Buku
yang covernya ku skrinsyut di beli anak ku di sebuah swalayan setelah kami
‘berdebat’ soal buku yang layak atau tidak layak di baca oleh anak seusianya,
kelas 2 SD.
Harga
bukunya hanya 7 ribuan. Tebalnya 144 halaman. Di dalamnya berisi kisah singkat
kehidupan dan gagasan 29 pahlawan, diawali dengan KH. Hasyim Asy’ri dan di
akhiri Moh. Hatta. Di tempatkan di rak buku yang berisi buku-buku untuk
anak-anak.
Kata
pengantar penyusunnya di awali dengan “Tingkah laku elite politik pada saat ini
banyak yang melenceng dari cita-cita para pejuang dan pendiri bangsa. Hampir
tak ada lagi yang benar-benar memperjuangkan rakyat jelata demi kemakmuran dan
keadilan di negeri ini.”
Hmm,
sudah ku duga anak ku tidak akan mau membacanya saat ini.
Sebenarnya
di rak buku swalayan itu cukup banyak pilihan buku. Ada buku dongeng rakyat
yang harganya 4 ribuan, ada buku tentang hewan juga murah. Tapi anak ku tidak
tertarik dengan buku itu. Alasannya, itu buku untuk anak-anak. Hehehe.
Lagi
pula sebagian sudah pernah di belinya.
Lalu
ada komik jepang berisi percintaan remaja. Buku itulah yang hendak diambilnya. “Ini
saja,” katanya mantap.
Ku
bilang, “itu buku untuk remaja dan orang dewasa, kamu belum cocok untuk
membacanya.”
“Apa
itu remaja dan orang dewasa?” tanya nya. Akhirnya dia setuju untuk tidak
membeli komik itu.
Lalu,
buku yang ku skrinsyut covernya itu diangkatnya. Bukunya masih dalam plastik.
“Ini
buku tentang apa?” tanya ya.
“Itu
buku tentang pahlawan-pahlawan negara kita.” Jawab ku.
“Apa
itu pahlawan?”
Ku
jelaskan, “pahlawan itu orang-orang yang telah berjasa untuk negara kita.”
“Bisa
di baca anak-anak?” Ku jawab, bisa.
“Ya,
udah, pa. Buku ini aja saya beli.” Katanya.
Lalu,
kami berjalan ke kasir. Tapi dia ragu-ragu. Karena bukunya masih di dalam
plastik, dia khawatir itu bukan buku yang patut untuk anak-anak. “Jangan-jangan
ini juga buku untuk remaja dan orang dewasa?” Katanya kepada ku.
Aku
bilang, “nanti, kita baca di rumah.” Aku menginginkan dia membaca buku itu.
Pagi
saat akan berangkat kerja, ku lihat buku itu sudah di dalam tas kerja ku. Biasanya,
setiap buku baru yang di belinya akan terletak di sebelah bantal tidurnya,
sampai akhirnya dia tidak lagi ingin membaca buku itu.
Aku
tanya, “Kenapa buku ini bisa di tas papa?”
Dia
tersenyum, “Benarkan, saya,” katanya. “Itu bukan buku untuk anak-anak. Gambarnya
tidak enak. Papa aja yang baca.”
Lalu
ku buka bukunya dan baca pragraph pertama kata pengantar penyusun itu. Hmmm, pantas
dia tidak mau membacanya, pikir ku.
Dia
bukan memprotes apa yang ditulis itu. Tapi kemampuan berpikirnya, mungkin belum
mampu mencerna kalimat-kalimat di dalamnya. Di tambah, tidak ada gambar yang menarik
untuk membantu pemahamannya.
Begitulah
Kid Zaman Now dengan pilihan-pilihannya serta caranya memprotes yang unik. Orang-orang
dewasa entah siap entah tidak dengan perkembangan ini. Apakah anak-anak itu
akan dipaksa dengan segala cara untuk mengikuti pilihan kelompok ‘dewasa’, atau
mereka akan dibiarkan berkembang mengikuti potensinya dengan orang dewasa
sebagai penjaga garisnya. Entah lah.
Kepada
anak ku, ku katakan. “Ya, kamu benar dan papa keliru. Buku ini akan papa
simpan, suatu saat bacalah. Supaya kamu mengetahui bahwa kita punya banyak
sekali pahlawan yang berjuang dan berkorban melawan penjajah untuk mendirikan
negara kita.”
“Ok,”
katanya.
Di
hari pahlawan ini, aku berpikir. Mungkin kita butuh cara yang lebih kreatif
untuk mengenalkan pahlawan-pahlawan kita sejak dini kepada anak-anak kita.
Supaya
mereka tidak melupakan sejarah.
Supaya
mereka menghargai darah, nyawa, dan harta para pendiri negara yang telah
tumpah.
Supaya
seluruh usaha para pahlawan itu tidak sia-sia ditangan anak-anak muda yang
tidak mengetahui dan menghargai masa lalu dan perjalanan panjang negaranya.
Supaya
mereka mengetahui negaranya sendiri.
Meski
saat ini anak ku tidak mau membaca bukunya, aku sangat menghargai usaha
penerbit dan penyusun menghadirkan buku murah dan terjangkau dengan materi yang
sangat berharga. Sudah seharusnya lah penerbit dan penyusun mendapat apresiasi
yang patut.
Mereka-mereka
yang sibuk bercuap-cuap, menghabiskan waktu mendebatkan hal-hal yang tidak
penting, melalaikan tugas dan tanggung jawab, merusak sendi-sendi bernegara,
merampok negara, seharusnya merasa malu dengan usaha penerbit ini.
Selamat
hari Pahlawan untuk semua pahlawan negara ini. Semoga seluruh jasa para
pahlawan yang telah gugur, maupun para veteren yang terhormat yang masih ada
bersama kita, mendapatkan limpahan rahmat dari Allah SWT. Amin.
No comments:
Post a Comment