Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Saturday, April 15, 2017

King Salman, Ya Udah, Ngak Apa-Apa?



Apa kabar King Salman, semoga sehat selalu ya. Wajah teduh ada tetap membuat saya berkinginan besar untuk memiliki wajah yang juga teduh seperti anda.

Waktu anda berkunjung ke Indonesia, kami gegap gempita. Anggota DPR RI kami hadir full di Paripurna hanya untuk sekedar mendengarkan pidato singkat anda. Di tv saya lihat anda sampai sulit keluar gedung parlemen kami karena di serbu para fans yang ingin selfi. Ada juga yang nyari posisi enak untuk dapat momen foto dengan latar anda lewat di belakangnya. Pun layanan Presiden kami, luar biasa. Begitulah keramahan kami.


Sekarang kami sedikit agak gegap gempita lagi mengenai anda. Cuma kadar gegap gempitanya beda. Udah sedikit ditambah agak lagi. Jadi gegap gempitanya sedikit agak minimalis dibandingkan saat kedatangan anda dulu.

Belakangan saya lihat lumayan rame di Medsos terkait Presiden kami yang katanya curhat tentang anda. Saya penasaran donk. Lalu saya cari berita dari media yang bukan media dadakan. Begitu saya baca judul beritanya, dalam hati saya langsung terlintas kalimat, “what! Kok bisa?”

Lalu saya baca lagi, menurut berita itu anda investasi di China 10 kali lebih besar di banding investasi di Indonesia dalam kunjungan 2 hari saja. Katanya anda invest di sana 870 triliun sedangkan di negeri kami 89 triliun. Kalau di hitung-hitung, investasi anda dalam kunjungan selama 13 hari kemaren hanya 10,23% saja di bandingkan investasi anda di China. Wadow, jauh amat bedanya.

Why? Katanya kita bersaudara?

Mestinya investasi anda bisa lebih. Secara, kami kan negara dengan jumlah penduduk terbanyak nomor tiga di dunia dan pertumbuhan ekonomi tertinggi nomor tiga juga di dunia. Memang, sih, China saat ini adalah negara dengan jumlah peduduk terbanyak nomor satu dan pertumbuhan ekonomi nomor satu juga di dunia. Tapi tetap saja rentang investasi anda jauh sekali untuk kami.

Padahal, waktu anda datang kemaren, rame beredar isu di FB, twitter dan grup WA. Muncul meme dan pesan berantai bahwa anda datang membawa uang untuk diinvesatasikan senilai sekitar 300 triliunan sampai ribuan triliun tanpa bunga dan syarat macam-macam. Malah, katanya anda akan menuntaskan hutang Indonesia ke China supaya Indonesia tidak terikat ke China.

Jadi wajar kalau kami sedikit sedikit sedikit agak kecewa.

Lalu saya penasaran dengan curhat Presiden kami itu. kok heboh banget ya. Sampai-sampai ada petinggi negeri kami yang ngetwit keselek cendol saat baca beritanya.

Syukurnya, saya seperti banyak dari kami, sudah membiasakan diri untuk tidak menelan mentah-mentah informasi begitu saja. Terhadap hoax dan penggiringan opini, kami sudah lelah.

Kami banyak yang sudah bersedia untuk sedikit lelah menggali lebih banyak informasi dan membandingkannya menggunakan nikmat akal yang kami terima. Setelah itu baru menarik kesimpulan dan berpendapat. Nah, dengan semangat itu, saya carilah video pidato Presiden itu di youtube.

Ternyata, benar Presiden kami curhat dan menyatakan kecewa. Bahkan setelah di payungi dan di supiri, investasi anda jauh lebih sedikit untuk kami di banding China.
La  iya lah. Masak ngak kecewa sih. Saya aja kecewa, apalagi Presiden kami. Saya kemaren itu sampai menulis panjang lebar berjilid saking senang dan hormatnya ke pada anda. Kalau ngak percaya silahkan di baca di sini.


Jawaban King Salman kira-kira: emang gue pikirin, loe siapa?

Hehehe.

