantasan korupsi sudah memasuki areal yang lebih luas dan lebih tinggi lagi.

Bayangkan, Ketua DPR RI aktif, punya basis ekonomi, sosial dan politik yang kuat (ketua partai), partainya pendukung pemerintah yang sedang berkuasa (meski mendukung di tengah jalan) dan telah menyatakan dukungan untuk Presiden menjadi Presiden lagi, bisa di tahan oleh KPK dalam proses pemeriksaan. Kalau anggota DPR, menteri, hakim, jaksa dll sudah banyak yang di pidana. Di zaman pak SBY juga begitu, bahkan besan beliau sendiri bisa diproses dan dinyatakan bersalah. Tapi tokoh politik dengan jabatan ketua DPR RI aktif, sepanjang yang saya tahu, ini kedua kalinya dan suasana yang sekarang tidak sama dengan suasana yang pertama dulu. Harusnya koruptor yang lain mulai pada mikir, Ketua DPR RI aja bisa ditangkap, apalagi kita. Meski memalukan dan masih dalam proses, bukankah ini sebuah kemajuan?

Ke depan, kita berharap semua kasus korupsi ini dituntaskan dan  komitmen serta sinergitas antara penegak hukum yang memberantas korupsi semakin baik.
contoh lainnya, perkembangan infrastruktur. Muncul geliat infrastruktur dimana-mana terutama akses jalan dan pembenahan daerah perbatasan. Kota saya, apalagi setelah dimakjlebkan Presiden beberapa waktu yang lalu, semakin gencar memperbaiki jalan dan saluran air.
Meski muncul diskursus politik yang cukup tajam soal asal biaya yang digunakan untuk membangun dan pengelolaan infrastruktur itu setelah dibangun, tapi pembenahan infrastruktur ini perlu dilakukan. Negara lain telah menikmati hasil-hasil dari infrastruktur mereka, kita meski tertunda tapi sedang terus membangun. Ini juga kemajuan.

Memang, ada problem dengan banyaknya masyarakat yang mengalami kesulitan karena mahalnya berbagai kebutuhan, saya juga mengalaminya. Tapi, membenahi infrastruktur itu penting. Bagaimana mau maju kalau infrastrukturnya tidak mendukung. Meski demikian pemerintah tidak boleh abai dengan keluhan masyarakat ini. Mestinya ada insentif dan aksi nyata untuk mengontrol harga-harga terutama kebutuhan pokok, agar pada masa giat-giatnya membangun ini, masyarakat tidak terbebani terlalu banyak.

Contoh lainnya, keterbukaan informasi. Sekarang sangat terbuka. Semua hal bisa didiskusikan dengan bebas. Setiap orang dapat mengkritik dan menyampaikan pendapat, meski kemudian menjadi sulit membedakan antara kritikan, nyinyiran, repetan, hasutan, fitnahan, caci maki, penghinaan dan hoax. Tapi, keterbukaan ini menunjukan tersedianya ruang kontrol bagi publik terhadap pemerintahan. Presiden aja tiap hari di kata-katai. Ketua DPR RI, di bully rame-rame. Tiang listrik, di sanjung-sanjung, hehehe. Kalau dulu, apalagi dulu sekali, jangan coba-coba begitu, bisa gawat. Bukankah ini sebuah kemajuan?

Sayangnya, kelakukan kita kadang-kadang sulit terkontrol. Ruang publik yang terbuka malah dimanfaatkan sebagian orang untuk hal-hal yang kontraproduktif, seperti hina-menghina, caci-maki, hoax, fitnah, pelintiran, dll. Ada juga yang demi mendapatkan klik yang banyak untuk iklan-iklan, tega menyebarluaskan berita yang judul dan isinya tidak memiliki sambungan (modus klik). Ada juga yang demi menjaga follower terus menerus memunculkan sensasi. Akhirnya sesuatu yang seharusnya tidak perlu dibatasi lagi, mau tidak mau harus dibatasi.



Untuk yang ditangkap-tangkapi dan dibubarkan serta ada yang dipersekusi, saya juga menyayangkan. Tapi, setidaknya ada mekanisme peradilan yang dapat dipantau semua orang terlepas dari pro dan kontranya. Tanyakan saja bagaimana pengalaman pahit mereka-mereka yang saat ini masih hidup dan pernah meringkut di balik terali besi tanpa peradilan karena menyampaikan pendapat. Baca juga biografi tokoh-tokoh bangsa yang menderita kehilangan akses tanpa proses peradilan karena menyampaikan pendapat. Baca juga pengalaman pahit organisasi-organisasi dan partai-partai politik yang pernah di bubarkan tanpa ada kesempatan untuk proses peradilan sama sekali.

