Sebentar
lagi, tanggal 19 dan warga DKI akan menggunakan hak pilihnya.
Tentu saja
ini masa-masa kritis bagi para kandidat dan tim suksesnya untuk mendulang suara
dan kemudian memenangkan Pilkada. Kalau menang, menunggulah kandidat itu untuk
dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur sampai semua proses selesai.
Kalau kalah,
mungkin ada alternatif gugatan ke MK. Jika MK menyatakan bermasalah, mungkin
saja ada pencoblosan ulang pada wilayah-wilayah yang dianggap bermasalah. Yang tadinya
dinyatakan menang bisa tetap menang dan bisa juga malah menjadi kalah dan
sebaliknya. Lalu berakhirlah.
Yang pasti,
seluruh proses Pilkada DKI ini akan berakhir dengan kandidat yang dinyatakan
menang dan kalah. Lalu prosesnya akan datang lagi 5 tahun kemudian sesuai
siklus yang sudah disepakati di negara ini.
Dalam
rentang waktu 5 tahun itu, orang-orang yang tanggal 19 nanti menggunakan hak
suaranya akan merasakan dampak positif atau negatifnya Pilkada. Dalam rentang
waktu 5 tahun itu pula, mereka yang dinyatakan menang akan di uji kemampuannya
untuk menunaikan janji kampanye yang mereka lontarkan dan yang kalah akan di
uji kebesaran jiwanya. Kita akan sama-sama menyaksikan apakah para kandidat
yang sedang bersaing itu sungguh-sungguh seperti apa yang mereka sampaikan atau
hanya pura-pura belaka.
Bagi pengamat
yang tidak memiliki hak suara, mereka tetap jadi pengamat. Syukur-syukur mereka
mampu mengambil hikmah dari seluruh proses yang ada dan menjadikannya sebagai
bahan pertimbangan untuk daerahnya masing-masing.
Nah, yang
mengilitik saya, dengan berbagai isu yang ada, setelah tanggal 19, lalu apa?
Akankah mereka
yang hari ini aktif di kubu berlawanan kemudian saling berjabat tangan kembali
dan bahu membahu membangun negara kita?
Akankah para
tokoh bangsa yang hari ini berbeda pandangan kemudian duduk bersama, bercerita tanpa
beban politik demi kemajuan bersama?
Akankah mereka
yang hari ini saling memaki, saling menghina dan mencela akan berangkulan kembali,
saling memaafkan dan melupakan perbedaan pilihan serta sama-sama menjalani
kehidupan apa adanya?
Ataukah seluruh
keriuhan yang ada saat ini akan tetap dipelihara dan dijadikan modal untuk
pertarungan berikutnya?
Yang terakhir
ini, bagi saya bukan sesuatu yang diinginkan. Bagi kalian saya ngak tau.
Jika
keriuhan yang kita pelihara, lalu kapan kita akan benar-benar melihat daerah
dan negara kita apa adanya supaya kita tahu apa yang semestinya diperbaiki dan
berkontribusi sesuai tupoksi dan kemampuan masing-masing?
Bagi para tim
sukses, ini masa-masa puncak perjuangan. Mungkin saja mereka akan melakukan berbagai
cara. Sedangkan bagi para pemilih ini adalah masa untuk siap-siap kembali
ke keadaan kehidupan bersama dan saling sapa seperti semula.
Saya sebagai
orang yang melihat dari jauh, optimis seluruh proses dan dinamika yang ada memberikan
banyak petunjuk positif yang akan membawa negara kita naik ke level yang lebih
tinggi jika kita sungguh-sungguh mengelolanya. Tinggal kita mau atau tidak
saja.
Apa saja
petunjuk positif itu, nanti saja ya, hehehe.
Untuk saudara-saudara
yang di Jakarta, selamat memilih. Siapapun yang kalian pilih dan apapun alasan
kalian memilihnya, yakinkan saja bahwa pilihan kalian itu adalah pilihan yang
menurut kalian terbaik. Kelak, waktu akan membuktikan tepat atau tidak pilihan
itu:)
Semangat!!! (sambil
kaki terangkat sebelah dan kedua tangan membentuk love di atas kepala)
Begitulah...
No comments:
Post a Comment