Setiap
kali membaca di Medsos ada yang mengetik Generasi Mecin sebagai ejekan untuk anak-anak
muda yang dianggap bodoh dan tidak berpikir dulu sebelum bertindak, saya merasa
sedih dan baper. Terbayang anak saya yang dikategori sebagai generasi mecin,
saya tidak akan bisa menerimanya.
Bagi
ku, tidak ada generasi mecin dalam pengertian yang seperti itu. Semua anak muda
adalah generasi penerus yang akan menjadi pemimpin bangsa ini, terlepas dari
bagaimana sikap mereka hari ini.
Bahwa
sekarang kita semua kebanyakan makan makanan yang menggunakan penyedap adalah
fakta. Tapi, itu bukan berarti itu memberi hak kepada kita untuk merendahkan
anak-anak muda kita dengan sebutan generasi mecin.
Memang
banyak yang bertingkah bodoh, konyol, tidak berpikir panjang sebelum berbuat,
malas belajar, malas membaca, menyukai hal-hal yang instan, tidak mau bekerja
keras, rendah etika, suka ngeyel, keras kepala dan sebagainya.
Memang
banyak yang gagah-gagahan tawuran demi eksistensi dan membuang nyawa percuma
atau minimal luka-luka. Ada yang merasa keren dengan balapan liar di jalan raya
dan mengganggu orang banyak. Ada yang mencuri, merampok dan begal. Ada yang
dengan konyol berbuat asusila, merekam
dan menyebarluaskannya. Ada yang menggunakan narkoba sebagai ikon
kebanggaannya.
Ada
juga yang aktif berpartisipasi dalam kebisingan publik dengan nalar yang
terbatas. Ikut serta sebagai penyebar hoax, pembuat ujaran kebencian, debat tak
karuan di medsos plus dengan segala hina-menghinanya dan termehek-mehek ketika
ditangkap polisi karena perbuatan itu. Dan banyak kekonyolan lainnya.
Tapi,
bukankah mereka semua adalah generasi dan anak-anak kita?
Bukankah
semua yang mereka lakukan itu adalah hasil didikan dan keteladanan kita?
Yang
berprestasi, kreatif dan menghasilkan inovasi-inovasi baru juga tidak terhitung
banyaknya. Yang juara olimpiade matematika, fisika, dll, banyak. Yang mampu
membuat rancangan teknologi terbaru, juga banyak. Yang menghasilkan karya
ilmiah berkualitas, rame. Yang mengembangkan bisnis dengan basis teknolgi, tak
terhitung jari. Yang berlaga dalam kompetisi internasional, juga tidak sedikit.
Yang terus belajar dan berjuang dengan segala keterbatasannya juga tidak kalah
banyaknya. Yang mengembangkan kemampuannya secara otodidak juga banyak.
Saya
setiap hari bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa saya yang terus berusaha
mengupdate diri, mengasah ilmu, meningkatkan prestasi, dan menyiapkan diri
menyongsong masa depan. Meski dengan ngomel-ngomel dan lelah, mereka mampu menyelesaikan
proses belajarnya dengan baik.
Bukankah
merdekanya negara ini adalah buah perjuangan yang melibatkan energi anak-anak
muda?
Saya
selalu percaya, bahwa jika anak-anak muda kita diberikan ruang yang tepat untuk
mengekspresikan diri, diposisikan sebagai subjek yang setara dalam proses
pembelajaran, diberikan contoh keteladanan yang baik, difasilitasi dan dilapangkan
jalannya, mereka mampu menghasilkan hal-hal diluar ekspektasi kita, para orang
dewasa. Saya telah berkali-kali membuktikannya.
Tugas
kita semua, para orang dewasa, orang tua, guru, dosen, tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh pemuda, pemerintah, legislatif dll adalah membersihkan jalan
mereka dari ranjau-ranjau yang menghambat mereka mendapatkan masa depan yang
lebih baik. Juga menunjukan hal-hal yang baik dan produktif itu seperti apa. Selanjutnya
biarlah mereka berjalan dengan rasa bangga dan harga diri.
Sudahlah,
berhentilah menghina anak-anak muda kita dengan sebutan generasi mecin. Sebutkan
itu tidak pantas untuk mereka.
Mungkin,
sebutan itu lebih pantas ditujukan kepada para orang-orang dewasa yang gagal
menjadikan dirinya sebagai contoh keteladanan yang baik.
No comments:
Post a Comment