Amak ku
seorang guru SD.
36 tahun
beliau menjalani profesi ini sebelum akhirnya pensiun dan 34 tahun diantaranya
beliau habiskan waktu untuk menjadi guru kelas 1 dan kelas 2.
Saya dulu
suka penasaran mengapa beliau betah betul mengajar kelas 1 dan kelas 2 SD itu.
Kalian jangan
bayangkan siswa SD zaman itu seperti siswa SD sekarang ini, apalagi kelas 1 dan
kelas 2. Sekarang, sebagian besar dari mereka sudah bisa membaca, berhitung dan
akrab dengan banyak PR. Sudah jarang cerita-cerita tentang mereka pipis dan
berak di celana. Mereka tidak perlu lagi diberitahu “ini huruf A ya anak-anak”,
atau “ini budi dan ibunya”. Mereka sudah lancar kalau hanya sekedar itu saja. Mereka
juga fasih berhitung menggunakan bahasa asing dari 1 sampai 10 dan bilang i love you ma/pa.
Bahkan, banyak
diantara mereka yang sudah hapal menggunakan mouse, keyboard, mengakses
playstore dan download game-nya sendiri.
Mereka juga sudah bisa bernegosiasi dengan ortu-nya soal keinginan-keinginan
mereka.
Amak ku
tidak mengalami murid secanggih itu. Apalagi kami tinggal jauh dari kota. Amak ku
ngak bisa ngitung lagi berapa kali menangani siswa yang pipis dan berak di
celana. Amak ku harus memperkenalkan huruf A, B, C dan seterusnya kemudian
mengajarkan mereka menuliskan huruf-huruf itu lalu membacanya. Dan menanamkan
dasar-dasar moral kepada mereka semua.
Mengapa Amak
ku mau menjalankan tugas seberat itu? Belum lagi harus mengurusi kami semua,
anak-anaknya dengan semua tingkah laku kami.
Itu semua karena
Amak ku seorang guru. Beliau pernah bilang, mengajar di kelas 1 dan kelas 2 itu
tantangan sesungguhnya seorang guru. Di sana anak-anak dibentuk dan diberikan
dasar-dasar untuk masa depannya, walaupun tidak dapat diketahui anak-anak itu
nantinya akan jadi apa. Tapi setidaknya pintu masuk pembentukan generasi mulai
dari sana.
Amak ku juga
terinspirasi dari Apak ku. Almarhum Apak Ku juga seorang guru dan kepala
sekolah SD. Kepala sekolah yang bersedia memperbaiki tembok sekolahnya
menggunakan uang dari hasil sawah kami dan sekolah itu adalah sekolah
negeri. Walaupun karena sulitnya ekonomi
beliau bahkan pernah terpaksa harus merelakan dan menjual induk sapi yang
dipelihara begitu lama dan tak kurang 24 jam lagi akan beranak demi membayar
biaya kuliah uda dan uni ku.
Amak Ku
tidak pernah berharap terima kasih untuk semua yang sudah dilakukannya. Tidak pernah
juga bertanya bagaimana negara akan menjamin kesejahteraannya. Semua itu karena
Amak ku adalah Guru.
Aku yakin,
Amak ku bukan satu-satunya guru seperti itu di negeri ini. Kita harus menjaga
kemartabatan mereka. Kita tidak boleh mengecewakan mereka dengan prilaku buruk
yang bisa merusak diri sendiri dan negeri ini.
Selamat ulang
tahun Mak, semoga Allah SWT selalu melindungi Amak, memberikan kesehatan, menjauhkan
dari mara bahaya, mempermudah pintu-pintu rezeki, dan memelihara hati kami,
anak-anak mu, untuk selalu mencintai dan menghormati mu.
Dari anak mu
yang selalu terinspirasi dan merindukan mu.
14 April
2017
Begitulah...
No comments:
Post a Comment