
Waktu anda
berkunjung ke Indonesia, kami gegap gempita. Anggota DPR RI kami hadir full di
Paripurna hanya untuk sekedar mendengarkan pidato singkat anda. Di tv saya
lihat anda sampai sulit keluar gedung parlemen kami karena di serbu para fans
yang ingin selfi. Ada juga yang nyari posisi enak untuk dapat momen foto dengan
latar anda lewat di belakangnya. Pun layanan Presiden kami, luar biasa. Begitulah
keramahan kami.
Sekarang kami
sedikit agak gegap gempita lagi mengenai anda. Cuma kadar gegap gempitanya
beda. Udah sedikit ditambah agak lagi. Jadi gegap gempitanya sedikit agak
minimalis dibandingkan saat kedatangan anda dulu.
Belakangan saya
lihat lumayan rame di Medsos terkait Presiden kami yang katanya curhat tentang
anda. Saya penasaran donk. Lalu saya cari berita dari media yang bukan media
dadakan. Begitu saya baca judul beritanya, dalam hati saya langsung terlintas
kalimat, “what! Kok bisa?”
Lalu saya baca
lagi, menurut berita itu anda investasi di China 10 kali lebih besar di banding
investasi di Indonesia dalam kunjungan 2 hari saja. Katanya anda invest di sana
870 triliun sedangkan di negeri kami 89 triliun. Kalau di hitung-hitung,
investasi anda dalam kunjungan selama 13 hari kemaren hanya 10,23% saja di
bandingkan investasi anda di China. Wadow, jauh amat bedanya.
Why? Katanya
kita bersaudara?
Mestinya investasi
anda bisa lebih. Secara, kami kan negara dengan jumlah penduduk terbanyak nomor
tiga di dunia dan pertumbuhan ekonomi tertinggi nomor tiga juga di dunia. Memang,
sih, China saat ini adalah negara dengan jumlah peduduk terbanyak nomor satu
dan pertumbuhan ekonomi nomor satu juga di dunia. Tapi tetap saja rentang
investasi anda jauh sekali untuk kami.
Padahal,
waktu anda datang kemaren, rame beredar isu di FB, twitter dan grup WA. Muncul meme
dan pesan berantai bahwa anda datang membawa uang untuk diinvesatasikan senilai
sekitar 300 triliunan sampai ribuan triliun tanpa bunga dan syarat macam-macam.
Malah, katanya anda akan menuntaskan hutang Indonesia ke China supaya Indonesia
tidak terikat ke China.
Jadi wajar
kalau kami sedikit sedikit sedikit agak kecewa.
Lalu saya
penasaran dengan curhat Presiden kami itu. kok heboh banget ya. Sampai-sampai
ada petinggi negeri kami yang ngetwit keselek cendol saat baca beritanya.
Syukurnya,
saya seperti banyak dari kami, sudah membiasakan diri untuk tidak menelan mentah-mentah
informasi begitu saja. Terhadap hoax dan penggiringan opini, kami sudah lelah.
Kami banyak
yang sudah bersedia untuk sedikit lelah menggali lebih banyak informasi dan
membandingkannya menggunakan nikmat akal yang kami terima. Setelah itu baru
menarik kesimpulan dan berpendapat. Nah, dengan semangat itu, saya carilah
video pidato Presiden itu di youtube.
Ternyata,
benar Presiden kami curhat dan menyatakan kecewa. Bahkan setelah di payungi dan
di supiri, investasi anda jauh lebih sedikit untuk kami di banding China.
La iya lah. Masak ngak kecewa sih. Saya aja
kecewa, apalagi Presiden kami. Saya kemaren itu sampai menulis panjang lebar
berjilid saking senang dan hormatnya ke pada anda. Kalau ngak percaya silahkan
di baca di sini.
Jawaban King
Salman kira-kira: emang gue pikirin, loe siapa?
Hehehe.
