Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Monday, November 13, 2017

KITA TIDAK BIASA MUNDUR DIRI



https://en.wikipedia.org/wiki/Annette_Schavan
Annete Schavan

Saya teringat dulu pernah membaca berita tentang Annete Schavan, Menteri Pendidikan dan Riset Jerman yang mengundurkan diri dari jabatannya karena tuduhan plagiat pada disertasi doktor yang disusunnya 33 tahun sebelum itu. Padahal Schavan berasal dari partai yang sama dengan Angela Markel dan sedang berkuasa. Schavan menolak tuduhan plagiat dan akan melakukan perlawan terhadap tuduhan itu, namun dia tetap mengundurkan diri dengan alasan tak ingin skandal plagiasi itu merusak citra kantor, partai, maupun pemerintahan mereka. Wow!!!

Saya juga teringat dulu pernah membaca berita tentang Christian Wulff, Presiden Jerman yang mundur karena ramainya pemberitaan terkait skandal yang melibatkan dirinya. Alasannya, pemberitaan masif dan penolakan masyarakat telah membuat kepercayaan dan kewenangannya terganggu. Lalu dia memilih mundur dengan terhormat supaya pemerintahan berjalan dengan baik dan menyerahkan urusan negara kepada Angela Markel, Konselir Jerman.

Di Jerman juga, jajaran petinggi Partai Hijau, mengundurkan diri karena kegagalan mereka meraih suara yang diharapkan pada pemilu jerman, dan menyerahkan pengurusan partai kepada generasi penerus partai mereka. Mereka juga menyatakan tidak akan mencalonkan diri menjadi ketua Fraksi di parlemen. Juga ada Guido Westerwelle yang mengundurkan diri dari jabatan Ketua Partai Free Democrats karena kegagalan partainya mencapai target suara di pemilu, saat itu dia menjabat Menteri Luar Negeri Jerman.

Banyak lagi contoh yang lain di Jerman. Di Negara yang lain, Jepang misalnya, pejabat yang mengundurkan diri karena skandal atau kegagalan tertentu juga sering terjadi (cari sendiri ya).

Di negara kita, ada juga yang pernah mundur, misalnya Diky Chandra, mundur dari jabatan wakil Bupati karena di tengah perjalanan masa jabatan merasa kurang cocok dengan Bupatinya. Ada juga Ruhut Sitompul yang mundur dari keanggotaan DPR RI karena tidak cocok lagi dengan partai pengusungnya. Ada juga Akbar Faisal yang mundur dari Anggota DPR RI karena kurang cocok dengan partai pengusungnya dan berhasil masuk lagi dari partai yang lain. Ada juga Wiranto yang mengundurkan diri dari jabatan Ketua Partai karena ingin fokus membantu Pemerintah dalam jabatan Menterinya.

Tapi adakah yang mundur dari jabatannya saat ada skandal di duga melibatkan dirinya? Atau adakah yang dengan sadar diri mundur dari jabatannya saat pekerjaannya tidak mampu dilakukan dengan baik?

Kalau untuk yang ini kita belum terbiasa.

Kita lebih terbiasa bertahan dan mempertahankan jabatan dengan segala cara. Kalau diperlukan, mereka-mereka yang menyuarakan skandal itu akan digempur habis-habisan sampai tidak bisa berkutik lagi. Silahkan cari sendiri contohnya ya:)

Sampai akhirnya, hakimlah yang memutuskan. Sepanjang yang bisa dilihat banyak sekali yang akhirnya baru berhenti dengan tidak terhormat setelah pengadilan memutuskan bahwa mereka benar telah bersalah. Mereka dan keluarga mereka yang mungkin tidak tahu menahu, kemudian berubah menjadi bahan cercaan orang banyak. Saat itu terjadi sebagiannya tidak menganggap hukuman itu sebagai hukuman, tapi sebagai musibah dan buah dari kezaliman lawan politik.

Hampir tidak pernah kita lihat ada yang minta maaf karena telah menghianati kepercayaan orang banyak atau memunculkan keresahan publik. Kalau yang senyum-senyum di depan kamera, banyak.

Mengapa orang Jerman bisa begitu dan kita begini, entahlah. Mungkin bagi orang Jerman, harga diri, kemartabatan hidup dan tujuan bersama di atas segala-galanya. Sedangkan bagi sebagian dari kita, jabatan dan ‘kenikmatan’ yang dihasilkan dari jabatan adalah segala-galanya meski hidup tak lagi bermartabat dan menghancurkan tujuan bersama.

Apakah akan ada yang mundur karena skandal E-KTP atau skandal lainnya atau kegagalan memenuhi tupoksi, entahlah. Terserah mereka saja. Kita belum terbiasa.

Kepada mahasiswa saya, saya pesankan, nanti kalau kalian jadi pejabat yang menerima amanah di bawah sumpah agama, laksanakanlah dengan baik. jika tidak mampu mundurlah, supaya urusannya bisa di urus oleh orang yang lebih mampu. Jika masalah kalian akan merugikan institusi dan orang banyak, mundurlah supaya kepercayaan orang banyak terhadap institusi kalian tidak hilang dan selesaikan masalah kalian dengan satria.

Jika kalian yakin dalam kebenaran, bekerjalah dengan keyakinan itu walau banyak yang berusaha menyakiti. Dan, pastikan kalian tidak menghianati amanah dengan mengambil keuntungan pribadi, keluarga dan kelompok serta akan memberikan manfaat walau tidak akan langsung dirasakan saat itu juga. Tuhan yang kita yakini Maha Mengetahui sehebat apapun kalian memanipulasi-Nya.

“Pahamkan kan bro!”

“Paham pak.” Jawab mereka.

Begitulah...

Note:
link berita untuk contoh-contoh di atas silahkan cari sendiri ya. Saya capek ngumpulinnya, hehehe.
Foto yang digunakan dalam tulisan ini adalah foto Annete Schavan yang diambil dari https://en.wikipedia.org/wiki/Annette_Schavan

No comments:

Post a Comment