![]() |
Sumber gambar: https://twitter.com/_indonesiakece |
Saya
menggunakan istilah KECE yang sekarang jadi jargon di NET TV. jadi kalau NET TV
ingin mengatakan saya menciplak jargonnya NET, silahkan saja. Memang
terinspirasi dari sana soalnya. Boleh ya NET TV:)
Harusnya
seluruh pembicaraan politik kita sekarang ini ditujukan untuk membuat Indonesia
yang lebih kece. Bukan malah sibuk baku hantam sana-sini dan memproduksi plus
menghabiskan energi untuk hal-hal yang tidak produktif dan menghasilkan
kebisingan-kebisingan publik. Segala bentuk hidung dan mata orangpun di bahas. Hadeh...
Gunakan
kewenangan dan kekuatan masing-masing untuk bersinergi membangun negara. Ambil
peran yang perlu diperankan untuk kemajuan. Kurangi merepet di publik dan
berbuatlah suatu yang positif. Periksa instansi dan lembaga masing-masing, udah
bagus apa belum. Kalau belum bagus, bagusin. Yang di proses hukum, biarkan
proses hukumnya berjalan. Yang perlu di kritik, kritiklah dengan cara-cara yang
beradab. Yang merasa fans fanatik tokoh-tokoh tertentu, tak perlu lebay. Yang
merasa nanti tidak perlu memilih orang-orang tertentu, pada masanya nanti ngak
usah pilih lagi. Yang merasa perlu memilih, pilih lagi sesuai selera. Gitu aja kok repot.
Hehehe,
kok jadi merepet ya:)
Kalau
kita mau melihat perkembangan negara apa adanya – tidak dengan bias-bias
politik – akan nampak bahwa sebenarnya negara ini sedang bergerak maju walau di
sana-sini masih banyak persoalan yang harus diselesaikan juga.
Apa
dasar berpikirnya? Bisa banyak. Misalnya pemberantasan korupsi. Surprise juga sebenarnya akhirnya pak
Setnov di tahan KPK terlepas dari apapun hasilnya nanti, dan bagaimanapun
pandangan politis terhadapnya. Penahanan ini menunjukan pemberantasan korupsi
sudah memasuki areal yang lebih luas dan lebih tinggi lagi.
Bayangkan,
Ketua DPR RI aktif, punya basis ekonomi, sosial dan politik yang kuat (ketua
partai), partainya pendukung pemerintah yang sedang berkuasa (meski mendukung
di tengah jalan) dan telah menyatakan dukungan untuk Presiden menjadi Presiden
lagi, bisa di tahan oleh KPK dalam proses pemeriksaan. Kalau anggota DPR,
menteri, hakim, jaksa dll sudah banyak yang di pidana. Di zaman pak SBY juga
begitu, bahkan besan beliau sendiri bisa diproses dan dinyatakan bersalah. Tapi
tokoh politik dengan jabatan ketua DPR RI aktif, sepanjang yang saya tahu, ini kedua
kalinya dan suasana yang sekarang tidak sama dengan suasana yang pertama dulu.
Harusnya koruptor yang lain mulai pada mikir, Ketua DPR RI aja bisa ditangkap,
apalagi kita. Meski memalukan dan masih dalam proses, bukankah ini sebuah
kemajuan?
Ke
depan, kita berharap semua kasus korupsi ini dituntaskan dan komitmen serta sinergitas antara penegak hukum
yang memberantas korupsi semakin baik.
contoh
lainnya, perkembangan infrastruktur. Muncul geliat infrastruktur dimana-mana
terutama akses jalan dan pembenahan daerah perbatasan. Kota saya, apalagi setelah
dimakjlebkan Presiden beberapa waktu yang lalu, semakin gencar memperbaiki
jalan dan saluran air.
Meski
muncul diskursus politik yang cukup tajam soal asal biaya yang digunakan untuk
membangun dan pengelolaan infrastruktur itu setelah dibangun, tapi pembenahan
infrastruktur ini perlu dilakukan. Negara lain telah menikmati hasil-hasil dari
infrastruktur mereka, kita meski tertunda tapi sedang terus membangun. Ini juga
kemajuan.
Memang,
ada problem dengan banyaknya masyarakat yang mengalami kesulitan karena
mahalnya berbagai kebutuhan, saya juga mengalaminya. Tapi, membenahi
infrastruktur itu penting. Bagaimana mau maju kalau infrastrukturnya tidak
mendukung. Meski demikian pemerintah tidak boleh abai dengan keluhan masyarakat
ini. Mestinya ada insentif dan aksi nyata untuk mengontrol harga-harga terutama
kebutuhan pokok, agar pada masa giat-giatnya membangun ini, masyarakat tidak
terbebani terlalu banyak.
Contoh
lainnya, keterbukaan informasi. Sekarang sangat terbuka. Semua hal bisa didiskusikan
dengan bebas. Setiap orang dapat mengkritik dan menyampaikan pendapat, meski
kemudian menjadi sulit membedakan antara kritikan, nyinyiran, repetan, hasutan,
fitnahan, caci maki, penghinaan dan hoax. Tapi, keterbukaan ini menunjukan tersedianya
ruang kontrol bagi publik terhadap pemerintahan. Presiden aja tiap hari di
kata-katai. Ketua DPR RI, di bully rame-rame. Tiang listrik, di
sanjung-sanjung, hehehe. Kalau dulu, apalagi dulu sekali, jangan coba-coba
begitu, bisa gawat. Bukankah ini sebuah kemajuan?