Tapi setelah
saya pelototi video itu. Presiden kami ternyata hanya sedikit sedikit sedikit
agak kecewa saja. level kecewanya sedikit pangkat tiga di tambah agak, jadi
rendah sekali. Itupun di sampaikan dalam guyonan dan angka 89 triliun yang anda
gelontorkan itu sudah besar sebenarnya meskipun jauh lebih sedikit kalau
dibandingkan dengan China. Presiden kami tetap berterima kasih dan
mensyukurinya. Begitu juga saya. Jadi ngak usah anda masukan ke dalam hati ya King
Salman.
Level kecewa
saya tentu lebih rendah lagi di bandingkan kecewanya Presiden kami. Presiden saja
sedikit sedikit sedikit agak, masak saya lebih. Kenapa? Karena saya sudah maklum
dengan sifat relatif relasi antar negara pada konteks hubungan internasional. Jadi
wajar saja jika pada satu isu negara anda kompak dengan China sedangkan pada
isu lain berada di pihak yang berhadapan. Kamipun begitu.
Dalam hal
investasi tentu ada simbiosis mutualisme dan trust atau kepercayaan di sana. Kepercayaan ini penting untuk memastikan
simbiosisnya tidak bersifat parasitisme (menguntungkan satu pihak dan merugikan
pihak lain) atau komensalisme (yang satu untung dan yang lainnya ngak dapat
apa-apa). Jadi saling menguntungkan.
Nah, saya
meyakini, hitungan-hitungan ekonomi para ahli di negara anda telah menghitung
dengan baik tingkat keuntungan timbal balik dan kepercayaan efektifitas
investasi negara anda di negara kami. Jadi mungkin berdasarkan hitungan ini,
negara kami masih berada di level 89 triliun dan China di level 870 triliun. Sedikit
sedikit sedikit agak mengecewakan memang, tapi begitulah adanya.
So, kalau
kami mau naik setidaknya ketingkat simbiosis mutualisme dan trust
sekurang-kurangnya 50% dari level 870 triliun, kami harus berbenah. Mungkin inilah
hikmahnya. Jadi King Salman, tidak apa-apalah 89 triliun saat ini. Setidaknya anda
betah di negeri kami. Itu saja sudah langkah awal yang baik sekali.
Tentu saja
tidak ada yang bisa mengatur anda akan investasi di mana dan berapa. Ya terserah
anda donk. Uangnya uang anda. Ya, kan. Pihak yang hendak mengajak anda
bekerjasamalah yang mesti bekerja keras meyakinkan anda bahwa mereka adalah
mitra yang layak dengan level yang tinggi.
Disinilah saya
kecewa, tidak sedikit sedikit sedikit agak kecewa, kepada petinggi negeri yang ngetwit
keselek cendol tadi. Gara-gara baca cuitan itulah saya menulis ini. Maaf ya
King Salman.
Saya membayangkan,
sesaat setelah membaca berita kekecewaan Presiden kami itu, para elit negeri
ini kemudian menghubungi Presiden kami dan mengatakan: “Pak Presiden, tidak
perlu kecewa. Saat ini begitulah adanya kita. Mari kita singkirkan
kepentingan-kepentingan politik praktis dan rasa tidak suka diantara kita dan sama-sama
berbenah demi kemajuan negara ini”. Tapi, mungkin ngak ya?
Kayaknya sulit
sih. Mereka sekarang sedang sibuk-sibuknya bertarung di Pilkada Jakarta. Semua moment
digunakan untuk saling serang dan menjatuhkan. Setelah ini, bertarung lagi
untuk Pilkada 2018, lalu bertarung lagi untuk Pilpres dan Pileg. Kapan mereka
akan benar-benar duduk bersama untuk kemajuan negara dan memaksimalkan tupoksi
masing-masing, tanpa embel-embel kepentingan kelompok dan golongan, entahlah. Sulit
memprediksinya.
Tapi tenang
aja King Salman, meski sebagian elit kami masih begitu, kami sudah banyak yang
membenahi diri kami sendiri. Masak sudah 71 tahun merdeka, kami begitu-begitu
saja. Jadi saat Raja di negara anda datang lagi nanti, Insya Allah kami sudah
berubah dan naik ke level yang lebih tinggi dan kami bisa meyakinkan anda untuk
investasi setidak-tidaknya mendekati jumlah investasi anda untuk China.
No comments:
Post a Comment