Dari ramainya gonjang-ganjing
soal ternak kalajengking di medsos aku mempelajari sesuatu.
Ternyata, waktu begitu cepat
berlalu.
Generasi sekarang hidup pada
era yang disebut dengan Revolusi Industri 4.0. Revolusi 4.0 ini ditandai dengan
digitalisasi pada banyak bidang. Efeknya, kebutuhan akan tenaga fisik manusia
mulai berkurang dan digantikan oleh mesin serta jaringan komunikasi berbasis
internet.
Pada banyak bidang usaha,
unit-unit kerja yang biasanya diisi oleh banyak orang, sekarang hanya diisi
oleh beberapa orang dengan tugas mengoperasikan komputer dan jaringan. Bahkan ada
perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dalam bidang bisnis yang luas, tapi
tidak memiliki aset yang menjadi pokok bisnisnya. Dampaknya jelas. Yang tidak
mampu mengikuti perkembangan akan berguguran.
Traveloka misalnya.
Perusahaan ini salah satu perusahaan yang memiliki jaringan transportasi dan
perhotelan terluas, tetapi tidak memiliki sendiri moda transportasi (pesawat
terbang, kapal, kereta api) dan hotel-hotel itu. Grab, Uber dan Gojek, merupakan
perusahaan transportasi perkotaan paling maju sekarang ini, tapi tidak memiliki
mobil dan sepeda motor yang menjadi core
of business nya. Bukalapak, tokopedia, olx dan lainnya yang sejenis menjadi
perusahaan retail dengan keutungan sangat besar, tapi tidak memiliki pabrik, fisik
toko-toko dan barang-barang produksinya sendiri. Banyak lagi contoh yang bisa
kita sebut termasuk bisnis-bisnis individu yang memanfaatkan medsos sebagai lapak
jualannya.
Digitalisasi juga merambah
kemana-mana. Di dunia kedokteran, medical
chek up di banyak negara sudah diambil alih oleh komputer. Keahlian perawatnya
tidak lagi sekedar memeriksa keadaan pasien, tapi mengoperasikan komputer untuk
memeriksa keadaan pasien. Di dunia pendidikan, pembelajaran model hybrid learning berbasis konten digital
sudah dikembangkan serta peran guru dan dosen akan semakin minimal. Beberapa perpustakaan
juga tidak lagi menambah buku-buku cetak untuk koleksinya tapi menguatkan
jaringan untuk bisa mengakses buku-buku atau jurnal dan sumber bacaan lainnya
yang berbasis digital (e-book) dan
orang dapat membaca kapan saja dia mau.
Di dunia administrasi
perkantoran, beberapa orang sudah bisa melayani kebutuhan administrasi puluhan
ribu orang menggunakan aplikasi dan jaringan. Bahkan, dunia politik juga
mengalami digitalisasi. Pokok aktivitas kampanye dan sosialiasi tidak lagi
dalam pertemuan-pertemuan tatap muka, tapi bagaimana mendistribusikan
konten-konten politik melalui jaringan digital yang lebih ampuh untuk
menjangkau dan mempengaruhi banyak orang.
Masyarakat juga tidak lagi repot
untuk sekedar mencari informasi, karena informasi sudah tersedia di tangannya
melalui smartphone masing-masing. Mudah sekali bagi masyarakat untuk menggali
dan melakukan cek dan ricek informasi (jika mau).
Lalu bentuk aktivitas apa
yang akan tersisa untuk manusia? Yakni bentuk aktifitas yang melibatkan daya
nalar dan rasa, karena daya nalar dan rasa tidak dapat digantikan oleh mesin.
Bagaimana wujud ‘daya nalar’
ini? Wujudnya diantaranya, kecerdasan, inisiatif, reaksi terhadap momentum, kreativitas
dan kemampuan melihat peluang. Saya setuju dengan yang dituliskan oleh Yuval
Noah Hariri dalam bukunya “SAPIENS” bahwa daya nalar ini berkembang dari rasa
keingintahuan, bukan sekedar penerimaan terhadap keadaan apa adanya. Keingintahuan
inilah yang membawa manusia ketahap perkembangan yang hari ini kita rasakan. Karena
itu rasa ingin tahu harus didorong dan jangan dibatasi. Misalnya tentang
energi, Hariri mengatakan bahwa manusia tidak perlu khawatir tentang
ketersediaan sumber-sumber energi karena energi bagi manusia adalah persoalan
daya nalar terhadap keterpenuhannya kebutuhan. Matahari menurutnya bisa menjadi
sumber energi yang tidak terbatas, hanya saja saat ini daya nalar manusia belum
mampu memaksimalkannya dan orang-orang yang ingin tahu sedang dan terus berusaha
untuk mengembangkan energi matahari ini. Tinggal dilihat saja wujudnya nanti.
