Berisi Opini dan Pemikiran Terkait Berbagai Isu (Hukum, Politik, Kemasyarakatan, Sosial Budaya) yang Sedang Berkembang dan Mencoba Untuk Menjaga Pikiran dari Berbagai Hoaks

Search This Blog

Wednesday, March 7, 2018

ATAS DASAR APA ANDA MEMILIH PEMIMPIN?






Bagi saya memilih pemimpin, apalagi untuk memimpin negara/daerah atau legislatif bukan urusan main-main dan asal-asalan. Kepada mereka, amanah yang hendak diberikan adalah masa depan negara/daerah yang di dalamnya juga ditumpangkan masa depan kita.


Pertimbangannya bisa macam-macam, misalnya kapasitas kandidat itu, agamanya, akhlaknya, pengalamannya, latar keilmuannya, sukunya, orang-orang disekelilingnya, latar keluarganya, ketampanannya, usianya, partai politiknya, kekayaannya, kelompok pendukungnya, asal daerahnya, kedekatan personal dengannya dan lain sebagainya. Semua pertimbangan ini sah-sah saja dalam demokrasi, terserah kita mau menggunakan yang mana.

Karena itu, ketika saya hendak memilih seseorang, saya bertanya dulu ke diri saya, masa depan negara/daerah seperti apa yang saya inginkan? Apa kemampuan yang bersangkutan yang bisa saya lihat? Ekspektasi apa yang saya harapkan darinya?



Inilah pertanyaan pokok yang harus dijawab ketika saya akhirnya memutuskan untuk memilih seseorang dari sekian banyak pilihan yang ada. Tentu saja sebelumnya saya harus mempelajari dulu keadaan negara/daerah saya dengan baik dan jujur melihat keadaan-keadaan yang ada. Tanpa di pelajari dulu, bagaimana saya akan membangun ekspektasi?

Dengan mengajukan pertanyaan itu, saya terlepas dari keterikatan terhadap individu. Mengapa? Karena bukan individunya yang saya dukung, tapi harapan saya untuk masa depan negara/daerah lah yang saya dukung. Jadi ketika saya memilih seseorang dari berbagai pilihan yang ada, orang tersebut merupakan orang yang paling cocok dengan ekspektasi masa depan saya, bukan karena sekedar suka dengan kandidat yang bersangkutan atau tidak suka dengan kandidat yang lainnya.

Rekam Jejak

Untuk ini, rekam jejak (track record) kandidat penting. Sepanjang yang bisa ditelusuri rekam jejak itu, saya ingin menilai selama ini yang bersangkutan ngapain aja? Apakah dia menjadi pemimpin atas dasar kemampuannya sendiri atau dibesarkan orang lain? Bagaimana komitmennya terhadap orang banyak selama ini? Apakah dia mendadak menjadi baik untuk mendulang suara atau memang sudah baik dari sononya? Apakah dari rekam jejak itu ada indikasi bahwa dia benar-benar ingin melakukan sesuatu untuk memajukan negara/daerah atau hanya sekedar ingin berkuasa untuk mempertahankan kepentingannya sendiri, keluarga dan kelompoknya?



Pertanyaan lain terkait rekam jejak ini misalnya, apakah selama ini dia serius untuk berkarya atau sekedar duduk di kekuasaan saja tapi tidak membawa perubahan berarti? Orangnya konsisten atau tidak? Apakah dia pernah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hukum yang ada? Apakah dia pernah mendapatkan kesempatan untuk melakukan sesuatu bagi orang banyak tapi tidak melakukan apa-apa? Dan lain sebagainya yang dari seluruh indikasi itu saya bisa menyimpulkan apakah yang bersangkutan mampu atau tidak mengemban amanah dengan baik dan bisa memberikan perubahan yang berarti.  

Ini penting, karena setiap kali berganti pemimpin, saya ingin negara/daerah yang lebih baik, bukan keadaan yang sama saja, atau malah menurun. Saya ingin yang dibutuhkan tapi tidak ada, ditangannya bisa diadakan. Yang tadinya berjalan dengan buruk, ditangannya bisa diperbaiki. Yang tadinya kurang, ditangannya bisa ditambahkan. Yang tadinya tidak lancar, ditanganya menjadi lancar. Yang tadinya sulit, ditangannya bisa lebih mudah. Yang tadinya mubazir, ditangannya bisa efektif dan seterusnya. Karena itu saya terlebih dahulu mesti memastikan rekam jejaknya memadai untuk itu semua.

