Hmmm, entah apa yang terlintas
dalam benak kalian waktu baca judul postingan ini.
Saya aja geli waktu nulisnya,
hehehe.
Tapi tenang aja bro, saya tidak
sedang menulis tentang propoganda yang dapat meracuni pikiran banyak orang.
Saya kurang hobi yang begituan. Berat dosanya.
Tanpa di propaganda pun sebagian
dari kita sudah mempropaganda dirinya sendiri.
Tapi judul ini memang cocok untuk
situasi yang hendak saya ceritakan.
Ini bukan tentang ISIS bukan juga
tentang PKI. Ilmu dan pengetahuan saya terlalu dangkal untuk bicara tentang
keduanya di ranah publik, tapi ini tentang pesan di Grup WA saya yang terkait
dengan ISIS dan PKI. Loh?
Begini ceritanya. Jadi kemaren
salah satu anggota Grup WA yang saya ikuti men-share informasi yang mengabarkan
bahwa ada orang-orang, anggota ISIS, dari fakultas kedokteran entah fakultas kedokteran
mana mendatangi rumah-rumah penduduk untuk menyebarkan AIDS dengan modus
pemeriksaan gula darah gratis. Pesan itu diawali dengan permintaan agar
masyarakat membantu menangkap orang-orang itu dengan cepat.
Lalu tadi, masuk lagi pesan yang
sama di grup WA yang sama tapi di share oleh anggota grup yang berbeda. Pesan
kedua ini agak lebih panjang karena dilengkapi dengan gambaran lokasi tempat
kejadian perkara dan respon polisi. Cuma kali ini pelakunya bukan ISIS, tapi
orang-orang PKI.
Informasinya sudah saya
screenshot ya.
What!!!
ISIS berkolaborasi dengan PKI
menyebarkan AIDS di Indonesia? mungkinkah?
Saya lalu bertanya ke mbah google
dan menemukan analisis yang menyatakan bahwa broadcast terkait ISIS itu adalah
broadcast palsu dan tidak hanya di Indonesia. Silahkan kalian baca di sini ya: http://www.hoaxes.id/2017/05/pesan-brodcast-palsu-isis-menyebarkan.html.
Yang berkaitan dengan PKI saya
belum temukan. Kalau rajin dan quota data memungkinkan, kalian cari sendiri ya.
Lalu saya sampaikan informasi ini
di grup tersebut plus pesan agar informasi yang diterima ditelaah dulu dengan
baik sebelum dibagi-bagikan. Responnya, alhamdulilah ada satu anggota grup yang
kasih jempol.
Udah lumayan ini bro, biasanya
kalau saya sampaikan saran seperti ini, ngak ada yang respon loh. Jangankan
komentar, jempol pun tidak, hehehehe. Setelah itu informasi sejenis bersliweran
lagi di grup.
Pesan moralnya sederhana. Sebelum
kalian membagi informasi yang meragukan ke orang lain, kalian coba dulu untuk
menguji validitas informasi itu dengan mencari informasi pembanding. Kalau
kalian sudah meyakini bahwa kejelasan informasi itu tidak jelas, jangan
dibagikan. Kalau tetap kalian bagikan, kalian akan dipermalukan dan jadi bahan
bercandaan. Apalagi kalau kalian membaginya atas dasar embel-embel perjuangan
tertentu, perjuangan kalian akan dianggap remeh karena berdasarkan atau
menggunakan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dan
kebenaran tidak akan menjadi kebenaran jika dia dibingkai kepalsuan.
Tapi kalau kalian yakin akan
kebenarannya, silahkan di bagi-bagi.
Hanya saja, keyakinan ini
mestinya berdasarkan ilmu pengetahuan bukan rasa suka atau tidak suka. Jika
hanya kerena suka atau tidak suka, kalian akan “dimakan” oleh informasi dan
bisa jadi terjebak menjadi bagian dari penyebaran hoax, berita palsu, berita
pelitiran atau fitnah.
Itu kejam bro, lebih kejam dari
pembunuhan.
