![]() |
Annete Schavan |
Saya
teringat dulu pernah membaca berita tentang Annete Schavan, Menteri Pendidikan
dan Riset Jerman yang mengundurkan diri dari jabatannya karena tuduhan plagiat
pada disertasi doktor yang disusunnya 33 tahun sebelum itu. Padahal Schavan
berasal dari partai yang sama dengan Angela Markel dan sedang berkuasa. Schavan
menolak tuduhan plagiat dan akan melakukan perlawan terhadap tuduhan itu, namun
dia tetap mengundurkan diri dengan alasan tak ingin skandal plagiasi itu
merusak citra kantor, partai, maupun pemerintahan mereka. Wow!!!
Saya
juga teringat dulu pernah membaca berita tentang Christian Wulff, Presiden
Jerman yang mundur karena ramainya pemberitaan terkait skandal yang melibatkan
dirinya. Alasannya, pemberitaan masif dan penolakan masyarakat telah membuat
kepercayaan dan kewenangannya terganggu. Lalu dia memilih mundur dengan
terhormat supaya pemerintahan berjalan dengan baik dan menyerahkan urusan
negara kepada Angela Markel, Konselir Jerman.
Di
Jerman juga, jajaran petinggi Partai Hijau, mengundurkan diri karena kegagalan
mereka meraih suara yang diharapkan pada pemilu jerman, dan menyerahkan
pengurusan partai kepada generasi penerus partai mereka. Mereka juga menyatakan
tidak akan mencalonkan diri menjadi ketua Fraksi di parlemen. Juga ada Guido
Westerwelle yang mengundurkan diri dari jabatan Ketua Partai Free Democrats
karena kegagalan partainya mencapai target suara di pemilu, saat itu dia
menjabat Menteri Luar Negeri Jerman.
Banyak
lagi contoh yang lain di Jerman. Di Negara yang lain, Jepang misalnya, pejabat
yang mengundurkan diri karena skandal atau kegagalan tertentu juga sering
terjadi (cari sendiri ya).
Di
negara kita, ada juga yang pernah mundur, misalnya Diky Chandra, mundur dari
jabatan wakil Bupati karena di tengah perjalanan masa jabatan merasa kurang
cocok dengan Bupatinya. Ada juga Ruhut Sitompul yang mundur dari keanggotaan
DPR RI karena tidak cocok lagi dengan partai pengusungnya. Ada juga Akbar
Faisal yang mundur dari Anggota DPR RI karena kurang cocok dengan partai
pengusungnya dan berhasil masuk lagi dari partai yang lain. Ada juga Wiranto
yang mengundurkan diri dari jabatan Ketua Partai karena ingin fokus membantu
Pemerintah dalam jabatan Menterinya.
Tapi
adakah yang mundur dari jabatannya saat ada skandal di duga melibatkan dirinya?
Atau adakah yang dengan sadar diri mundur dari jabatannya saat pekerjaannya
tidak mampu dilakukan dengan baik?
Kalau
untuk yang ini kita belum terbiasa.
Kita
lebih terbiasa bertahan dan mempertahankan jabatan dengan segala cara. Kalau
diperlukan, mereka-mereka yang menyuarakan skandal itu akan digempur
habis-habisan sampai tidak bisa berkutik lagi. Silahkan cari sendiri contohnya
ya:)
Sampai
akhirnya, hakimlah yang memutuskan. Sepanjang yang bisa dilihat banyak sekali
yang akhirnya baru berhenti dengan tidak terhormat setelah pengadilan
memutuskan bahwa mereka benar telah bersalah. Mereka dan keluarga mereka yang
mungkin tidak tahu menahu, kemudian berubah menjadi bahan cercaan orang banyak.
Saat itu terjadi sebagiannya tidak menganggap hukuman itu sebagai hukuman, tapi
sebagai musibah dan buah dari kezaliman lawan politik.
Hampir
tidak pernah kita lihat ada yang minta maaf karena telah menghianati
kepercayaan orang banyak atau memunculkan keresahan publik. Kalau yang
senyum-senyum di depan kamera, banyak.
Mengapa orang Jerman bisa begitu
dan kita begini, entahlah. Mungkin bagi orang Jerman, harga diri, kemartabatan
hidup dan tujuan bersama di atas segala-galanya. Sedangkan bagi sebagian dari
kita, jabatan dan ‘kenikmatan’ yang dihasilkan dari jabatan adalah
segala-galanya meski hidup tak lagi bermartabat dan menghancurkan tujuan
bersama.
Apakah
akan ada yang mundur karena skandal E-KTP atau skandal lainnya atau kegagalan
memenuhi tupoksi, entahlah. Terserah mereka saja. Kita belum terbiasa.
Kepada
mahasiswa saya, saya pesankan, nanti kalau kalian jadi pejabat yang menerima
amanah di bawah sumpah agama, laksanakanlah dengan baik. jika tidak mampu
mundurlah, supaya urusannya bisa di urus oleh orang yang lebih mampu. Jika
masalah kalian akan merugikan institusi dan orang banyak, mundurlah supaya
kepercayaan orang banyak terhadap institusi kalian tidak hilang dan selesaikan
masalah kalian dengan satria.
Jika
kalian yakin dalam kebenaran, bekerjalah dengan keyakinan itu walau banyak yang
berusaha menyakiti. Dan, pastikan kalian tidak menghianati amanah dengan
mengambil keuntungan pribadi, keluarga dan kelompok serta akan memberikan
manfaat walau tidak akan langsung dirasakan saat itu juga. Tuhan yang kita
yakini Maha Mengetahui sehebat apapun kalian memanipulasi-Nya.
“Pahamkan
kan bro!”
“Paham
pak.” Jawab mereka.
Begitulah...
Note:
link
berita untuk contoh-contoh di atas silahkan cari sendiri ya. Saya capek
ngumpulinnya, hehehe.
Foto yang digunakan dalam
tulisan ini adalah foto Annete Schavan yang diambil dari https://en.wikipedia.org/wiki/Annette_Schavan
No comments:
Post a Comment