Contoh lainnya. Kunjungan kepala negara asing dan tokoh-tokoh internasional ke Indonesia akhir-akhir ini banyak sekali dalam berbagai bentuk kegiatan. Diantaranya ada yang bersejarah. Misalnya ada yang baru pertama kalinya kunjungan resmi kenegaraan seperti Ratu Silvia dan Raja Carl XVI Gustaf dari Swedia dan Ratu Denmark, Ratu Margrethe II. ada juga yang baru berkunjung lagi setelah bertahun-tahun tidak pernah melakukan kunjungan resmi kenegaraan, seperti Raja Arab Saudi (setelah 47 tahun) Presiden Italia (setelah 66 tahun) dan Presiden Prancis (setelah 30 tahun).

Dalam catatan yang berhasil saya obrak abrik di google, selama pemerintahan sekarang ini saja (belum termasuk pemerintahan periode sebelumnya) banyak sekali negara yang berkunjung. Ada Presiden Afrika Selatan, Presiden Tiongkok, Presiden Sri Langka, Presiden Mozambik, Presiden Yaman, Presiden Zanzibar yang juga Ketua Dewan Revolusi Tanzania, Perdana Menteri Bangladesh, Perdana Menteri Malaysia, Perdana Menteri Australia, Wakil Presiden India, Emir Qatar, Ketua Dewan Negara Oman, Wakil Presiden Amerika Serikat dan Mantan Presidennya, Presiden Ukraina, Perdana Menteri Jepang, Presiden Mesir, Presiden Korea Selatan, Presiden Niger, Presiden lithuania, Presiden Sri Lanka dan Presiden Turki. Kabarnya, Presiden Rusia juga akan datang ke Indonesia. Belum lagi dari kalangan profesional seperti CEO Facabook, CEO Twitter dan COE Telegram.

Jadi kalau hanya takut kepada China sebagai satu-satunya negara yang akan menguasai Indonesia, itu pandangan yang terlalu sempit. Kalau kita memang takut asing akan menguasai Indonesia, sepertinya kita harus takut kepada seluruh negara maju di dunia ini yang sedang rame-rame melirik negara ini.

Kepala-kepala negara dan pemerintahan yang datang itu tentu saja dengan ekspektasi yang saling menguntungkan antara negara mereka dengan Indonesia. Ada yang datang lengkap dengan tim bisnis dan pengusaha-pengusaha di negaranya untuk berinvestasi. Kalau king Salman kemaren sudah pada tahu la ya. Luar biasanya banyaknya rombongan beliau meski investasi di sini masih sedikit sekali dibadingkan investasi beliau di China. Menariknya negara-negara ini datang dari berbagai latar politik dan idologi negara. Tapi bisa ngumpul di Indonesia. Bukankah itu juga kemajuan?



Sekarang, tinggal bagaimana kita bisa menempatkan diri dengan baik dalam Indonesia yang sedang menuju Kece itu. apakah kita akan menjadi faktor pendukung kemajuan atau malah menjadi penghambat kemajuan, adalah pilihan masing-masing.  Persiapkan saja diri kita sebaik-baiknya untuk menjadi tuan rumah di negara kita sendiri tanpa harus menghilangkan karakter khas negara kita karena kita tidak bisa menghindari perubahan zaman.

Peran menyiapkan masyarakat inilah yang seharusnya diperankan dengan baik oleh pemerintah daerah karena pemerintah daerah lah yang paling dekat dengan masyarakat dan langsung berinteraksi menyiapkan masyarakat untuk lebih siap untuk bersaing dengan masyarakat lain. 

Kalau pemerintah daerah mencla-mencle, meski negara semakin maju, tapi masyarakat akan semakin sulit menjadi bagian dari kemajuan untuk akhirnya tenggalam oleh kompetensi dari masyarakat negara lain. Bukankah untuk itu otonomi daerah diadakan?

Begitulah...

Note: Gambarnya saya ambil dari akun https://twitter.com/_indonesiakece. Entah kenapa sejak bergabung tahun 2013 di twitter, akun itu hanya ngetwit satu kali “Indonesia itu orangnya gak kalah kece dari negara lain bener gak?” dan mengikuti dua akun dan pengikutnya hanya 6 akun. Sayang sekali, padahal gambar akun twitternya KECE.

No comments:

Post a Comment