Malas
sebenarnya ikut-ikutan mengomentari kinerja pimpinan baru yang baru beberapa
bulan memimpin di Jakarta. Selain karena masih baru banget, juga karena saya
bukan warga ber-KTP Elektronik DKI Jakarta.
Tapi,
besaran rupiah untuk gaji Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) di
Jakarta itu, bikin wooowww juga.
Dibandingkan
penghasilan pokok saya yang tiga koma (tanggal satu masuk, tanggal tiga sudah
koma), gaji satu anggotanya 7 kali lebih besar sedangkan gaji satu ketuanya 8
kali lebih besar. Jadi gaji yang dianggarkan untuk satu orang cukup untuk
membayar penghasilan pokok 7 atau 8 orang dosen dengan pangkat dan golongan seperti
saya. Dan ini sudah berlangsung sejak periode sebelumnya. Bedanya yang
dianggarkan kali ini lebih banyak berkali lipat.
Bukan
dengki sih, tapi syirik aja. Hehehe, ngak juga. Soal rezeki sudah ada aturannya,
kalau dari sumber yang halal dan tidak merugikan orang lain, meski sedikit, akan
membawa berkah serta kalau berasal dari sumber yang haram atau zolim akan
membawa musibah di dunia dan di akhirat. Saya percaya itu.
Mudah-mudahan
kinerja tim ini benar-benar akan memberikan manfaat yang bisa dirasakan oleh
seluruh warga DKI dan nanti waktu yang akan membuktikan. Kalau bagi saya sih,
ngak ada masalah. Biarlah itu menjadi urusan Pak Anis-Sandi, DPRD DKI Jakarta
dan masyarakat di sana.
Cuma,
saya jadi penasaran juga. Kira-kira tim atau staf yang serupa ada juga ngak ya
di Provinsi dan di kabupaten/kota saya? Kalau ada berapa alokasi APBD untuk
mereka dan apa manfaat yang sudah dirasakan dari tim-tim itu?
Momentum
kehebohan gaji tim gubernur di Jakarta dan biaya-biaya lainnya di APBD Jakarta
ini bisa di gunakan oleh masyarakat di daerah lain untuk lebih peduli dan
cerdas dengan keuangan daerahnya masing-masing. Mengetahui alokasi keuangan
daerah di APBD dan penggunaannya adalah hak masyarakat daerah itu.
Saya
sambil menulis ini juga sedang menelusuri APBD provinsi dan kabupaten/kota saya
tahun 2017 ini. Alhamdulillah, beberapanya sudah bisa diakses di google. Sayangnya
ilmu saya dalam membaca angka-angka di APBD itu terbatas. Melihat deretan
angkanya saja, saya sudah pusing:)
Mudah-mudahan
teman-teman yang punya kemampuan dan keahlian dalam menganalisis keuangan
dearah berkenan untuk membuat tulisan-tulisan ringan secara objektif tentang
analisis APBD di media sosial untuk menambah wawasan kita semua.
Saya
juga terbayang senyum di wajah seorang guru perempuan dan bayinya yang kemaren
ditunjukan fotonya oleh seorang sahabat ke saya. Guru itu melahirkan dalam perjuangan
untuk mendapatkan tunjangan profesi sebagai tambahan gaji pokoknya. Beliau
melahirkan di detik-detik akhir program pelatihan dan nanti masih harus
mengikuti ujian lagi untuk benar-benar bisa dinyatakan lulus sertifikasi dan
mendapat sertifikat guru profesional. Setelah itu semua selesai baru menerima
tambahan penghasilan yang total semua penghasilannya kurang lebih 4 kali lebih
kecil di bandingkan gaji anggota tim gubernur di Jakarta. Itupun kalau syarat
kinerjanya terpenuhi.
Cerita
sahabat saya itu, beliau memaksakan diri didampingi suami dan orang tuanya untuk
datang demi mengikuti aktifitas penilaian terakhir dalam proses pelatihan. Dari
kelas langsung ke rumah sakit dan melahirkan.
Semangat
ya buk guru. Anak ibu lahir dalam perjuangan orang tuanya meningkatkan derajat
hidup dengan cara yang bermartabat. Mudah-mudahan dia kelak akan menjadi salah
satu anak bangsa yang mengharumkan nama negara ini.
Begitulah...
No comments:
Post a Comment