Saya turut prihatin dengan peristiwa kecelakaan yang di alami pak Setnov, ketua DPR RI kita. Bagaimanapun kecelakaan itu musibah. Biasanya orang-orang yang mengalami gangguan mental – misalnya depresi berat – yang sengaja mencelakai dirinya sendiri dengan sengaja. Mudah-mudahan pak Setnov tidak termasuk kategori ini.
Karenanya
saya mendo’akan agar pak Setnov segara pulih seperti sedia kala. Kalau perlu
seluruh penyakit yang ada agar hilang. Dengan demikian pak Setnov dapat
meneruskan niat yang sempat tertunda, yakni mengujungi salah satu stasiun TV
untuk wawancara, kemudian memimpin rapat partai, dan akhirnya mampir ke KPK. Amin.
(http://nasional.kompas.com/read/2017/11/16/21101681/ini-kronologi-kecelakaan-setya-novanto)
Tapi,
ada yang unik. Kalau diperhatikan di medsos, netizen kelihatannya lebih peduli
kepada kondisi “keselamatan” tiang listriknya dari pada kesehatan pak Setnov. Tiba-tiba
tiang listrik menjadi selebritis. Waduh, kok bisa gitu ya...? Entah lah. Malah,
sampai katanya ada yang mau memberikan hadiah sayembara kepada tiang listrik
itu, meski kemudian di batalkan (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20171117174606-20-256401/tiang-listrik-batal-menang-sayembara-setnov-rp10-juta/)
Btw,
mumpung perhatian kepada tiang listrik fenomenal itu sedang tinggi-tingginya, PLN,
Telkom dan perusahaan yang mendirikan tiang-tiang lainnya mesti ambil momentum.
Momen ini dapat digunakan untuk mengeksekusi tiang-tiang terutama di daerah
perkotaan. Pindahkan kabel-kabel itu ke dalam tanah. Jangan pakai tiang lagi.
Ini
penting loh, tiang-tiang itu bisa memunculkan kesan kesemarutan dan acak-acakan jika tidak
ditata dengan baik penempatan dan pemasangan kabel-kabel di sana. Jadi
kalau di bawahnya di tata taman-taman,
tiba-tiba diatasnya berseliweran kabel-kabel kan ngak asik juga. Apalagi
berdesakan pula kabel-kabel itu dengan papan reklame dan spanduk-spanduk.
Lengkap sudah ketidaknyamanan mata.
Selain
itu, peristiwa pak Setnov membuktikan bahwa tiang-tiang itu bisa juga
berbahaya. Kalau mobil berisi penumpang selevel pak Setnov yang notabene adalah
pejabat tinggi negara yang mesti selalu hati-hati bisa nabrak tiang listrik,
konon pula mobil yang di kendarai cabe-cabean yang menganggap semua jalan raya
itu arena balap. Belum lagi oknum supir angkutan umum yang merasa dewa jalanan.
Bisa dibayangkan saat lagi seru-serunya nginjak gas, tiba-tiba di hadang tiang.
Hmmm.
Dan,
Mobil yang ditumpangi pak Setnov itu bukan satu-satunya yang pernah menabrak
tiang listrik. Banyak lagi yang lain dengan keadaan mobil ‘sedikit’ lebih parah dari keadaan mobil yang
berisi pak Setnov itu.
bisa
baca di https://today.line.me/id/pc/article/8+Mobil+Ini+Hancur+Saat+Menabrak+Tiang+Listrik+Papa+Sih+Lewat-M6EjWD.
Yang
tewas karena menabrak tiang listrik juga ada (lihat https://www.jawapos.com/read/2017/10/31/165735/tabrak-tiang-listrik-2-mahasiswa-majalengka-tewas-di-tkp
dan https://kicknews.today/2017/09/07/ngebut-anggota-brimob-tewas-tabrak-tiang-listrik/
).
Memang
sih, seluruh kecelakaan yang melibatkan tiang di dalamnya bukan salah tiangnya.
Karena tiangnya kan diam aja di situ. Kendaraanlah yang mendatanginya dan tiang
itu tidak berdaya mengelak. Tapi, kalau tiangnya tidak di posisi yang bisa
dijangkau kendaraan, setidaknya pengemudi kendaaraan dan tiangnya bisa selamat
juga dari kecelakaan.
Contohnya
di Jerman seperti yang diceritakan oleh Denina di Kompasiana. Menurut tulisan
itu, di sana tidak ada tiang listrik di permukaan tanah, semua kabel-kabel itu di
dalam tanah (https://www.kompasiana.com/emmanuellykeisa/mari-sekilas-melirik-tata-kota-jerman_5528cb7cf17e61dd088b4579)
.
Nah,
kalau tak ada lagi tiang untuk kabel-kabel itu dipermukaan, selain kotanya
lebih indah, anak-anak bisa main layang-layang lebih bebas, juga peristiwa
seperti yang dialami Pak Setnov tidak terulang dan di alami juga oleh
pejabat-pejabat negara lainnya. Nanti kalau gelombang empati terhadap tiang
listrik semakin besar, bisa repot juga. Hehehe.
Begitulah...
No comments:
Post a Comment