Tapi setelah saya pelototi video itu. Presiden kami ternyata hanya sedikit sedikit sedikit agak kecewa saja. level kecewanya sedikit pangkat tiga di tambah agak, jadi rendah sekali. Itupun di sampaikan dalam guyonan dan angka 89 triliun yang anda gelontorkan itu sudah besar sebenarnya meskipun jauh lebih sedikit kalau dibandingkan dengan China. Presiden kami tetap berterima kasih dan mensyukurinya. Begitu juga saya. Jadi ngak usah anda masukan ke dalam hati ya King Salman.

Level kecewa saya tentu lebih rendah lagi di bandingkan kecewanya Presiden kami. Presiden saja sedikit sedikit sedikit agak, masak saya lebih. Kenapa? Karena saya sudah maklum dengan sifat relatif relasi antar negara pada konteks hubungan internasional. Jadi wajar saja jika pada satu isu negara anda kompak dengan China sedangkan pada isu lain berada di pihak yang berhadapan. Kamipun begitu.

Dalam hal investasi tentu ada simbiosis mutualisme dan trust atau kepercayaan di sana.  Kepercayaan ini penting untuk memastikan simbiosisnya tidak bersifat parasitisme (menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain) atau komensalisme (yang satu untung dan yang lainnya ngak dapat apa-apa). Jadi saling menguntungkan.

Nah, saya meyakini, hitungan-hitungan ekonomi para ahli di negara anda telah menghitung dengan baik tingkat keuntungan timbal balik dan kepercayaan efektifitas investasi negara anda di negara kami. Jadi mungkin berdasarkan hitungan ini, negara kami masih berada di level 89 triliun dan China di level 870 triliun. Sedikit sedikit sedikit agak mengecewakan memang, tapi begitulah adanya.

So, kalau kami mau naik setidaknya ketingkat simbiosis mutualisme dan trust sekurang-kurangnya 50% dari level 870 triliun, kami harus berbenah. Mungkin inilah hikmahnya. Jadi King Salman, tidak apa-apalah 89 triliun saat ini. Setidaknya anda betah di negeri kami. Itu saja sudah langkah awal yang baik sekali.

Tentu saja tidak ada yang bisa mengatur anda akan investasi di mana dan berapa. Ya terserah anda donk. Uangnya uang anda. Ya, kan. Pihak yang hendak mengajak anda bekerjasamalah yang mesti bekerja keras meyakinkan anda bahwa mereka adalah mitra yang layak dengan level yang tinggi.

Disinilah saya kecewa, tidak sedikit sedikit sedikit agak kecewa, kepada petinggi negeri yang ngetwit keselek cendol tadi. Gara-gara baca cuitan itulah saya menulis ini. Maaf ya King Salman.

Saya membayangkan, sesaat setelah membaca berita kekecewaan Presiden kami itu, para elit negeri ini kemudian menghubungi Presiden kami dan mengatakan: “Pak Presiden, tidak perlu kecewa. Saat ini begitulah adanya kita. Mari kita singkirkan kepentingan-kepentingan politik praktis dan rasa tidak suka diantara kita dan sama-sama berbenah demi kemajuan negara ini”. Tapi, mungkin ngak ya?

Kayaknya sulit sih. Mereka sekarang sedang sibuk-sibuknya bertarung di Pilkada Jakarta. Semua moment digunakan untuk saling serang dan menjatuhkan. Setelah ini, bertarung lagi untuk Pilkada 2018, lalu bertarung lagi untuk Pilpres dan Pileg. Kapan mereka akan benar-benar duduk bersama untuk kemajuan negara dan memaksimalkan tupoksi masing-masing, tanpa embel-embel kepentingan kelompok dan golongan, entahlah. Sulit memprediksinya.

Tapi tenang aja King Salman, meski sebagian elit kami masih begitu, kami sudah banyak yang membenahi diri kami sendiri. Masak sudah 71 tahun merdeka, kami begitu-begitu saja. Jadi saat Raja di negara anda datang lagi nanti, Insya Allah kami sudah berubah dan naik ke level yang lebih tinggi dan kami bisa meyakinkan anda untuk investasi setidak-tidaknya mendekati jumlah investasi anda untuk China.

Begitulah...

No comments:

Post a Comment