Pencitraan Diri

Setelah itu saya akan menilai bagaimana si kandidat mencitrakan dirinya. Pencitraan diri ini adalah salah satu seni penting dalam berpolitik dan ini bisa berlangsung untuk jangka waktu yang panjang.

Semua politisi pastinya mencitrakan dirinya agar dikenal dan memiliki kekhasan tertentu yang menarik untuk kemudian mempengaruhi pilihan konstituennya. Tidak ada politisi yang tidak mencitrakan diri. Caranya saja yang berbeda-beda. Saat anda mendengar politisi sedang mencerca politisi yang lain, sesungguhnya dia juga sedang mencitrakan dirinya, sehingga terbangun persepsi bahwa dia lebih baik dibandingkan yang dicercanya itu. Meraih simpati calon mertua saja perlu pencitraan, konon pula meraih simpati publik, ya, kan bro:)



Apa ukuran untuk melihat pencitraan diri ini? Ya, rekam jejak yang tadi itu. Pada rekam jejak itu akan terlihat bagaimana si kandidat mencitrakan dirinya. Dari rekam jejak ini juga kita bisa melihat apakah kandidat mencitrakan dirinya apa adanya atau hanya sekedar menyesuaikan saja dengan kencenderungan-kencederungan publik yang akan memilih.

Kalau mau disederhanakan, pencitraan diri dalam dunia politik ini adalah bagaimana si kandidat memproyeksikan dirinya dihadapan para pemilih. Secara umum, pencitraan ini bisa dibedakan menjadi dua bentuk yakni internal-eksternal dan eksternal-internal. Pencitraan internal-eksternal kira-kira dapat diartikan pencitraan diri yang bersumber dari diri kandidat itu sendiri untuk kemudian diangkat menjadi image publik kandidat yang bersangkutan. Artinya, kandidat itu menampilkan diri apa adanya termasuk juga kinerjanya ditampilkan apa adanya dan menyerahkan kepada publik untuk menilainya sendiri.

Pencitraan eksternal-internal kebalikan dari internal-eksternal. Pada bentuk pencitraan ini, kandidat terlebih dahulu mengenali kencenderungan-kencederungan publik yang diharapkan akan menjadi pemilihnya terhadap sosok pemimpin yang dikehendaki kemudian men-design dirinya agar sesuai dengan kehendak publik tersebut. Artinya, kandidat menampilkan dirinya sesuai dengan yang dikehendaki sebagian besar calon pemilihnya.

Pada keadaan tertentu, kedua bentuk pencitraan ini bisa saja dikombinasikan dengan kencederungan dominan ke salah satunya. Misalnya kandidat menampilkan diri apa adanya tapi kadang-kadang menyesuaikan diri juga dengan persepsi orang banyak terhadap sosok pemimpin yang ideal. Atau, kandidat menampilkan dirinya sesuai dengan persepsi orang banyak terhadap sosok pemimpin yang ideal dan kadang-kadang menampilkan diri apa adanya. Tidak ada yang salah dalam bentuk pencitraan ini dalam dunia politik, tinggal pemilih saja lebih senang dan lebih yakin kepada kandidat yang mana.

Tentu saja kandidat yang hendak mengikuti konstestasi politik mesti menampilkan dirinya lebih baik dibandingkan kandidat yang lain. Jika tidak, siapa yang mau memilihnya?



Cara menunjukan kehebatan diri ini secara umum pun dapat dikategori menjadi beberapa bentuk (meski variannya bisa banyak), yakni: Pertama, mengeskloprasi kelebihan-kelebihan kandidat itu sendiri sehingga yang bersangkutan menjadi lebih unggul dibandingkan kandidat yang lain; Kedua, mengeksplorasi kekurangan-kekurangan kandidat yang lain sehingga dengan sendirinya pemilih tidak mau memilih kandidat yang lain itu untuk kemudian mendapatkan kredit point dari kelemahan lawan yang ada, dan; Ketiga, menghancurkan reputasi kandidat yang lain melalui kampanye-kampanye hitam atau informasi-informasi tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk memunculkan persepsi kandidat tersebut tidak layak dipilih.