Untuk kasus saya ini, saya
meyakini bahwa anggota grup yang membagi berita berniat baik. beliau bermaksud
untuk mengingatkan seluruh anggota grup agar berhati-hati jika ada peristiwa
yang mengenai mereka. Saya tentu saja sangat menghargai niat baik ini.
Tapi, jika informasinya ternyata
tidak benar, masyarakat akan terbebani dengan perasaan was-was yang tidak perlu
dan akan saling mencurigai. Kita akan sangat tidak nyaman, setiap kali bertamu
untuk pertama kalinya ke rumah orang lain, si pemilik rumah langsung terstigma,
kalau bukan anggota ISIS, kemungkinan anggota PKI lah yang datang. Apalagi
kalau yang datang dosen atau mahasiswa kedokteran.
Kan kasian teman-teman dosen atau
mahasiswa kedokteran. Bisa-bisa saat mereka sedang mengerjakan program riset
untuk tugas-tugas perkuliahan atau bakti sosial untuk pengabdian masyarakat,
mereka malah dicurigai anggota ISIS atau PKI.
Jumlah dosen dan mahasiswa
fakultas kedokteran ini banyak loh, belum lagi dokter-dokter alumninya.
Mencapai ratusan ribu. Saya telusuri di web https://banpt.or.id/ terdapat 92 prodi dengan kata
kunci “kedokteran” yang terakreditasi di seluruh Indonesia. Pesan berantai ini baik untuk pelaku ISIS maupun untuk pelaku PKI ini hanya
menyebutkan “dari fakultas kedokteran” yang bagi orang sempit akalnya bisa
berarti salah satu dari 92 prodi ini.
Btw, dikampus saya (bukan kedokteran), dan mungkin
juga di kampus yang lain, sejak semester 1 mahasiswanya sudah diwajibkan
melaksanakan mini riset dan terjun langsung ke masyarakat. Akan berbahaya
sekali bagi adek-adek ini terjun ke masyarakat jika pikiran masyarakatnya sudah
teracuni oleh informasi sejenis ini.
Kemungkinannya kepentingan penyebaran
hoax secara masif ini ada dua:
Pertama, berita-berita seperti
ini sengaja dihembuskan terus menerus untuk meracuni pikiran masyarakat agar
terdoktrin. Jika saatnya tiba nanti tinggal mengumpulkan saja mereka-mereka
yang sudah terdoktrin itu untuk berbagai kepentingan.
Kedua, berita-berita bohong ini
sengaja disebarkan agar masyarakat mengetahui kebohongan-kebohongannya dan
tidak lagi percaya kepada informasi-informasi yang ada. Jika saatnya tiba
nanti, mereka dapat melakukan kepentingannya dengan leluasa dan tidak akan ada
tanggapan masyarakat karena informasinya akan dianggap kebohongan meskipun
sebenarnya fakta.
Masyarakat tetap saja berada pada
posisi korban yang paling dirugikan.
Nah, bagi produser dan awak
produksi hoax, berita palsu, berita pelintiran dan fitnah. Lihatlah betapa
efektifnya kebohongan kalian di masyarakat kita. Jika ini terus menerus
dilakukan, kalian akan merusak dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan
masyarakat.
Apapun kepentingan kalian, perbuatan
menyebarkan hoax, berita palsu, berita pelintiran dan fitnah itu sungguh sangat
bejat.
Tidakkah akal dan nurani kalian
bergetar ketika kalian memproduksi kepalsuan yang meracuni pikiran banyak
orang?
Ataukah seluruh akal dan pikiran
kalian sudah pindah ke perut?
Jika kalian bisa lolos dari
hukuman manusia, tidakkah kalian beragama dan takut kepada hukuman Tuhan?
Bagi pengguna atau pengambil
manfaat atau keuntungan dari berita-berita bohong yang di produksi, kalian
sungguh tidak beradab.
Untuk kalian yang percaya begitu
saja berita-berita hoax, berita palsu, berita pelintiran dan fitnah, kalian
sungguh terlalu.
No comments:
Post a Comment