Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Saturday, April 14, 2018

MOHAMED SALAH; PRESTASI DAN KEMUSLIMANNYA BUKAN FIKSI


https://bolalob.com/read/83256/respek-rumahnya-kemalingan-mohamed-salah-malah-kasih-uang-ke-si-maling


Lagi-lagi aku dikirimkan link berita tentang Mohamed Salah oleh seorang sahabat yang barang-barang pribadinya (jaket, helm, bantal di mobil, dasi) berlogo klub sepak bola Liverpool. Dan, lagi-lagi berita itu membuatku terkagum-kagum dengan M. Salah ini.


Kali ini beritanya tentang rumah M. Salah yang dimasuki maling, lalu barang-barang di rumah itu di ambil si pencuri dan Salah memaafkannya, membebaskannya dari hukuman penjara, memberinya uang dan memberikan pekerjaan agar kehidupan si maling berubah. Gambar yang digunakan pada tulisan ku skrinsyut dari berita itu dan beritanya silahkan baca di sini.


Luar biasa. Dan, aku kagum. Dia benar-benar muslim sejati dan aku menjadi malu pada diriku sendiri.



Aku mengaguminya tapi tidak mengkhultuskannya. Dia juga manusia seperti ku yang tak sempurna serta tidak disucikan hatinya seperti Allah SWT mensucikan hati kekasih-Nya, Rasulullah SAW. Tapi di banding diriku, jelas M. Salah lebih berhasil mengaktifkan imajinasinya dalam memaknai kitab suci yang ku (mungkin juga M. Salah) yakini sebagai wahyu Ilahi, bukan fiksi. Karena itu aku mengagguminya, karena dia lebih baik dan jauh lebih baik dibanding diriku.


Lalu aku terbayang peristiwa-peristiwa di negeri ku yang beritanya melintas melalui medsos di smartphone ku. Tentang orang miskin kelaparan yang tinggal dibelakang rumah orang kaya yang bermegah-megah. Tentang orang yang belum tentu pencuri tetapi dihajar sampai mati di depan rumah tempat berkhitmad kepada Allah SWT. Tentang dana untuk mencetak dan penyebarluasan kitab suci lalu dikorupsi untuk kepentingan pribadi. Tentang tipu menipu kepada orang-orang yang berhasrat pergi ibadah ke tanah suci yang uangnya di gunakan untuk selfi-selfi di lain negeri. Tentang sandi-sandi dalam korupsi yang menggunakan istilah-istilah kitab suci. Tentang brutalnya orang-orang di jalan raya karena mau seenaknya saja dan tidak mau saling mengalah. Tentang anak yang menggugat dan meminta hukuman untuk orang tuanya. Tentang pejabat-pejabat yang menyelewengkan amanah meski disumpah di bawah kitab suci.



Aku juga teringat berita-berita tentang orang-orang yang saling fitnah, saling maki, saling caci, saling hina, saling menyakiti, bahkan saling membunuh karena merasa berhak untuk lebih ‘suci’ dan lebih pintar dibadingkan orang lain hanya karena aktifnya imajinasi menghasilkan tafsir yang berbeda terhadap kitab suci. Aku juga teringat tentang ambigunya narasi-narasi para petinggi yang membuat kabur makna antara agama menjadi roh politik atau politik yang menjadi rohnya agama. Juga teringat tentang gemarnya orang-orang mengkomsumsi narkoba dan meyerahkan nyawa sia-sia dibawah kendali miras oplosan. Teringat juga tentang anak-anak muda yang bertelanjang di depan kamera lalu melakukan perbuatan asusila dan menyebarluas rekamannya kemana-mana. Aku juga teringat dengan idiom-idiom dungu, idiot, brengsek, tolol, bego, laknat, bangsat, keparat, yang dipopulerkan dalam wacana-wacana dan diikuti oleh mereka-mereka yang mengemarinya. Dan banyak lagi yang melintas diingatan ku.

Lalu, membaca berita tentang M. Salah yang memaafkan dan membantu pencuri membuat ku merenung. Ada apa dengan kita? Kita muslim sejatikah atau kemusliman kita hanyalah fiksi? Ini adalah soal tabiat, bukan soal yang lain.



Lagi-lagi salah memberikan ku pelajaran yang berharga. Dia tidak berkoar-koar tentang kebenarannya. Tidak juga menilai orang lain dengan ukuran dirinya sendiri apalagi merendahkan orang lain. Dia hanya bermain bola sebaik-baiknya dan berprestasi di sana. Dalam prestasinya itu dia tidak malu bersujud di tanah becek lapangan bola sebagai rasa syukurnya kepada Sang Pencipta untuk setiap gol yang berhasil dimasukannya. Dia tidak menyembunyikan keyakinan serta tak menghilangkan rasa hormat dan kecintaannya kepada Rasulullah, sehingga malalui dirinya terpancar kemuliaan ajaran agama. Tak berlaku istilah Islamophobia untuk M. Salah karena dia adalah prestasi yang patut dihargai. Sungguh luar biasa caranya berdakwah.

Tapi ku yakin negeri ku tak seburuk berita-berita yang melintas di medsos ku. Seorang tokoh senior pernah menasehati saat aku berkeluh kesah tentang fenomena-fenomena. Beliau bilang, “percayalah, itu hanya kepingan-kepingan kecil yang terlihat besar di media”. Aku percaya nasehat itu, karena aku memang melihat banyak sekali orang-orang baik di sekitar ku.

Maha Besar Allah SWT yang menunjukan tanda-tanda kebesaran-Nya agar orang-orang berakal bisa belajar dari sana.

Begitulah…

No comments:

Post a Comment