Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Friday, November 10, 2017

BUKU PAHLAWAN-PAHLAWAN BANGSA



Buku yang covernya ku skrinsyut di beli anak ku di sebuah swalayan setelah kami ‘berdebat’ soal buku yang layak atau tidak layak di baca oleh anak seusianya, kelas 2 SD.

Harga bukunya hanya 7 ribuan. Tebalnya 144 halaman. Di dalamnya berisi kisah singkat kehidupan dan gagasan 29 pahlawan, diawali dengan KH. Hasyim Asy’ri dan di akhiri Moh. Hatta. Di tempatkan di rak buku yang berisi buku-buku untuk anak-anak.

Kata pengantar penyusunnya di awali dengan “Tingkah laku elite politik pada saat ini banyak yang melenceng dari cita-cita para pejuang dan pendiri bangsa. Hampir tak ada lagi yang benar-benar memperjuangkan rakyat jelata demi kemakmuran dan keadilan di negeri ini.”


Hmm, sudah ku duga anak ku tidak akan mau membacanya saat ini.

Sebenarnya di rak buku swalayan itu cukup banyak pilihan buku. Ada buku dongeng rakyat yang harganya 4 ribuan, ada buku tentang hewan juga murah. Tapi anak ku tidak tertarik dengan buku itu. Alasannya, itu buku untuk anak-anak. Hehehe.
Lagi pula sebagian sudah pernah di belinya.


Lalu ada komik jepang berisi percintaan remaja. Buku itulah yang hendak diambilnya. “Ini saja,” katanya mantap.
Ku bilang, “itu buku untuk remaja dan orang dewasa, kamu belum cocok untuk membacanya.”
“Apa itu remaja dan orang dewasa?” tanya nya. Akhirnya dia setuju untuk tidak membeli komik itu.

Lalu, buku yang ku skrinsyut covernya itu diangkatnya. Bukunya masih dalam plastik.
“Ini buku tentang apa?” tanya ya.
“Itu buku tentang pahlawan-pahlawan negara kita.” Jawab ku.
“Apa itu pahlawan?”
Ku jelaskan, “pahlawan itu orang-orang yang telah berjasa untuk negara kita.”
“Bisa di baca anak-anak?” Ku jawab, bisa.
“Ya, udah, pa. Buku ini aja saya beli.” Katanya.

Lalu, kami berjalan ke kasir. Tapi dia ragu-ragu. Karena bukunya masih di dalam plastik, dia khawatir itu bukan buku yang patut untuk anak-anak. “Jangan-jangan ini juga buku untuk remaja dan orang dewasa?” Katanya kepada ku.
Aku bilang, “nanti, kita baca di rumah.” Aku menginginkan dia membaca buku itu.

Pagi saat akan berangkat kerja, ku lihat buku itu sudah di dalam tas kerja ku. Biasanya, setiap buku baru yang di belinya akan terletak di sebelah bantal tidurnya, sampai akhirnya dia tidak lagi ingin membaca buku itu.

Aku tanya, “Kenapa buku ini bisa di tas papa?”

Dia tersenyum, “Benarkan, saya,” katanya. “Itu bukan buku untuk anak-anak. Gambarnya tidak enak. Papa aja yang baca.”

Lalu ku buka bukunya dan baca pragraph pertama kata pengantar penyusun itu. Hmmm, pantas dia tidak mau membacanya, pikir ku.
Dia bukan memprotes apa yang ditulis itu. Tapi kemampuan berpikirnya, mungkin belum mampu mencerna kalimat-kalimat di dalamnya. Di tambah, tidak ada gambar yang menarik untuk membantu pemahamannya.

Begitulah Kid Zaman Now dengan pilihan-pilihannya serta caranya memprotes yang unik. Orang-orang dewasa entah siap entah tidak dengan perkembangan ini. Apakah anak-anak itu akan dipaksa dengan segala cara untuk mengikuti pilihan kelompok ‘dewasa’, atau mereka akan dibiarkan berkembang mengikuti potensinya dengan orang dewasa sebagai penjaga garisnya. Entah lah.

Kepada anak ku, ku katakan. “Ya, kamu benar dan papa keliru. Buku ini akan papa simpan, suatu saat bacalah. Supaya kamu mengetahui bahwa kita punya banyak sekali pahlawan yang berjuang dan berkorban melawan penjajah untuk mendirikan negara kita.”

“Ok,” katanya.

Di hari pahlawan ini, aku berpikir. Mungkin kita butuh cara yang lebih kreatif untuk mengenalkan pahlawan-pahlawan kita sejak dini kepada anak-anak kita.
Supaya mereka tidak melupakan sejarah.
Supaya mereka menghargai darah, nyawa, dan harta para pendiri negara yang telah tumpah.
Supaya seluruh usaha para pahlawan itu tidak sia-sia ditangan anak-anak muda yang tidak mengetahui dan menghargai masa lalu dan perjalanan panjang negaranya.
Supaya mereka mengetahui negaranya sendiri.


Meski saat ini anak ku tidak mau membaca bukunya, aku sangat menghargai usaha penerbit dan penyusun menghadirkan buku murah dan terjangkau dengan materi yang sangat berharga. Sudah seharusnya lah penerbit dan penyusun mendapat apresiasi yang patut.

Mereka-mereka yang sibuk bercuap-cuap, menghabiskan waktu mendebatkan hal-hal yang tidak penting, melalaikan tugas dan tanggung jawab, merusak sendi-sendi bernegara, merampok negara, seharusnya merasa malu dengan usaha penerbit ini.

Selamat hari Pahlawan untuk semua pahlawan negara ini. Semoga seluruh jasa para pahlawan yang telah gugur, maupun para veteren yang terhormat yang masih ada bersama kita, mendapatkan limpahan rahmat dari Allah SWT. Amin.

Begitulah.

No comments:

Post a Comment