Sayangnya,
kelakukan kita kadang-kadang sulit terkontrol. Ruang publik yang terbuka malah
dimanfaatkan sebagian orang untuk hal-hal yang kontraproduktif, seperti
hina-menghina, caci-maki, hoax, fitnah, pelintiran, dll. Ada juga yang demi
mendapatkan klik yang banyak untuk iklan-iklan, tega menyebarluaskan berita
yang judul dan isinya tidak memiliki sambungan (modus klik). Ada juga yang demi
menjaga follower terus menerus memunculkan sensasi. Akhirnya sesuatu yang seharusnya
tidak perlu dibatasi lagi, mau tidak mau harus dibatasi.
Untuk
yang ditangkap-tangkapi dan dibubarkan serta ada yang dipersekusi, saya juga
menyayangkan. Tapi, setidaknya ada mekanisme peradilan yang dapat dipantau
semua orang terlepas dari pro dan kontranya. Tanyakan saja bagaimana pengalaman
pahit mereka-mereka yang saat ini masih hidup dan pernah meringkut di balik
terali besi tanpa peradilan karena menyampaikan pendapat. Baca juga biografi
tokoh-tokoh bangsa yang menderita kehilangan akses tanpa proses peradilan
karena menyampaikan pendapat. Baca juga pengalaman pahit organisasi-organisasi
dan partai-partai politik yang pernah di bubarkan tanpa ada kesempatan untuk
proses peradilan sama sekali.
Contoh
lainnya. Kunjungan kepala negara asing dan tokoh-tokoh internasional ke
Indonesia akhir-akhir ini banyak sekali dalam berbagai bentuk kegiatan. Diantaranya
ada yang bersejarah. Misalnya ada yang baru pertama kalinya kunjungan resmi
kenegaraan seperti Ratu
Silvia dan Raja
Carl XVI Gustaf dari Swedia
dan Ratu Denmark, Ratu Margrethe
II. ada juga yang baru berkunjung lagi setelah bertahun-tahun
tidak pernah melakukan kunjungan resmi kenegaraan, seperti Raja Arab Saudi (setelah 47 tahun) Presiden
Italia (setelah 66 tahun) dan Presiden Prancis
(setelah 30 tahun).
Dalam catatan yang berhasil saya obrak
abrik di google, selama pemerintahan sekarang ini saja (belum termasuk
pemerintahan periode sebelumnya) banyak sekali negara yang berkunjung. Ada Presiden Afrika Selatan, Presiden
Tiongkok, Presiden Sri Langka, Presiden Mozambik, Presiden Yaman, Presiden
Zanzibar yang juga Ketua Dewan Revolusi Tanzania, Perdana Menteri Bangladesh,
Perdana Menteri Malaysia, Perdana Menteri Australia, Wakil Presiden India, Emir
Qatar, Ketua
Dewan Negara Oman, Wakil Presiden Amerika Serikat dan
Mantan Presidennya, Presiden Ukraina, Perdana Menteri
Jepang, Presiden Mesir, Presiden Korea Selatan, Presiden Niger,
Presiden lithuania, Presiden Sri Lanka dan Presiden Turki.
Kabarnya, Presiden Rusia juga akan datang ke Indonesia. Belum lagi dari
kalangan profesional seperti CEO Facabook, CEO Twitter dan COE Telegram.
Jadi
kalau hanya takut kepada China sebagai satu-satunya negara yang akan menguasai
Indonesia, itu pandangan yang terlalu sempit. Kalau kita memang takut asing
akan menguasai Indonesia, sepertinya kita harus takut kepada seluruh negara
maju di dunia ini yang sedang rame-rame melirik negara ini.
Kepala-kepala negara dan pemerintahan
yang datang itu tentu saja dengan
ekspektasi yang saling menguntungkan antara negara mereka dengan Indonesia. Ada
yang datang lengkap dengan tim bisnis dan pengusaha-pengusaha di negaranya
untuk berinvestasi. Kalau king Salman kemaren sudah pada tahu la ya. Luar biasanya
banyaknya rombongan beliau meski investasi di sini masih sedikit sekali
dibadingkan investasi beliau di China. Menariknya negara-negara ini datang dari
berbagai latar politik dan idologi negara. Tapi bisa ngumpul di Indonesia. Bukankah
itu juga kemajuan?
Sekarang,
tinggal bagaimana kita bisa menempatkan diri dengan baik dalam Indonesia yang
sedang menuju Kece itu. apakah kita akan menjadi faktor pendukung kemajuan atau
malah menjadi penghambat kemajuan, adalah pilihan masing-masing. Persiapkan saja diri kita sebaik-baiknya
untuk menjadi tuan rumah di negara kita sendiri tanpa harus menghilangkan
karakter khas negara kita karena kita tidak bisa menghindari perubahan zaman.
Peran
menyiapkan masyarakat inilah yang seharusnya diperankan dengan baik oleh
pemerintah daerah karena pemerintah daerah lah yang paling dekat dengan
masyarakat dan langsung berinteraksi menyiapkan masyarakat untuk lebih siap
untuk bersaing dengan masyarakat lain.
Kalau pemerintah daerah mencla-mencle, meski negara semakin maju, tapi masyarakat akan semakin sulit menjadi bagian dari kemajuan untuk akhirnya tenggalam oleh kompetensi dari masyarakat negara lain. Bukankah untuk itu otonomi daerah diadakan?
Kalau pemerintah daerah mencla-mencle, meski negara semakin maju, tapi masyarakat akan semakin sulit menjadi bagian dari kemajuan untuk akhirnya tenggalam oleh kompetensi dari masyarakat negara lain. Bukankah untuk itu otonomi daerah diadakan?
Begitulah...
No comments:
Post a Comment