Segala cara-cara tersebut bisa saja terjadi. Ini mengapa bagi saya bagaimana si kandidat mencitrakan dirinya itu penting sebagai bahan pertimbangan karena itu adalah gambaran kepemimpinannya di masa yang akan datang seadainya yang bersangkutan menang. Dan, kita tidak akan bisa menilai secara objektif kalau tidak mempelajari dengan baik rekam jejak yang ada dan terjebak dalam persepsi-persepsi yang sifatnya subjektif.

Visi, Misi dan Program Kerja

Kemudian baru saya melihat visi, misi dan program kerja yang diusungnya, sesuai atau tidak dengan ekspektasi saya itu. Visi, misi dan program kerja ini menjadi tambahan penilaian saya untuk kandidat tersebut.

Kenapa bukan visi dan misi yang pertama? Karena negara/daerah ini bukanlah negara yang baru saja berdiri tapi sudah berdiri sejak lama dengan berbagai permasalahan yang ada di dalamnya serta ada lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi. Oleh karena itu, sebagus apapun visi dan misi yang disusun oleh kandidat dan timnya, pada prakteknya nanti tetap perlu penyesuaian-penyesuaian dengan keadaan yang ada. Makanya, bagi saya, rekam jejaklah yang pertama, karena rekam jejak inilah yang menjamin kemampuan si kandidat mengurai masalah-masalah yang ada.



Tak bisa serta merta visi, misi dan program kerja itu berjalan sesuai kehendak si pemimpin, kecuali kalau kekuasaan negara/daerah absolut ditangannya (dan saya tidak menginginkan kekuasaan absolut di satu tangan ini). Di negara/daerah kita, kekuasaan terbagi antar lembaga yang ada. Presiden/gubernur/walikota tidak bisa memutuskan semua program seenaknya sendiri karena ada DPR/DPRD yang akan memfilter dan mengawasi program itu terutama dari sisi anggaran untuk pelaksanaannya. Makanya kinerja DPR/DPRD akan sangat berpengaruh ke tercapaian visi dan misi si pemimpin. Belum lagi munculnya keadaan-keadaan yang mempengaruhi baik pada konteks hubungan internasional, nasional maupun lokal.

Oleh karena itu pula, visi, misi, dan program kerja yang direncanakan itu kemudian menjadi pertimbangan bagi saya untuk melihat bagaimana progress capaian-capaian kinerja jika si kandidat itu nanti menang dan melaksanakan amanahnya. Waktulah yang akan menjawab, bagaimana visi, misi, dan program kerja itu akan direalisasikan dan progress pencapaiannya seperti apa serta segigih apa usahanya untuk merealisasikan visi, misi, dan program kerja itu.

Itulah pertimbangan bagi saya ketika hendak memilih calon pemimpin. Jadi sudut pandang yang saya gunakan adalah ekspektasi terhadap masa depan negara/daerah bukan rasa suka atau tidak suka. Pertimbangan ini bisa salah bisa juga benar, tergantung selera masing-masing.

Tentu saja saya menginginkan kandidat terbaik menurut pandangan saya yang menang dalam kontestasi politik yang ada. Tapi, saya juga memahami bahwa orang lain pun sama seperti saya, menginginkan kandidat terbaik menurutnya yang menang. Oleh karena itu, menghakimi pilihan orang lain bukanlah prilaku yang bijaksana. Setelah konstestasi selesai dan pemenang ditentukan meski tidak sasuai dengan pilihan kita, yang bersangkutan adalah pemimpin kita, suka atau tidak suka. Pada saatnya nanti, akan ada lagi konstestasi dan kita akan memilih lagi.



Oh, ya. Judul tulisan ini adalah pertanyaan ATAS DASAR APA ANDA MEMILIH PEMIMPIN? Tapi saya malah menguraikan pertimbangan saya ketika memilih calon pemimpin. Alasannya, meskipun judulnya pertanyaan, tapi saya tidak membutuhkan jawaban. Saya hanya ingin mengajak agar setiap kita yang memiliki hak suara, mempertimbangkan dengan baik penggunaan suaranya agar pilihan yang hendak dipilih adalah pilihan terbaik menurut kita, apapun alasannya dan siapapun yang kita pilih. Bagaimanapun pilihan kita akan menentukan masa depan kita.

Begitulah…

Note: gambar yang digunakan untuk tulisan ini diambil dari http://kpud-cianjurkab.go.id/galeri-foto/galeri-foto/sosialisasi/

No comments:

Post a Comment