Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Thursday, April 13, 2017

Jakarta Kece




Kemaren saya ngak sempat nonton acara Jakarta Kece di Net. Katanya acara ini akan menampilkan pertemuan paslon gubernur dan wakil gubernur Jakarta dengan kemasan berbeda. Tapi, alhamdulillah teknologi memungkinkan utk menontonnya kapan saja. Jadilah Jakarta Kece NET via youtube.

Acaranya menarik bagi saya. Ngak tau bagi kalian. 

Kenapa menarik? Sederhana. sebagai orang yang ngak punya hak pilih di Jakarta, suasana panas terasa juga di jagad medsos daerah saya. Termasuk juga debat hangat di FB dan grup WA antar sesama bukan warga Jakarta. 

Saya perhatikan yang rame-rame komen di medsos itu, jarang loh komen tentang keadaan daerahnya sendiri. Mungkin ngak ada masalah kali ya? Atau mereka terlalu sibuk memperhatikan Jakarta dan ngak sempat memperhatikan apa saja yang sudah ada di daerahnya setelah 71 tahun merdeka dan berkali-kali ganti kepala daerah.


Pernah saya coba untuk memasukan topik baru di grup WA, terkait Pilkada tahun depan di daerah kami. Saya lengkapi dengan kalimat ajakan bahwa meski Pilkada Jakarta penting untuk semua orang Indonesia, tapi Pilkada yang akan datang di daerah kami juga penting karena kami terkait langsung. Jadi energi dan paket data internet kami juga perlu untuk berbagi berita tentang daerah kami sendiri. Hasilnya, no respon. Tidak ada gambar jempol, gambar emosi atau komentar. Lalu di bawah pesan saya, berseliweran lagi berita-berita tentang jakarta:( Oh, malunya daku...

Nah, acara ini memberikan suasana baru. Para paslon begitu akrab dan saling tertawa lepas bersama bahkan ada yang pake tos-tosan segala. Yang begitulah yang kita butuhkan saat ini. Tentu saja mereka tetap bersaing. Namanya juga kontestasi. Yang satu harus nampak lebih bagus di banding yang lain untuk memberikan alasan bagi pemilih saat memilih mereka nantinya. Tapi persaingan itu dilakukan dengan gelak tawa. Jadi gak perlu marah-marah, kecam mengecam, hina menghina, atau musuhan segala.

Begitulah seharusnya pilkada dan pemilu atau pileg. Semua proses itu bukan hal yang baru untuk kita. Kegiatan rutin kita. Bagi para kandidat, kalau menang mereka akan menjabat kepala daerah dan waktu akan membuktikan apakah janji akan mereka akan ditepati atau tidak. Bagi yang kalah, mereka akan kembali ke kehidupannya masing-masing dan kalau memungkinkan, mereka akan menyiapkan diri lebih baik untuk kontestasi berikutnya. Tinggal kita memilah dan memilih.
Bagaimana dengan para pendukung atau simpatisan yg berdebat hangat itu? Bagaimana kalau kandidat yang mereka dukung mati-matian itu ternyata tidak memenuhi ekspektasi setelah menang? Atau orang yang digadang-gadang itu ternyata kalah? 

Bagi mereka yangg sekedar mengambil keuntungan sih, ngak ada masalah. Tapi bagi mereka yang tulus dan ikhlas terlibat, ini akan menjadi masalah besar bro. Mereka akan kecewa karena ekspektasi yang berlebihan itu. Di masa yang akan datang mungkin tidak akan mau percaya atau terlibat lagi. Jika kebencian kemudian tertanam di hati mereka karena polarisasi yang tercipta, akan sulit bagi mereka untuk memberikan penilaian yang objektif di kemudian hari sehingga kita berputar-putar di situ saja. 

Btw, kalian pernah nonton acara pertarungan yang ditayangkan setiap malam di salah satu tv swasta ngak? para petarung itu, saling pukul, saling hajar sampai berdarah-darah dan bahkan ada yang terkapar tak berdaya. Setelah selesai, mereka saling tersenyum dan bersalaman kemudian berpelukan. Saya pernah lihat ada yang menang mencium tangan yang kalah dan yang kalah sambil tersenyum merangkul pundak dan mengangkat tangan yang menang.

Begitulah para satria bertarung. Mudah-mudahan setelah ini Jakarta, Ibu kota negara kita benar-benar kece.

Saya berterimakasih kepada Net untuk acaranya yang apik itu.

Begitulah...

No comments:

Post a Comment