Lalu, bagaimana wujud ‘rasa’
itu? Diantaranya adalah dedikasi, tanggung jawab, moralitas dan keimanan. Dengan
dedikasi, orang akan berkomitmen penuh terhadap peran-peran dalam konstruk
kehidupannya. Dedikasi juga akan menentukan apakah daya nalar itu benar-benar
akan mencapai kemanfaatan atau tidak. Dengan tanggung jawab, orang akan
menyelesaikan kerangka-kerangka kewajiban yang melekat padanya baik sebagai
individu maupun sebagai bagian dari komunitas bersama serta kemudian menjadi
dasar untuk akses terhadap hak-hak yang melekat dengan kewajiban-kewajiban. Dengan
moralitas, orang akan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dalam
relasi sosialnya dan menempatkan diri dengan tepat dalam jaringan-jaringan
sosial. Dan, dengan keimanan, orang akan mampu melihat batas-batasan yang
dimilikinya dan mencegahnya memproduksi kehancuran-kahancuran dalam posisinya
sebagai mahkluk ciptaan Allah SWT.
Hoax, fitnah, pelintiran,
atau informasi yang tidak terlalu jelaspun seharusnya dengan mudah bisa diatasi
jika ‘daya nalar’ dan ‘rasa’ ini berkembang dengan baik. Begitu masuk informasi
seperti itu kepadanya, orang bernalar baik akan berusaha menggali kebenaran
melalui sumber-sumber informasi yang ada digengamannya. Sedangkan, orang yang
nalar dan rasanya bermasalah, akan langsung share tanpa peduli atau mengerti informasinya
tepat dan valid atau tidak.
Jadi di zaman Revolusi
Industri 4.0, mengembangkan ‘daya nalar’ dan ‘rasa’ merupakan hal yang tidak
dapat tidak mesti dilakukan jika tidak ingin ditelan oleh perkembangan seiring
berjalannya waktu ditambah lagi semakin terbukanya sekat-sekat negara. Negara yang
kuat itu tidak lagi ditentukan oleh seberapa banyak penduduknya, ideologi yang
dianutnya, atau jumlah pasukan yang dimilikinya tetapi ditentukan oleh seberapa
canggih teknologinya dan seberapa hebat masyarakatnya mengembangkan diri.
Lalu apa hubungannya dengan
ternak kalajengking yang disampaikan oleh Presiden Jokowi pada pidatonya
beberapa waktu lalu itu? Hehehe, ngak usah terlalu dipikirkan bro, berat, biar
aku saja, karena anda terpaksa harus melihat pidatonya secara utuh dan menelaah
tulisan ini dengan baik:)
Lihat saja faktanya. Saat
orang di negara lain mengembangkan pengobatan canggih dari racun kalajengking
dan membuat harga racun itu melambung tinggi, sebagian besar kita malah baru
tahu dan menjadikannya ajang untuk saling hina, ejek, menjatuhkan, dan menghilangkan daya nalar serta rasa untuk menelaah informasi. Wajar
kalau negara lain lebih cepat berkembang dan maju.
Orang yang lambat menyadari
bahwa zaman sudah berubah, teknologi semakin canggih, cara berpikir semakin
maju serta membuang-buang waktu, akan disengat kalajengking waktu dan racun
yang disemburkannya benar-benar menjadi racun.
Begitulah…
Note: Gambar yang digunakan
untuk ilustrasi ini saya ambil dari tayangan youtube yang diupaload 2 Oktober
2012. Tayangan ini berisi tentang penggunaan kalajengking di Kuba untuk
menyembuhkan kanker. Silahkan lihat videonya di sini.
Yakin anda selalu tidak hoki?? Kami tantang anda yang merasa selalu tidak hoki... Kami yakin tidak ada orang yang tidak hoki...disini akan kami adu hoki anda dengan hoki pemain lain...
ReplyDeleteHubungi Kami Secepatnya Di :
WHATSAPP : 0813 3355 5662
Suka bermain Poker?
ReplyDeleteterlebih menggunakan pulsa?
apalagi Tanpa Potongan
Wah tentu mau dong
Mari join bersama kami di Donaco Poker
WHATSAPP : +6281333555662
CS 24 jam